Chapter 11

588 70 2
                                    

Hari ini Jiwon sudah rapi karena dia akan bertemu dengan sang ayah. Kemarin malam ayahnya menghubungi Jiwon dan mengatakan ada hal yang sangat penting yang ingin dibicarakan.

Kini Jiwon tengah menunggu kedatangan ayahnya disebuah kafe bernuansa klasik pilihan sang ayah. Setelah menunggu beberapa menit yang ditunggupun tiba dan kini sudah duduk didepan Jiwon.

"Ayah pesanlah dulu" pinta Jiwon

"Tidak, ayah akan langsung pada intinya saja" ucap sang ayah serius

"Tidak biasanya, ada apa ini?" Batin Jiwon

Jiwon merasa merasa gelisah dengan apa yang akan dikatakan sang ayah. Sikap serius sang ayah hanya ia lihat ketika sedang bekerja kini ia lihat ketika diluar pekerjaan. Hal itu membuatnya pikirannya berkeliaran.

"Ibumu sudah kembali ke Korea Selatan lusa kemarin. Dan ia ingin bertemu dengan putrinya yang sudah lama ia rindukan, kau Jiwon" ucap ayah Jiwon langsung.

Deg! Jiwon terdiam mendengarnya, matanya terbelalak dan tangannya mengepal. Suasana dingin perlahan menyelimuti mereka.

Untuk beberapa saat Jiwon mencoba untuk menetralisir perasaannya, mencoba untuk tenang

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Untuk beberapa saat Jiwon mencoba untuk menetralisir perasaannya, mencoba untuk tenang.

"Aku minta maaf, tapi ibuku sudah lama mati" ucap Jiwon tegas

"Keadaan sudah berbeda Jiwon. Dia adalah wanita yang sudah berjuang untuk melahirkanmu. Temuilah dia" bujuk ayah Jiwon

Jiwon tersenyum remeh mendengar penuturan sang ayah.

"Aku berterimakasih untuk itu. Tapi untuk menemuinya walau hanya menatap wajahnya, aku tidak bisa." Jawab Jiwon dingin

"Appa tahu kau tidak dapat memaafkan apa yang telah eommamu lakukan pada kita. Appa juga merasakan apa yang kau rasakan, appa sangat mengerti itu." tutur ayah Jiwon.

"Jika appa mengerti maka seharusnya appa tidak memintaku untuk menemuinya" ucap Jiwon dengan penuh penekanan

"Setidaknya sekali saja sayang" bujuk ayah Jiwon agar sang putri mau menemui ibunya yang sudah lama merindu.

"Aku rasa pembicaraan kita sampai disini." Sela Jiwon mengambil tas yang berada disampingnya

"Appa, mari anggap dia tidak pernah datang lagi dikehidupan kita. Aku pergi dulu, sampai jumpa" pamit Jiwon meninggalkan sang ayah yang masih duduk termenung.

Sang ayah tidak mampu menahan putrinya untuk tinggal lebih lama, ia tidak bisa memaksakan kehendaknya. Ia tahu putrinya masih menyimpan rasa sakit dihatinya akibat ulah sang ibu, sama sepertinya. Namun sang ayah mencoba untuk merelakan, tapi tidak untuk Jiwon.

Shall we?Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz