12. Up in Flames [12.03.2021]

En başından başla
                                    

"Tidak, Rex-"

BRAAKK!!

"AKH!!!"

Leher seorang lagi tercekat. Itu menjadi kematian yang singkat karena tubuh yang digantung terbilang sangat besar. Gaya gravitasilah yang menghabisinya.

Mati dengan keadaan mata terbuka lebar melotot ke atas. Apakah benar malaikat maut datang dari langit?

"Hendery.."

Jeno tak kuasa. Hendery telah menghabiskan waktu berburu bersamanya selama ini. Delapan tahun lamanya. Hidup di ambang setiap kematian. Dia tidak pantas mendapatkan kematian hina seperti ini.

Tidak, bukan hanya Hendery. Semua tream tidak pantas mati di tangan sesama manusia. Karena selama ini..

..mereka hidup untuk melindungi sesama umat manusia.

"Kapten.."

Ikatan ini tali mati. Dililit berkali-kali sulit untuk dilepaskan. Seseorang yang bertugas mendorong kursi tanpa empati sema sekali itu mendekat.

"Kau.." Tatapan Jeno tertuju pada Renjun disana. Wajah seseorang yang ketakutan enam tahun yang lalu langsung membayangi. Jingga matanya menyala seperti api. "Kau tidak perlu menjadi hewan peliharaan mereka. Dokterku, orang yang kau lihat enam tahun yang lalu tau apa yang terjadi padamu. Aku pun tau."

"Kau mengatakan itu berharap aku menyelamatkanmu?" Renjun menegakkan tubuh dengan sombong. Membalas tatapan seorang kapten dengan penuh kegetiran. "Aku sudah berada di tempat yang tepat."

"Hei, kemana larinya sifat sombongmu bajingan?!" Nana berceletuk keras ditengah ketegangan mereka. Seluruh pandangan tertuju padanya yang memang sejak awal sudah mencuri perhatian. "Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau membiarkanku terjebak di dalam tabung sialan itu sementara kau bebas menikmati dunia luar?"

"Diam!"

"Kau bahkan tidak mematuhi segala peraturan yang diberikan AZTEC. Bagaimana kau bisa patuh diinjak-injak oleh orang yang bahkan IQnya jauh di bawahmu seperti ini? Kau kenapa, Renjun?!"

"KAU TIDAK MENGERTI!!"

Jilatan api muncul di sekitar lantai bunker yang dipijaknya. Meraung-raung seperti ingin membakar segala sesuatu yang dilewati. Renjun melangkah panjang mendekati Nana yang masih tergantung di atas sana.

"Memangnya kau tau apa, Bladz? Kau sudah tau perubahan yang terjadi pada dirimu seperti apa? Kau tau AZTEC telah melakukan apa saja terhadap kita? AZTEC merubah kita menjadi monster! Kau tau itu?!"

Untuk pertama kalinya Nana menarik senyum lebar dari bibirnya semenjak keluarnya dia dari laboratorium 0.3 milik AZTEC. Renjun mengembalikan diri Nana yang dulu. Menyadarkan bahwa dia orang dari masa lalu yang tidak hidup sendiri di dunia yang telah menggila ini.

"Lantas kenapa kalau kita monster?"

"Hina." Baron menjawab pertanyaan Nana. "Kalian para monster buah hasil tangan AZTEC sangat hina!"

"Hina? Tapi kau menggunakan kehinaan itu untuk menunjang hidupmu bersama orang-orang disini!" Biru mata Nana memandang menyeluruh ke isi bunker. Terdapat banyak orang yang terdiri dari pria dan wanita dari usia anak-anak sampai lansia. "Mengoperasikan bunker sebesar ini, kalian pasti perlu teknisi genius. Electrical engineer mahal sepertimu mau-maunya diperlakukan layaknya hewan peliharaan seperti ini? Katakan padaku, terbentur apa kepalamu selama ini, Renjun Trictarium?!"

Panas membara api redup ketika tubuh Renjun tertunduk di lantai. Menyentuh lehernya sendiri yang mengeluarkan percikan listrik. Sengatannya membuatnya kesakitan sampai tidak sanggup membalas perkataan Nana yang menggebu.

BLINDZER - NOMIN [✅]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin