Dewi mengambil nasi goreng ke piring Dewa kemudian ke piringnya. Mereka makan dalam diam dan setelah selesai Dewi segera berbicara dengan Dewa kembali.

"Mas Dewa gak akan menemui pak Yanto kan? Ini tugas kuliah mas dan teman-teman Dewi yang lain juga begadang". Dewi tahu apa yang bisa Dewa lakukan jika dia menganggap orang yang dia sayangi tersakiti. Dewi sangat mengenal sifat Dewa.

"Mas hari ini sibuk, kalau mau pergi kemana pun harus dengan supir dan izin dari mas. Kamu hubungi aja mas kalau mau pergi" Ucap Dewa. Dewa tidak menjawab pertanyaan Dewi jika dia merasa tidak perlu di jawab.

Dewa mengecup kening Dewi penuh lembut dan setelah itu dia segera menuju ke kantor. Dewi hanya diam sambil melihat Dewa menjauh darinya. Dewa itu terlalu posesif dan banyak yang mengecap dia seorang psikopat karena sikapnya selama ini.

Dewa itu tidak pernah punya rasa ampun dan kasihan pada orang lain terutam lawannya atau orang yang sudah menyakitinya. Dewi selalu berusaha bisa meredam emosi Dewa tapi sulit.
***
Dewa membelokkan mobilnya ke kampus Dewi untuk berbicara dengan Yanto. Dosen yang sudah membuat Dewi begadang karena tugas kuliahnya. Dewa memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobilnya. Dia menuju ke ruang ketua yayasan untuk berbicara.

"Dewa, silahkan duduk" Ucap Wijaya, ketua yayasan di kampus ini. Pria berusia enam puluh tahun itu sangat mengenal Dewa karena Dewa juga alumni dari kampus ini dan juga Dewa merupakan pemilik dana  terbesar di kampus ini.

Dewa duduk dengan sikap tenang tapi sangat mengintimidasi. Bahkan Wijaya yang usianya jauh lebih tua dari Dewa saja merasa terintimidasi oleh Dewa.

"Ada keperluan apa?" Tanya Wijaya

"Dewi harus begadang karena tugas dari dosen yang bernama Yanto. Aku mau dia di beri sanksi agar jangan memberikan tugas yang terlalu memberatkan mahasiswinya" Ucap Dewa.

"Dewa untuk tugas itu sudah kebijakan masing-masing dosen dan selama ini belum ada mahasisiwi atau mahasiswi yang mengeluh. Ini juga demi membantu nilai mereka". Wijaya berkata dengan hati-hati karena tidak ingin membuat Dewa tersinggung.

"Aku tidak peduli, beri sanksi dosen itu dan suruh dia meminta maaf padaku jika tidak aku akan menuntutnya dan juga kampus ini" Ucap Dewa santai.

Wijaya tahu Dewa bisa melakukan itu, menggunakan cara apapun agar keinginannya tercapai. Wijaya tidak ingin berselisih dengan Dewa karena selama ini yang berselisih dengan Dewa pasti akan berakhir tragis. Mereka aka  hancur di tangan Dewa. Wijaya tidak ingin kampus ini ikut terkena imbas kemarahan Dewa.

"Baiklah, saya akan memberitahu Yanto untuk meminta maaf pada anda secara langsung dan juga memberi dia sanksi" Ucap Wijaya akhirnya.
"Bagus, aku tunggu di kantorku" Ucap Dewa. Dia beranjak berdiri dan keluar dari ruangan. Dia memakai kembali kaca mata hitamnya dan berjalan menuju ke mobil.

Semua mata mahasiswi tertuju pada Dewa. Bagaimana tidak, Dewa sangat tampan dan mapan. Banyak wanita ingin menjadi kekasihnya tapi dia bahkan tidak melihat ke arah mereka. Di dalam hati Dewa hanya ada Dewi.

Para wanita yang mengangguminya tidak tahu jika Dewa adalah iblis berwujud manusia tampan. Kekejamannya melebihi apapun jika dia merasa di bantah atau di lawan.

Dewa masuk ke dalam mobilnya dan segera menuju ke kantornya. Dia akan menyelesaikan beberapa meeting hari ini.

"Pak" Ucap asisten pribadi Dewa ketika dia sampai di kantor.

"Kalau nanti ada dosen yang bernama Yanto kemari, suruh tunggu di ruang tunggu" Ucap Dewa pada Rico.

"Iya pak" Jawab Rico sambil memberitahu jadwal pada Dewa.

DEWA & DEWI (Sudah Ada Versi Ebook)Where stories live. Discover now