5 | k o s m o s

6 1 0
                                    

Jika bunga tidak dipetik, bunga itu bukan miliknya.
Jika hanya ditunjuk dan berucap 'bunga itu milikku'.  Bunga itu juga bukan miliknya.  Petiklah dan jadikan bunga itu milikmu.
___________________________________________________

Setiap hari libur tiba seluruh kegiatan terasa mati.  Berbeda dengan orang lain ketika hari libur mereka sibuk ke sana ke mari tapi tidak dengannya.  Hari libur memberikannya sebuah kehampaan,  kegiatannya hanya sebatas nongkrong di bengkel milik temannya-Idoy,  meskipun pundi yang terkumpul di dompet mampu membawanya hangout disekitaran caffetaria tapi menurutnya itu tidak perlu.  Bermain tidak harus di tempat yang elit.

Hal pertama setelah melalui beberapa aktivitas di pagi buta adalah mengecek ponsel,  setelah pulang dari kediaman rekan kerjanya semalam ia tidak lagi mengulik ponselnya.  Tidak ada prioritas jadi tidak sering ia membuka ponsel.  Tapi saat ini, jam ini, menit ini,  detik ini,  ada yang lain dari ponselnya.  Satu notifikasi aneh muncul di layar ponsel dengan nomor yang ia pun tidak tahu.  Dengan konteks menyapa,  pria bernama Rayyan itu membaca dan melihat siapa gerangan.

Mulai hari ini,  detak jantungnya tidak biasa.  Serasa ada yang aneh menyelimuti sekitar ruangan,  tapi bukan hantu.  Rasa gugup timbul penuh kekakuan,  membiarkan pesan terbaca begitu lama,  mungkin saja di seberang sana sedang menunggu balasan.  Tapi jari-jari lentik yang sudah terbiasa bersentuhan dengan layar ponsel, kini terasa asing dan sulit untuk memutuskan jawaban yang tepat.

Jika ada alasan untuk menghampiri langsung,  kenapa harus susah lewat chat?

~~~

Lampu temaram di setiap ruangan berdiri merunduk penuh keanggunan,  penuh meja dan kursi yang tidak berpenghuni memberikan kehangatan diiringi lagu jazz merupakan paket komplit bagi sesiapa yang ingin menenangkan pikiran.  Tidak banyak orang mampir dari sekian banyaknya meja dan kursi yang tersedia,  apalagi di siang hari ini.  Ketika menjelang malam,  seluruh kursi yang ada di ruangan ini berubah penuh tak terbendung.

Hari ini caffetaria serasa milik pria berponi dengan gitar di pangkuannya,  menyuarakan alunan melodi kecil yang timbul dari jemari lentik menyentuh senar gitar.  Indera pendengarnya ia dekatkan menyentuh badan gitar memastikan nada yang ia timbulkan selaras.  Tidak terlewatkan kakinya menepuk-nepuk lantai tanpa suara menambah semangat.

"BRO!"

Panggilan yang terdengar akrab itu menghentikan kegiatannya,  menyelang untuk melirik dan bergerak berdiri membalas sapaan dari teman se-frekuensi-nya dalam hal musik yang telah lama ia nanti kedatangannya. 

"Tumbenan telat,  biasanya on time." Ucap Rey kembali duduk memangku gitar kesayangan penuh sejarah. 

Gitar hadiah ulang tahun dari Billy ini telah lama ia idamkan namun saat itu ia tidak mampu,  karena uang yang ia miliki tidak mencukupi.  Hal itu memberikan kesempatan besar bagi Rey untuk mengembangkan keahliannya memetik senar gitar,  menciptakan alunan baru.  Gitar pemberian ini penuh sejarah,  saat Rey sangat membutuhkan uang,  dirinya harus rela bernyanyi di setiap Caffe sebagai penambah keuangannya. 

Apapun permasalahannya hanya gitar inilah sebagai sumber penghasil uang.  Selain itu,  tidak ada lagi yang bisa menggantikannya.  Seiring berjalannya waktu,  gitar miliknya mulai terlihat kuno,  usang penuh dengan goresan membekas bukti perjuangan hidupnya.  Untung gitarnya masih bisa dipakai meski sudah beberapa kali ganti senar,  Rey tidak ada niatan untuk menggantinya.

M I K R O K O S M O STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang