"Coba nggak usah mendesah gitu Zem! Udah siang ini ntar ketinggalan pesawat," gerutu Felix yang melihatku tajam. "Lagian kok bisa digigit semut begini," lanjut Felix yang melihat ke belakang punggungku.

Jangan ada yang berpikiran negatif dulu, aku hanya meminta tolong Felix menggosok bagian belakang punggungku yang dua hari lalu digigit semut. Sepertinya saat acara akad nikah ada semut yang berhasil balas dendam karena taman belakang dipakai untuk acara.

"Udah mendingan ini. Berangkat deh yuk, ntar beneran ketinggalan pesawat," kataku yang langsung menjauh dari Felix.

Aku tertawa melihat wajah Felix saat ini. Dia pasti termakan dengan kejailanku tadi. Aku memang sengaja membuat suara sedikit sensual dan sepertinya aku akan segera diterkam oleh Felix.

"Ets! Katanya ada meeting penting," cegahku saat melihat Felix akan menghampiriku.

"Awas ya kamu!" ancam Felix yang aku balas dengan juluran lidah.

Dikarenakan semua serba mendadak, aku tidak bisa membawa banyak barang. Aku hanya membawa dua buah koper berisi baju yang penting-penting. Untuk urusan toko, aku sudah mengatakan pada Kayana akan menghubunginya dan meminta bantuannya mengontrol toko dan Nila.

Felix keluar dari kamar dengan membawa dua buah koper milikku. Sementara aku, hanya membawa satu koper berukuran sedang milik Felix. Isinya tidak begitu banyak, hanya baju keperluan perjalanan bisnis Felix saja.

Ternyata, Felix benar-benar ada urusan bisnis tepat satu hari sebelum akad. Chika tidak berbohong bahwa seharusnya dia tidak bisa hadir, dia sendiri tidak tahu bahwa sebenarnya Felix akan menikahiku.

"Cie! Senyum-senyum sendiri nih!" Kayana menggodaku saat aku turun dari tangga.

Aku langsung memamerkan wajah songongku dan berkata, "Iya dong! Kamu senangkan Kakak ke Jakarta? Kamu deh paling dimanja."

"Tapi Kay pasti bakalan kangen Kak Icha," ujarnya dengan bibir yang cemberut.

Kayana jarang sekali bertingkah menggemaskan seperti ini. Aku berhenti berjalan, dan memeluk Kayana dengan sayang. "Kakak juga pasti bakalan kangen sama Kay, kalau liburan main ke Jakarta ya," pesanku pada Kayana.

Aku membiarkan Felix membawa koper-koper kami bergantian ke depan. Mobil jemputan sudah menunggu di depan rumah. Tadinya Papa dan Mama ingin mengantar ke bandara, tapi mendadak Papa dan Mama harus ke rumah tua—rumah eyang.

Setelah berpelukan dengan Kayana, aku menghampiri Mama dan memeluk beliau. "Salam buat Eyang ya Ma, maaf Icha nggak bisa mampir dulu," ujarku pada Mama. Untunglah kemarin di akhir acara aku sempat menghabiskan banyak waktu mengobrol dengan Eyang.

"Iya kamu hati-hati. Rajin-rajin kasih kabar, sering-sering juga hubungi Eyang kamu. Kalau sempat pulang," pesan Mama sambil menepuk pipiku beberapa kali.

Berpamitan dengan Papa jelas tidak begitu susah. Aku dan Papa lebih seperti Tom and Jerry yang tidak pernah akur. Sehingga aku hanya menyalami beliau dan berpesan untuk beliau menjaga kesehatannya.

Mereka semua mengantarku dan Felix sampai ke depan pintu. Felix juga jelas berpamitan dengan Papa, Mama dan Kayana. Tepukan Papa di pundak Felix menandakan bahwa beliau bangga Felix menjadi menantunya.

Aku sempat takut Papa kurang suka dengan Felix dan menerima Felix terpaksa karena terdesak keadaan. Ternyata, saat kemarin aku melihat Papa dan Felix mengobrol santai aku tahu bahwa aku hanya berpikiran buruk saja.

"Jangan sedih dong, dulu waktu kabur dari rumah nggak sedih," seloroh Felix saat kami sudah duduk manis di dalam mobil dan aku tetap sedih melihat keluargaku.

Hilang sudah sedihku, aku mendelik pada Felix yang santai-santai saja. Seperti tidak merasa bersalah karena sudah membawa pergi anak perempuan orang.

"Kirain udah nikah nggak bakalan sarkas lagi, taunya sama aja," cibirku.

Felix tidak membalas cibiranku, dia hanya mengusap pelan kepalaku dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya memegang ponsel dan mengecek sesuatu. Aku menjatuhkan kepalaku di pundak Felix, aku nyaman bersama Felix.

💌💌💌

Mampus dah uwu-uwu sebelum negara api menyerang hohoho

Terima kasih untuk antusiasnya. Biaya tiket untuk bab selanjutnya naik ya gaes, menjadi 1500 komentar. Okidoki?

 Okidoki?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumah Mantan (Selesai)Where stories live. Discover now