PUH 05

2.1K 354 18
                                    

Segala typo yang jelas-jelas mengganggu tolong dimaapkeun 🙏 mbak authornya gak sempat ricek lagi.

Hatur nuhun, terima kasih.

Hepi reading....

****

"Assalamualaiiiiiiiiiikum, neng Istiiiiii....yara."

Isti mengerjap sekitar tiga kali, memandang laki-laki di depannya yang menyapa dengan nada mendayu dan di panjang-panjangkan. Sejenak terdiam sebelum menjawab pendek. "Waalaikum salam."

"Bade kamaaaaaaana atuh neeeeeeeeng geulis teh, (mau kemana neng cantik)" katanya lagi. Jika kalimat tengahnya selalu dipanjangkan, kalimat akhirnya diatur dengan nada agar sependek mungkin.

Isti mengernyit memandang penampilan laki-laki ini yang seperti akan konser dangdut. Kemeja garis-garis yang kancingnya terbuka hingga ke dada, entah lupa atau disengaja, melipatnya ke dalam celana jins payung. Penampilannya jelas tidak normal dilihat, tapi nada suaranya ketika bicara lebih ganjal untuk didengar. Setiap kalimat yang keluar dari laki-laki ini seolah sedang bernyanyi dengan lirik aneh yang sepertinya belum matang benar dibuat, dan nadanya yang asal-asalan.

Isti berdehem, menghilangkan perasaan kurang nyaman saat kembali menjawab, "Bade uwih. (mau pulang.)"

Isti memandang sekelilingnya. Hari ini ia melewati jalan pintas seperti biasanya agar cepat sampai rumah, yang harus melewati pos ronda yang selalu dihuni oleh beberapa remaja pria saat sore hari. Dan pada saat siang seperti ini pos ronda tersebut kosong melompong. Namun sepertinya hari ini Isti sedang kurang beruntung.

"Tipayun, kang. (duluan, kang.)" kata Isti ketika ia merasa seharusnya segera pergi dari sana.

"Hayuuuu atuuuh aaaaaaaakang anter, (Mari akang antar)" katanya lagi dengan nada tak berubah, seperti sedang bernyanyi. Menyusul Isti yang sudah meninggalkannya sebanyak empat langkah.

Isti menoleh dan membelalak ngeri ketika melihat laki-laki itu mengambil kaca mata hitam yang tadinya bertengger di saku kemeja, kini memakainya, tersenyum kepadanya yang malah terlihat seperti seringai, memperlihatnya gigi-giginya yang tidak bisa dibilang putih.

"Wios kang, nyalira we. (enggak usah, sendiri saja.)" kata Isti cepat yang malah terdengar panik dan sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari.

Namun Isti tahu bahwa rok span yang dipakainya tidak akan membantunya, alih-alih berlari Isti akan terlihat seperti orang yang kebelet kencing. Namun sebuah panggilan keras yang menyelamatkannya.

"Subrooooo, rek kamana maneh. (Subro, mau kemana kamu.)"

Tepat saat laki-laki bernama Subro itu lengah, Isti mengambil kesempatan pergi dari sana secepat langkah kakinya berjalan. Subro kembali menolah pada Isti yang kini sudah berjalan meninggalkannya, namun tidak ia kejar melainkan menghampiri orang yang memanggilnya.

"Ah siamah ngaganggu wae! (Ganggu aja kamu)."

Isti yang sudah berbelok di tikungan masih sempat mendengar suara Subro yang menyembur temannya. Sedangkan dirinya merasa disiram kelegaan.

Sebenarnya Subro bukan orang berbahaya, laki-laki itu mungkin cukup baik, terlepas dari penampilannya yang seperti itu. Tapi tidak akan baik juga jika ada yang melihat mereka jalan berdua. Subro dikenal sebagai bujang lapuk yang katanya menyukai Isti. Memang, dari sikap serta kelakuannya yang selalu mencari kesempatan untuk bisa mengobrol dengan Isti menunjukkan bahwa laki-laki itu memiliki sebuah ketertarikan kepada Isti. Tahu bahwa Isti tidak akan bisa membalas perasaan Subro, sebisa mungkin Isti bersikap sewajar yang ia bisa.

Dengan melewati beberapa bangunan rumah lagi, ia akan sampai ke rumahnya. Namun tepat saat hampir sampai, ia mendengar percakapan antara ibunya dengan tetangga yang lewat. Awalnya hanya tegur sapa biasa.

Permata Untuk HamishDonde viven las historias. Descúbrelo ahora