H - 08

12 2 0
                                    

Tirta gelisah malam itu, hujan deras menahan dirinya agar tak kemana-mana termasuk menemui Bayu dan meluruskan masalah yang terjadi. Ketika salah seorang wanita paruh baya duduk di sampingnya yang sedang tak nafsu makan dan menanyakan apa yang terjadi. "Nak!" Tukasnya dengan lembut.

"Ma, apa setiap Tirta jatuh cinta Tirta butuh obat penenang?" Ucapnya cemas.

"Ya nggak dong sayang, besok ke rumah sakit ya mama terapi. Oh ya dan mulai 2 tahun lalu sampai nanti seterusnya kan gak boleh ada obat penenang lagi, kamu lupa?"

"Tirta nggak lupa ma, tapi apa iya Tirta gak akan bisa merasakan jatuh cinta dengan tenang?" Tatapannya mengungkapkan kekecewaan yang mendalam.

"Udah simpan aja dulu pertanyaan kamu, sekarang makan dulu ya. Mama mau istirahat karena besok mama banyak pasien termasuk anak mama ini"

"Siap bu dokter"

•••

"Ryan, Okky kalian ngapain?" Ucapku setelah membuka pintu kamar Fero.

"Hai Bayuuu" ucap Ryan dan Okky dimanis-maniskan.

"Apaan sih gak jelas. Fero mana?" Ucapku tak mengindahkan keberadaan dayang-dayang Fero.

"Fero mandi, kenapa?" Ucap Ryan.

Aku ikut duduk di samping mereka dan mengobrol bersama. "Kalo kalian dari tadi disini pasti kalian tau kan siapa cowok yang ngasih bingkisan ke gue?" Ucapku penasaran.

"Kagak!" Ucap Okky.

Aku hanya ber oh ria dan membiarkan mereka berdua fokus dengan stik PS nya, ponselku masih di charge jadi aku tidak bisa memainkannya untuk mengusir kebosanan menunggu Fero yang sedang mandi. Sampai akhirnya yang di tunggu keluar juga dari kamar mandi dan hanya berbalut handuk di tubuhnya, sontak aku berteriak dan menutup mataku. Fero ikut teriak bersamaku sampai akhirnya dia marah "NGAPAIN LO GAK NGASIH TAU GUA KALO LO ADA DISINI BAYU!!" Jelas dia marah dan masuk kembali ke kamar mandi.

Yang bisa aku lakukan hanya menutup mataku rapat-rapat sampai Ryan dan Okky menertawaiku, sial.

"Jangan-jangan lo tiap malem kek gini ya sama Fero, cewek mana sih yang gak bakal luluh sama Fero" goda Ryan.

"Jihh amit-amit, lagi pula gue disini juga baru 2 hari dan itupun TERPAKSA"

"Hekhemm!" Fero berdehem dan cukup membuatku bungkam tanpa membantahnya lagi.

Fero mencabut kabel PS dari stop kontak agar kedua sahabatnya tidak sibuk bermain PS, dengan wajah cool-nya meminta kami bertiga berkumpul di karpet lembut untuk mengerjakan tugas bersama. Dia mengambilkan satu persatu bahan tugasnya untuk kami kerjakan.

Aku mulai membuka buku catatan Fero yang tulisannya sedikit tidak rapi dan membuatku kesulitan untuk membacanya "Apa ini bacanya?".

Aku memperlihatkan buku pada Fero agar dia memberi tahuku, sampai tak sadar kepalaku dengan Fero sangat dekat dan rambutnya yang basah menempel dengan rambutku. "Oh ini, ventilasi" telunjukknya ikut andil untuk menunjuk kata yang dimaksud.

Dia mulai melirikku dengan tatapan yang biasa dia gunakan untuk memikat perempuan, sungguh lirikannya memang bisa tembus ke hati. Aku membalas lirikannya dan mendorong dadanya pelan agar sedikit menjauh, dan hal itu membuat Ryan dan Okky bersorak "Ciee!" Secara kompak.

"Jangan mesum kalian ya depan Bayu, awas aja gua sikat habis pake sikat WC biar mampus!" Ucap Fero.

"Sembuhin dulu tuh tangan lo" Tukas Ryan.

"OH JADI INI VENTILASI YA" ucapku dengan nada keras untuk memutus perdebatan mereka dan kembali mengerjakan tugas.

"Gak usa tereak juga kali Bambang" ucap Ryan.

"Oh lo ngatain bapak gue ya, berani lo sekarang?" Ucapku menantang.

"Tau nih emang mulut lamis" Okky menoyor kepala Ryan. Hingga akhirnya mereka berdua saling membalas menoyor kepala.

"Ryan, Eko sekali lagi bikin kacau gua usir lo dari kamar gua" protes Fero.

"Ampun bang jago" ucap mereka bersamaan dan mengatupkan kedua tangannya.

Ternyata berteman dengan Fero dan sahabatnya adalah hal yang menyenangkan dari yang ku bayangkan, mereka begitu konyol dan tak banyak beban pikiran.

•••

"Kamu yang ngirim ini?" Ucapku sambil menunjukkan phonecase yang ku terima tadi malam.

Tirta bersandar di pagar pembatas dan berhadapan denganku, aku saja baper dengan posisi ini. "Nggak ada, aku gak ngirim apapun dek" ucapnya keheranan.

"Dek? Maksudnya adek?" Akupun ikut heran.

"Emm--maksudnya Bayu, hehe" Tirta menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Masih di suasana pagi yang sejuk dan sepi Tirta menggandeng tanganku ke taman utama di bawah pohon rindang dan mata kami saling bertemu, hatiku tak karuan melihatnya seperti ini. Ku kira aku hanya akan merasakan perasaan ini ketika berada di dekat Fero tapi nyatanya tidak, aku juga merasakannya setiap berada di samping Tirta.

"Aku mau minta maaf soal kemaren" ucapnya tanpa memalingkan tatapannya.

"Minta maaf? Harusnya kemaren kamu ikut bawa Fero ke UKS kalo kamu bener-bener pengen minta maaf!" ucapku menatapnya lekat-lekat dan rahang mengeras.

"Kamu marah? Lagian udah biasa kali Bay, playboy kayak dia di pukulin orang" bantah Tirta.

"Biasa kamu bilang? Dia lagi sakit, kalo tangannya makin parah gimana?"

Di tengah-tengah perdebatan kami, Ryan dan Okky lari sampai napasnya terengah "Tirta, Bayu susah bener di cariin masih pagi juga!" Ucap Ryan.

"Ada apa? Fero sakit?" Entah mengapa perasaanku langsung cemas pasalnya Ryan dan Okky adalah sahabat Fero.

"Bukan! Anggota basket di suruh ngumpul tuh sama pak Dedi" ucap Okky.

Hatiku langsung lega mendengarnya, belakangan ini pikiranku isinya penuh dengan semua hal tentang Fero.

"Oh gitu, yauda yuk" ucapku lalu pergi bersama Ryan dan Okky.

Pov Tirta.

Susah banget punya waktu berdua sama dia, gue cuma mau bilang gue tuh suka sama dia. Itu aja Tuhan, izinkan mulut ini untuk mengatakan kejujuran itu. Gue lelah tiap malam jadi insomnia cuma karena perasaan ini yang tak kunjung tersampaikan pada Bayu, seseorang yang kembali membuatku candu setelah sekian lamanya gua menutup diri kepada siapapun.

Entah mengapa jantung ini kembali terpacu dengan cepat, sampai gue hampir menyerah untuk tidak kembali mengkonsumsi obat penenang. Ladya dan Bayu mengapa mereka berdua memiliki banyak kesamaan dan membuat gue tak bisa berpaling untuk memperjuangkannya, entah adil atau tidak jika gue suka sama Bayu cuma karena dia mirip sama Ladya. Tapi dia benar-benar membuat gue terjebak dalam perasaan sebatas suka.

"Bayu, aku harus dapetin kamu" ucap gua pada diri sendiri.

Pov Tirta End.

TBC oke 😉

Sebatas Suka (SS) Where stories live. Discover now