8. Dua Sejoli

31 9 17
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Pikiran terasa ringan dan hati pun menjadi tenang setelah mengadukan seluruh keluhan kepada Tuhan seluruh alam.

"Habis ini kita pulang, ya?" tanya Epti.

"Iya lah, masa iya nginep. Kita anterin dulu Zahra. Udah itu kita beres-beres buat pulang ke Indonesia," jawab Fatonah sambil memasukkan mukena ke dalam tasnya.

"Loh? Bukannya kita tinggal di Malaysia itu dua minggu ya?" ujar Sonia.

"Emang iya. Kita di sini kan udah sepuluh hari, empat hari lagi kita pulang. Nah, dari sekarang beres-beresnya, ngurusin semuanya dari sekarang." Rahma menjelaskan.

"Kalian bakalan pulang ya?" tanya Zahra, raut wajahnya tampak sedih.

"Iya, kita gak bisa lama-lama di sini," jawab Rani.

"Boleh aku ikut? Aku mau sama kalian terus, aku kesepian tanpa kalian. Kalian baik, aku maunya sama kalian," ungkap Zahra yang membuat semua orang menoleh dan menghentikan aktivitasnya.

"Gak ada kami kan ada ibumu, dokter, sama mang malay punyanya Rani. Mereka gak kalah baik loh," ucap Nayla. Ia memegang pundak Zahra. Senyum mengembang ia tampakkan kepada Zahra.

"Kalo aku gak boleh ikut, kalian juga gak boleh pulang!" lirih Zahra keukeuh.

"Zah, dengerin ya ... ingatanmu masih belum sepenuhnya pulih. Kami tau kamu kesepian, tapi demi ingatan yang berhargamu itu kamu harus di sini dulu, ya," jawab Aisyah.

Akhirnya, dengan berat hati Zahra menganggukkan kepalanya.

"Alhamdulillah. Ya udah, yuk lah pulang!" ajak Tari setelah beres merapikan mukenanya.

•••

"Lah, sandal gue mana ya?"

"Itu bukannya sandal Faton, ya?" ujar Candra sambil mengarahkan telunjuknya.

"Lah iya." Fatonah berjalan sesuai yang diarahkan Candra. Ia bertanya-tanya mengapa sandalnya bisa ada di bawah pohon ini. Dan anehnya lagi, satu pasang sandalnya itu tengah menyandar ke batang pohon.

"JENG JENG JENG!"

Tiba-tiba dua sejoli muncul dari balik pohon mengagetkan Fatonah. Naasnya, harapan dua pemuda itu tak sesuai dengan kenyataan. Target mereka tidak terkejut sama sekali, hanya menatap. Dan bisa dibilang, tatapan yang mengarah kepada mereka ialah tatapan tajam.

Bukan hanya kepada para anggota FA (Friend Ambyar), nama grup sahabat dua belas orang asal Indonesia ini. Fatonah juga tak akan segan-segan memarahi, melototi dan menceramahi habis-habisan orang yang bersalah di hadapannya.

Ia juga kadang bersifat jutek kepada orang yang tidak ia kenal. Tak heran jika selama ini sahabatnya sering menyebut dirinya galak.

Itu juga salah satu sebab mengapa sampai sekarang ia masih menyandang status jomblo. Di kampus tak ada laki-laki yang berani mendekatinya. Walaupun ada mungkin orang baru dan belum mengenalnya, itupun hanya beberapa saat. Setelah itu, kabur.

A Trip for Memories(Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang