Felix bangun dari posisi berlututnya, dia duduk di ruang kosong di sebelahku. Felix membawaku ke dalam pelukannya dan aku menangis di dada bidangnya. Aku dapat merasakan usapan pelan Felix di punggungku.

"Saat Papa menghubungi dan menceritakan masalah Romi, gue nggak bisa membiarkan nama lo jelek Zem. Yang ada di pikiran gue adalah gue bisa menggantikan posisi Romi dengan sukarela," ujar Felix saat aku sudah mulai sedikit tenang.

Seharusnya aku tidak menangis dan merasa marah seperti ini. Mereka semua mencoba menyelamatkan nama baikku dan keluarga. Aku sadar diri, bahwa aku tahu Romi pergi meninggalkanku itu artinya aku akan dengan tegas membatalkan pernikahan dan pergi sejauh mungkin untuk menenangkan diri.

Aku tidak akan datang memohon pada Felix untuk menikahiku. Karena ... karena kisah kami memang telas usai sejak lama.

"Jangan memikirkan hal lain, besok acara resepsi akan dilangsungkan," kata Felix yang kini mengurai pelukan kami.

Aku membiarkan Felix menghapus pelan sisa air mataku. "Jangan sampai merusak make up," peringatku yang membuat aku dan Felix tertawa kecil. Seketika aku ingat dengan ucapan Felix tadi dan bertanya, "Resepsi? Resepsi apa?"

"Resepsi pernikahan kita Zem," sahut Felix santai. Dia maju lebih dekat padaku dan mengecup dahiku pelan.

Aku tersenyum dan menitihkan air mata secara bersamaan. Aku senang dan sekarang aku hanya ingin bergembira untuk diriku sendiri. Mungkinkah ini yang namanya jodoh? Sekuat apa pun didorong menjauh, selama berjodoh pasti akan kembali ke tempat yang tepat.

💌💌💌

Pagi-pagi sekali aku sudah dirias, tidak diberikan waktu untuk bangun siang sedikit pun. Semalam, aku dan Felix mengobrol sampai larut dan akhirnya tertidur begitu saja. Felix menceritakan bahwa acara resepsi ini dia siapkan dalam waktu satu minggu.

Memang resepsi pernikahan tidak ada dalam agenda acara aku dan Romi. Memikirkan nama Romi, aku kembali rasanya ingin mencari Romi dan mencakar-cakar wajahnya. Bisa-bisanya dia meninggalkanku begitu saja tanpa menjelaskan apa pun.

"Mbaknya cantik banget. Masnya juga ganteng, cocok deh!" puji make up artist yang disewa Felix. Aku juga heran bagaimana Felix menyiapkan semuanya dalam waktu singkat, tapi kemudian aku teringat ketika uang yang berbicara semua bisa menjadi kenyataan.

"Thank you!" seruku dengan senyum yang mekar sempurna.

Aku dibantu dengan si make up artist-yang namanya tidak aku hapal dengan baik, keluar dari kamar. Felix sudah menunggu di bawah, kami akan sama-sama menuju gedung resepsi. Menurut informasi, tidak banyak orang yang diundang Felix, hanya berupa teman-teman dekatku, rekan bisnis Felix dan juga teman orang tua kami. Maklum saja, semua dilaksanakan dengan sangat mendadak.

Felix menyambutku di ujung tangga rumah. Dia terlihat sangat tampan dan wajahnya sangat cerah. Sepertinya Felix memakai sedikit riasan untuk menutupi warna merah bekas tamparanku kemarin.

Sebelum berangkat kami mengambil beberapa foto di rumah, terutama di taman belakang. Aku merasa menjadi perempuan paling bahagia dan beruntung saat ini. Berada di pelukan pria yang aku cintai. Ini semua masih terasa mimpi bagiku.

"Lo bisa tersenyum setelah merebut tunangan gue, Zemira?" sebuah suara membuat senyumku lenyap.

Aku melihat sosok Leta berdiri beberapa meter dari aku dan Felix. Aku melihat Leta menatapku dan Felix dengan tajam. Kenapa aku bisa melupakan Leta? Kenapa aku tidak ingat bahwa Felix sudah memiliki tunangan?

Leta maju selangkah lebih dekat ke arahku. Sedangkan Felix maju selangkah dan memintaku bersembunyi di balik punggungnya. Aku dapat merasakan suasana berubah canggung dan aneh.

Para photographer dan juga keluarga memberikan ruang untuk Felix, aku dan Leta berbicara secara privat. Mungkin lebih tepatnya, mereka takut untuk membela orang yang memang bersalah seperti aku.

"Leta ... gue." Aku ingin menjelaskan sesuatu pada Leta, namun tidak ada kalimat yang mampu aku ucapkan.

Leta tersenyum sinis menatapku. Dia kemudian beralih menatap Felix, tangannya yang lentik menunjuk tepat di depan wajah Felix.

"Lo kira bisa bahagia di atas penderitaan gue? Lo menyelamatkan harga diri Zemira dengan mengorbankan harga diri perempuan lain, Felix," ungkap Leta yang mampu membuatku sadar bahwa memang pernikahanku dan Felix salah. "Dan lo ... gue harap lo jangan terlalu bahagia di atas penderitaan perempuan lain, karena lo juga perempuan," lanjut Leta yang diakhiri dengan tamparan dari Leta untuk Felix.

💌💌💌

Belum tamat dong, masih panjang ini jalannya si Zemira sama Felix

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belum tamat dong, masih panjang ini jalannya si Zemira sama Felix. Si Zemira juga belum nyakar-nyakar mukanya si Romi loh guys hohohoho

Kapal Zemira-Felix mulai berlayar, ayo ramaikan!

Kapal Zemira-Felix mulai berlayar, ayo ramaikan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumah Mantan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang