Last Part : Help

929 75 46
                                    

"Takdir yang diberikan Tuhan memanglah misteri, namun terkadang takdir tersebut melesat jauh dari apa yang kita perkirakan."
-Viona Fadrin, 2021-

*
*
*

Untuk pertama kalinya dalam hidup, Chika merasakan keindahan menghirup udara sebagai manusia. Ia merasa benar-benar terlepas dari belenggu-belenggu setan dan perbudakan yang selama ini menjeratnya. Ia merasa benar-benar merdeka. Ia merasa menjadi manusia yang sempurna kemanusiaannya dengan hanya menyembah kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Ia telah menemukan jalan hidup yang dicarinya.

Dan kini, dengan statusnya sebagai seorang istri, ia mendapatkan kehormatannya kembali sebagai perempuan yang memiliki harga dan nilai yang sesungguhnya. Lebih dari itu, ia seperti orang yang baru pertama kali jatuh cinta. Bunga-bunga kini bermekaran di dalam hatinya. Setiap kali shalat bersama suaminya, lalu ia mencium tangan suaminya, ia merasakan kenikmatan cinta yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Chika dengan setia menemani Vito. Ia merawat suaminya dengan sangat telaten. Setiap habis shalat lima waktu, meski dengan bacaan terbata-bata, ia membaca Surat Yasin berulang kali dengan penuh mengharap rahmat Allah agar Vito diberi kesembuhan, lalu meniupkannya ke seluruh bagian kaki kiri Vito yang sakit. Tak lupa ia juga mengoleskan air zam-zam yang dibawakan oleh Imam Jabieb selepas beliau melaksanakan umrah. Vito sendiri, selain tiada hentinya membaca Al-Qur'an, juga memperbanyak membaca shalawat yang biasa dibaca Al-'Allamah Badiuzzaman Said Nursi.

Satu bulan setelah itu, Dokter David Sadulayev menyatakan bahwa kaki kiri Vito tidak perlu lagi diamputasi. Luka-lukanya yang membusuk mulai kering. Satu minggu berikutnya, ia sudah bisa berjalan normal. Perban di wajahnya sudah dilepas. Satu pekan berikutnya, operasi plastik untuk wajahnya dilaksanakan. Muka Vito kembali pulih seperti sedia kala.

Keluar dari rumah sakit itu, untuk sementara waktu Vito dan Chika menempati apartemen Chika yang ada di kawasan Tverskaya.

Setelah musim semi berakhir, Chika berjanji akan mengikuti Vito ke mana pun suaminya itu pergi. Ia rela jika kemudian Vito memutuskan untuk hidup di Indonesia. Bagi orang-orang yang beriman, di mana pun mereka bisa rukuk dan sujud kepada Allah, maka mereka akan menemukan bumi cinta. Dan sesungguhnya dunia ini adalah bumi cinta bagi para pecinta Allah Ta'ala. Bumi cinta yang akan mengantarkan kepada bumi cinta yang lebih abadi dan lebih mulia yaitu surga.

Hari ini adalah hari ketiga setelah Vito dinyatakan boleh pulang dari rumah sakit. Meskipun ia sudah terbiasa dengan keberadaan dan semua bentuk perhatian Chika, tak bisa dipungkiri, ia masih sering merasa canggung dan gugup untuk berduaan dengan perempuan yang telah resmi menjadi istrinya itu.

Saat ini Vito dan Chika tengah duduk santai di balkon apartemen. Mereka duduk berdampingan setelah Chika meletakkan dua gelas susu pada meja kecil yang tersedia. Hampir tiga menit berlalu namun tak ada suara yang tercipta di antara mereka berdua. Hanya desau angin malam yang berembus pelan menyapu kulit mereka.

Tak terasa keringat dingin mulai keluar. Ada rasa gelisah yang tiba-tiba menyusup entah dari mana. Chika yang biasanya selalu aktif dan bergelayut manja pada Vito, kini mendadak ikut diam di tempatnya.

Vito berpikir, tak mungkin jika Chika yang memulai. Maka dirinyalah yang harus memulai terlebih dahulu. Ia masih ingat betul apa yang dipesankan oleh Vino bahwa kebanyakan wanita sangat senang dipuji dan dirayu, apalagi diselipi dengan panggilan yang mesra dan menggoda.

"Sayang, kenapa susu ini rasanya asin, ya?" tanya Vito sesaat setelah meminum segelas susu yang ada ditangannya.

Chika yang mendengar itu pun tak ayal merasa terkejut. Apakah ia salah memasukkan garam ke dalam susu itu?

HELP [END]Where stories live. Discover now