DUA PULUH SATU

Mulai dari awal
                                    

"Ayo Kak. Kay bantuin ganti baju," ucap Kayana yang tetap sabar mengangkat bagian ekor gaun pengantinku.

Aku benar-benar dibantu oleh Kayana, dia membantuku melepaskan hiasan di kepalaku dan membuka resleting bajuku. Setelah semua beban menyebalkan ini terangkat, aku bisa bernapas dengan lega. Kini aku hanya mengenakan tank top dan hot pants berwarna hitam.

"Makasih ya Kay, kamu bersih-bersih juga sana. Kakak udah bisa kok sendiri," kataku pada Kayana. Aku mengambil alih gaun pengantinku dari Kayana, kemudian menggerakkan kepalaku memberikan kode kepada Kayana untuk keluar dari kamar.

"Ya udah kalau butuh bantuan panggil aja Kak," pesan Kayana sebelum dia meninggalkanku sendirian di kamar.

Aku menggantung gaun pengantin secara hati-hati. Setelah membereskan gaun pengantin aku melihat sekeliling kamarku yang didekorasi dengan bunga-bunga. Aku menjadi senyum-senyum tidak jelas, semalam karena terlalu lelah dan kaget dengan situasi aku dan Felix sampai tidak sadar bahwa seharusnya semalam merupakan malam pertama kami.

"Astaga ini otak kenapa!" gerutuku pelan sambil membuka lemari pakaian, aku mencari baju yang nyaman untuk aku kenakan.

Dahiku mengernyit pelan saat tidak menemukan baju yang cocok. Ada yang nyaman tapi tidak terlalu bagus. Masa sih aku nggak tampil cantik di depan Felix? Tolong jangan berpikir bahwa aku sedang berusaha untuk menggoda Felix ya!

Di kedua tanganku ada dua buah slip dress berbahan silky dengan warna berbeda. Di tangan kanan berwarna hitam, sementara di tangan kiri berwarna merah. Perihal warna saja aku sudah bingung begini.

"Warna merah lebih menggoda." Bisikan tiba-tiba Felix di telingaku membuat bulu kudukku meremang.

Aku bahkan menjatuhkan kedua slip dress yang sedang aku pegang. Tangan Felix melingkupi pinggangku. Hembusan napasnya terasa sangat-sangat dekat di pundakku.

"Aku pilih warna merah, sayang." Felix kembali berbisik dan aku langsung bergidik pelan.

Aku memutar paksa diriku yang ada dalam pelukan Felix. Aku melihat Felix tersenyum dan aku semakin malu dibuatnya. Aku mendorong Felix agak menjauh karena aku benar-benar malu.

"Warna hitam aja," ujarku cepat dan langsung menunduk mengambil slip dress yang ada di lantai.

Aku langsung menjauh dari Felix menuju kamar mandi. Baru saja menutup pintu kamar mandi, aku mendengar teriakan Felix. "Tapi yang kamu ambil itu warna merah sayang!" teriaknya.

"Bego bener sih Zem," ucapku sambil menatap slip dress yang ada di tanganku.

💌💌💌

Kejadian tadi benar-benar membuat detak jantungku menjadi sangat cepat. Aku bahkan harus hati-hati keluar dari kamar mandi. Melihat keadaan kamar yang kosong membuatku dapat bernapas sedikit lega.

Aku memakai slip dress berwarna merah yang tadi aku bawa, melapisinya dengan kimono tidur berwarna hitam yang tergantung di dalam kamar mandi. Dari pintu balkon yang terbuka, aku tahu Felix berada di sana.

"Oke, besok di kantor saya jam dua siang."

Aku mendengar ucapan Felix yang masuk ke dalam kamar, ponsel masih tertempel di telinganya. Dahiku mengernyit saat mendengar kalimat Felix. Aku menatap Felix yang sudah memutuskan panggilan teleponnya.

"Besok kamu kerja?" tanyaku langsung. Felix menatapku dan menganggukkan kepalanya. "Di Jakarta?" tanyaku lagi. Aku takut saja Felix lupa bahwa dia sekarang masih berada di Jogja.

Kini perhatian Felix sepenuhnya tertuju padaku. Aku duduk di depan meja rias, mulai mengeluarkan berbagai macam ritual skin care milikku. Dari cermin aku memperhatikan Felix yang berdiri di belakangku.

"Aku belum bilang kalau besok kita kembali ke Jakarta? Penerbangan pagi," jelas Felix dengan santainya.

"Hah? Kamu gila? Aku belum persiapkan apa pun!" protesku tidak terima. "Usaha aku di sini gimana? Aku punya orang yang kerja sama aku, Fel. Barang-barangku juga bagaimana?" tanyaku dengan raut wajah yang kesal.

Aku berbalik menatap Felix, kepalaku mendongak dan Felix menatapku dengan kepala tertunduk. "Kamu bisa usaha di Jakarta, Zem. Atau enggak ya tetap usaha di sini, buka cabang saja di Jakarta. Di sini ada Kayana yang bisa bantu kamu kontrol toko," kata Felix dengan santainya. "Ah soal barang-barang kamu, bisa dikirim menyusul," pungkas Felix.

Aku terdiam menatap Felix, aku tidak mampu berkata-kata lagi. "Zem ... aku tidak terima penolakan, paham? Aku kembali ke Jakarta, itu artinya kamu ikut aku. Tidak ada yang namanya susul-menyusul," tegas Felix yang akhirnya membuatku menurut saja.

 Tidak ada yang namanya susul-menyusul," tegas Felix yang akhirnya membuatku menurut saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini aku mau pakai target komentar ya, aku mau 1000 komentar untuk bab berikutnya. Beberapa bab ke depan aku akan kasih kalian interaksi uwu-uwu mereka. Jadi silahkan diramaikan gengs!

 Jadi silahkan diramaikan gengs!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumah Mantan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang