Eps 16. Couple's Spy

23 9 0
                                    

Micha menghembuskan napas lelah. Dia memegangi pinggangnya yang terasa kaku setelah mengangkat sebuah keranjang besar berisi pakaiannya dan Eri yang belum dicuci sejak seminggu yang lalu.

Kini, dia menatap nanar keranjang itu sambil menyesali tindakannya yang menunda-nunda. Andai, jika pria itu ada di rumah. Pasti sudah mengomel sepanjang hari tanpa henti. Astaga! Ibunya dulu mengidam apa hingga melahirkan anak yang seperti dia.

"Aku seperti sedang simulasi menjadi pelayan," keluhnya pelan. Dia memijit pelan pelipisnya. Sejenak dia meregangkan tangan dan lehernya, bersiap untuk perang melawan tumpukan pakaian. Dia mengambil tatakan cuci, kemudian mulai membilas, menaburkan deterjen bubuk dan menguceknya. Tentunya dengan berat hati.

Di seberang jalan, ada sepasang suami istri yang tengah menikmati panas matahari pagi. Mungkin? Atau tidak? Yah! Siapa lagi kalau bukan Jiwon dan Jian. Yah ... dua onggok manusia itu tengah menjalankan misi sucinya. Memata-matai bos besar.

"Yeobo, kita sudah seperti penguntit. Terus memata-matai gadis seberang jalan itu dengan kedok berjemur di rooftop. Jika begini terus, aku akan hangus," keluh Jian. Bahu wanita itu melorot lelah. Dirinya mengibas-ngibaskan tangannya mendinginkan kulit wajahnya yang rasanya seperti terbakar. Jiwon mengelap keringat di kening Jian sambil mendengus kasar. Dalam hati, dia juga sudah menghujami si Dimitri itu dengan makian dan sumpah serapah.

"Bagaimana lagi? Si bujang lapuk itu tidak memberiku teropong jarak jauh atau perlengkapan detektif," ucap Jiwon pedas. Jian menampar pelan bibir suaminya.

"Jaga mulutmu yeobo, kita sedang ada di rumah yang dibeli oleh Dimitri. Kita tidak tau, apakah dia meletakkan sebuah alat perekam suara atau kamera tersembunyi. Kau tidak bisa mempercayainya!" bisik Jian. Jiwon cemberut, astaga! Dia hari ini sudah menikah, tetapi seperti belum menikah. Hanya status saja yang berubah. Bahkan, dia belum mendapatkan jatahnya karena, Jian selalu mengatakan jika di rumah ini ada kamera pengawas.

Jiwon murung, dia menarik ingusnya, kemudian mengusap kasar wajahnya beberapa kali. Jiwon membatin, haish! Si lapuk ini! Kenapa harus menyusahkan orang sih?! Kalau dia bisa, mengapa harus orang lain yang melakukan? Jiwon menghembuskan napas panjang sambil menggigit pipi bagian dalamnya kuat.

Atau, jangan-jangan ... di dekat sini adalah rumah mantan kekasihnya?! Jiwon menaikkan sebelah alisnya, menebak. Kemudian, menggeleng. Ah tidak! Orang seperti itu memangnya pernah berkencan walau sekali? Pasti tidak! Sulit untuk menjinakkan aligator. Sudut bibirnya sedikit terangkat. Terkesan mengejek.

"Apakah aku harus berteman dengan dia? Nampaknya dia orang baik," tanya Jian polos. Jiwon melotot. Dia menggelengkan kepalanya kuat. Tidak! Tidak! Cukup dirinya saja yang terlibat. Istrinya jangan.

"Kau salah sayang, covernya saja yang jinak. Aslinya dia itu setan wanita! Aish! Memperlakukan orang seperti gorengan pinggir jalan. Tapi, jika dia sudah dekat dengan seseorang, maka dia akan menjadi selembut kapas. Dia seperti memiliki beberapa kepribadian berbeda. Haish! Susah menebak perasaannya," jelas Jiwon panjang. Jian mengendikkan bahunya acuh. Daripada dia terbakar matahari terus menerus.

"Aku akan menjadi dekat dengannya, sering berkunjung dan bercerita mengenai kehidupan masing-masing. Perempuan akan mengatakan segalanya kepada orang yang dia anggap nyaman. Tentunya, dengan nasib yang sama," ucap Jian sambil menatap lurus ke arah wanita yang sedang mencuci itu. Jiwon melirik Jian, kemudian merengkuhnya dari samping.

"Kau benar, orang akan menjadi dekat jika merasakan perasaan senasib. Mereka akan terus bercerita hingga tiba-tiba menjadi dekat tanpa disadari." Jian mengangguk setuju. Dia tersenyum miris sambil tetap menatap dengan pandangan lurus.

"Sejauh matahari, kemudian akan menjadi sedekat nadi. Perlahan menjauh, sampai kembali pada posisi awal." dalam hati, Jian meratapi dengan nestapa. Ya, sepertiku dulu. Menahan sekuat tenaga untuk tidak meneteskan kristal beningnya sekarang. Jian menggigit pipi bagian dalamnya keras.

"Kata-katamu puitis sayang," ucap Jiwon kemudian mengecup kilas bibir Jian. Jian tersenyum manis sambil mengeratkan pelukannya.

"Sangat puitis, sampai aku ingin memaksa kalian berciuman dengan sepatuku," ucap Dimitri pedas. Keduanya serentak menoleh. Mendapati Dimitri yang tengah membenarkan letak kacamata hitamnya. Sekilas menatap wanita yang sedang mencuci kemudian tersenyum tipis.

"Mr, kau mau melihat live action?" tanya Jiwon kemudian tersenyum jahil. Mulai melumat habis bibir cherry jian. Dimitri melepaskan kacamatanya. "Y–ya! Ap–apa yang akan kalian lakukan?! Bangsat!"

Dimitri berbalik, mulai menjauh dari sejoli muda itu. Dalam hati, dia merutuki mereka. Sialan! Sial! Lihat saja! Gajinya akan kupotong selama setahun! Dimitri berjalan menuju meja makan. Mendudukkan dirinya dengan perasaan dongkol. Melirik gelas, kemudian mengisinya dengan air. Menegaknya dengan cepat hingga tandas.

Tok... Tok... Tok

"Jiwon! Ada tamu!" teriaknya keras. Tidak ada yang menyahut.

"Jiwon!" senyap. Tidak ada tanda-tanda suara derap kaki salah satu dari mereka ataupun sepatah kata ucapan bibir. Dimitri mendecakkan lidahnya kesal.Sialan! Mereka benar-benar membuat adonan bayi sekarang! Mulai berdiri dan berjalan ke arah pintu dengan kaki yang dihentakkan. Hei! Itu terlihat seperti bayi yang mainannya direbut.

"Mau apa?" ucap Dimitri dengan nada dongkol. Dirinya menegang ketika melihat sepasang netra dengan warna cokelat itu menatapnya dengan pandangan... Tak terbaca?

"D–dong Young?"

HAIIIII CHRIE KAMBEK 😭

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HAIIIII CHRIE KAMBEK 😭

Monmaap baru update. Minggu kemarin sibuk persiapan lomba:).

Iya, kalah.

Eh! Btw, mbak Aiyu sama si Baek mau kambek anjir! Pasti tengkar lagi di chart 😭😂. Kalau udah rilis, jangan lupa striming.

Spoiler. Part besok ada moment baekiu! 😆

Yaudah ye, ngga usah banyak bacot lagi. Capek Chrie.

Moga kalian suka 😊😊😊

730 Days My LadyWhere stories live. Discover now