Perempuan Tanpa Muka

5.6K 269 3
                                    

"Kalian hewan? Begituan dengan pintu tidak dikunci?!" Kalimat ini sulit kutahan.

Masih kuatur napas karena kaget lihat pemandangan barusan. Sangat menjijikkan.
Mereka terdiam. Aku yang masih menghadap tembok berbalik.

"Bagaimana kalau sampai Denok yang masuk ke sini, Mas!"

Muka Mas Danang merah padam, rambut acak-acakan. Ia merapikan kemeja menutupi celana bagian depan. April yang memakai terusan di atas lutut terlihat senyum dikulum. Tidak punya malu, bangga dengan perbuatannya.

"... maaf, Dik. Aku kebetulan aja ke sini."

"Karena kebelet sampai ninggalin tokonya ke sini?" Aku tersenyum sambil menahan badan yang gemetar. Lelaki ini benar-benar puber kedua. Ia sulit mengendalikan diri.

"April, kenapa kamu bawa Denok ke karokean Puri, hah? Kamu mau rusak otak anakku?!" geram ini memuncak, ingin kujambak rambut pirangnya. Wajah itu sekarang memang makin cantik, tapi aku tak merasa jatuh di bawahnya. Sikap yang buruk lebih rendah dari apa pun.

"Itu cuma tempat nongkrong biasa kok, Kak-"

"Kak? Aku bukan kakakmu. Panggil Ibu. Bu Soraya!"

"Dik-" Aku mengangkat telapak tangan, tanpa melihat Mas Danang. Meminta ia tak ikut campur. Ini urusan perempuan.

"Buatmu begitu biasa. Senang-senang, rame-rame buang uang. Goyang kepala ngikutin musik? Minum-minum, gak ada batas laki-perempuan? Buat kamu itu biasa kan?!" kutekan setiap kata biar Mas Danang mendengar jelas. "Sedangkan buat anakku yang pikirannya masih bersih, beda! Jangan pernah bawa Denok lagi, ingat itu!"

"Sudah, Dik, sudah. Mereka masih muda, butuh hiburan juga."

"Jangan tutup matamu, Mas. Hiburan yang gimana dulu? Silakan orang ini mau jungkir balik, Mas, tapi jangan bawa-bawa Denok!"

Aku memelototi nyalang perempuan yang mengusap-usap rambutnya dengan jari. Andai jadi penjahat sudah kulenyapkan manusia tanpa malu ini.

April, kamu lupa semua jasaku sampai kamu ada di titik ini. Oh, orang sepertimu pasti tak akan paham apa itu syukur, sampai kamu merasakan sulit yang sebenarnya.

"Ruko ini bulan depan sewanya aku naikkan empat kali lipat! Jadi sisa yang sudah kamu bayar itu akan nutupi pembayaran bulan besok. Itu kalau kamu setuju, kalau tidak silakan angkat kaki."

April membelalak. "Tapi ini sudah disewa setahun-"

"Dik apa maksudnya? Ini ruko siapa?" Mereka berdua menatapku dengan sorot mata sama kaget.

"Ruko ini sudah jadi milikku, Mas, akan kubuat atas nama Naya. Sebagai ibunya aku berhak mengatur aset Naya."

Aku tersenyum sambil melangkah keluar, hampir bertubrukan dengan seorang pemuda berwajah mirip aktor Korea. Matanya merah dan bau tak enak menguar dari tubuhnya.

Aku menahan langkah, ingin melihat apa yang terjadi.

"Beb, minta uangnya, Beb. Aku pengen, nih!"

Aku menganga, begitu pun mulut Mas Danang yang tadi terbungkam mendengar ruko ini punyaku, turut bereaksi.

Merah padam mukanya sembari meraih tengkuk baju pemuda itu. "Kamu siapa?! Apa-apaan ini?!"

April mundur ke pojok ruang. Wajahnya pasi seketika.

"Eh, Pak Tua, dia itu pacarku!" Ia menunjuk April. Muka pemuda itu terlihat dalam pengaruh obat, tatapan matanya sayu dan tidak fokus.

Pukulan Mas Danang tepat mengenai pipi dan dadanya membuat April terpekik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 27, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DIA NODA DALAM PERNIKAHANKUWhere stories live. Discover now