[17/28] Ruru Bertemu Lili

12 4 2
                                    

/Drabble/ 

Ketukan di pintu kos-nya membuat Ruru mau tidak mau bangun dari kasur sambil menggerutu. Ia sedang tidak ingin bergerak dan melakukan apa-apa. Lantas siapa yang seenaknya mengacaukannya? Ia merasa sudah membayar kos dan tidak memiliki teman yang sedekat itu untuk mengunjunginya yang memang bolos sekolah 2 minggu belakangan. 

Jangan-jangan wali kelasku?

Ruru menelan salivanya gugup. Apa yang harus ia katakan jika sosok dibalik pintu ini adalah wali kelas? Dengan takut-takut ia menarik engsel pintuny dan membisu. 

Gadis familiar dengan rambut cokelat sebatas pipi dan mata cokelat bundar berdiri di sana dengan wajah ditekuk. "Ruru nyebelin. Lama banget buka pintunya 'kan Lili capek," keluhnya seraya menyeret belanjaan ke dalam kamar kos. 

Ruru bergeming, matanya mengikuti Lili yang meletakkan kantung belanjaan berupa sayur di dalam kulkas dengan asal. "Kan bener. Ruru tuh teledor banget, nggak apa-apa coba di dalemm kulkas, mau makan apa Ru?" ocehnya kesal.

Ruru  yang sendari tadi membantu itu, bergerak gegabah memeluk Lili dari belakang dengan erat. "Lili. Kamu datang." 

"Ruru kangen?" Lili mengusap rambut hitam yang tidak terurus itu dengan lembut. "Lili cuma mampir kok." 

"Jangan pergi lagi." Ruru mengeratkan pelukannya. "Ruru butuh Lili."

Lili menghela napas dan melepaskan cengkrama mereka. Ia berbalik dan menatap mata biru Ruru dengan tegas. "Ikhlasin Lili juga bentuk rasa sayang kok, Ru!" 

Air mata segera membasahi pipi Ruru. Ia terisak seraya menyeka air matanya yang membuat pandangannya samar. Seketika pandangannya kembali jelas Lili sudah tidak ada. 

Ia terduduk sendirian dihadapan kulkas yang kosong. Ruru meraung keras setelahnya, menangis hebat. Tentu saja cengkrama hangat tadi hanya ilusinya, karena Ruru pun ingat bahwa dua minggu lalu, Lili sudah pergi darinya untuk selamanya. 


Dating with My MindWhere stories live. Discover now