Part 6 - Menghindar

398 83 10
                                    

Siyeon memijat pelipisnya yang nyeri, seharian ini ia berusaha untuk menghindari Jeno yang udah macem hantu penasaran. Dari pagi, Jeno udah ada di depan loker Siyeon dan menunggunya dengan wajah yang sumringah. Jeno membawakannya sarapan, kali ini hanya satu box dan berisi sandwich buatan Jessica dan sebotol susu. Awalnya, dia enggan untuk menerimanya karena merasa sungkan dan tidak enak hati, maka ia mengirimi Jessica pesan untuk mengucapkan terima kasih dan meminta kepadanya untuk tidak perlu repot-repot membawakannya sarapan setiap pagi.

Pening yang dirasanya bukan karena ia merasa sedang tidak enak badan, melainkan karena ia kesulitan untuk menghindari Jeno yang terus menempel padanya. Jeno selalu menghampirinya tiap kali Siyeon sedang tidak ada kelas, saat Siyeon sedang makan di kafeteria, saat Siyeon sedang mencari bahan tugas di perpustakaan, bahkan ketika Siyeon sedang di dalam kelas ia selalu mendapati Jeno sedang menunggunya di depan kelas.

Siyeon menghela napasnya kesal. Sebanyak apapun ia memberitahu Jeno untuk tidak muncul di hadapannya, sebanyak itu pula Jeno sering muncul.

Seperti sekarang, saat Siyeon hendak mengambil peralatan gambarnya dari loker. Ia mendapati Jeno berada di sana sambil memainkan ponselnya, ia tidak menyapa dan langsung melewatinya begitu aja.

"Siyeon."

Ia tidak bergeming, menganggap Jeno tidak ada di sana dan mengambil keperluannya, "sariawan ya?"

"Siyeoooon,"

BRAK.

Jeno tersentak kaget, hampir menjatuhkan ponselnya jika ia tidak menggenggamnya dengan erat. Siyeon membanting pintu lokernya dengan keras karena ia jengah dengan Jeno yang selalu menguntitnya kemana pun ia pergi.

Ia meniup rambutnya dengan kasar, melampiaskan amarahnya, "lo bisa gak sih, gak usah gangguin gue mulu? Lo gak bosen apa ngintilin gue di kampus? Lo gak ada kerjaan? Gak ada kelas gitu? Ngerti bahasa manusia gak? Gue udah berkali-kali ya, bilang sama lo buat gak ngikutin gue, gue risi. Jangan karena gue deket sama nyokap lo, lo bisa anggep gue temen. Enggak ya."

Jeno mengerjapkan matanya, ia kaget mendengar ungkapan hati Siyeon yang sangat mengejutkannya. Mengikuti Siyeon bukanlah hal yang dapat ia kendalikan, kaki dan hatinya selalu menuju gadis itu meskipun ia sendiri sadar, ini bukan seperti dirinya yang suka menguntit orang lain. Sekali pun itu gebetannya.

Tapi, ia tidak tahu sama sekali jika apa yang dilakukannya menyinggung Siyeon. Bahkan, Siyeon terlihat sangat marah. Padahal kemarin dia merasa kalau Siyeon udah 'mulai bisa dideketin'. Ia menelan ludahnya, mereka berdua jadi pertontonan anak FSRD yang juga kaget mendengar suara Siyeon yang sebegitu marahnya. Jeno mengepalkan tangannya, wajahnya memerah bukan karena dia malu karena jadi tontonan mereka. Sama sekali tidak. Tapi ia sedang menahan amarah.

Ini bukan seperti Jeno yang menguntitnya dan melakukan hal-hal yang tidak senonoh kepadanya. Yang Jeno lakukan hanya menunggu Siyeon di depan kelasnya, di lokernya, di perpustakaan dan hanya itu. Hanya ingin lebih sering banyak bicara dengannya. Sekedar itu, tapi, Siyeon sebegini marahnya?

Jeno menghelas napasnya, ia melepaskan kepalan tangannya perlahan, "Oke, sori kalau lo ngerasa keganggu sama gue."

Dan Jeno berlalu meninggalkan Siyeon yang tiba-tiba merasa bersalah.

***

Jaemin menatap Jeno sambil mengernyit, mereka sedang berada di McD bersama beberapa teman yang lainnya untuk membahas projek grup mereka. Dan Jeno, kehilangan fokusnya dari pertama mereka mulai pembahasan hingga sekarang. Sedari tadi, Jeno hanya mengangguk dan menggumam untuk merespon teman-temannya. Ia menusuk-nusuk burger di depannya dan mengaduk-aduk McFlurry-nya hingga mencair— tanpa mencicipinya sama sekali.

EnamórateOnde as histórias ganham vida. Descobre agora