Chapter 5: Cogitatio

176 19 85
                                    

Seminggu setelah masuk asrama, 8 Februari.

愛:生東虚金円痔実全多和道地北小余

978 - 019 – 9580 - 31 - 6

Entah berapa lama Ranita memandangi tulisan ini. Semakin dilihat, semakin membuatnya sebal. Keragu-raguan terbit dalam akalnya: apa maunya asrama ini dengan segala teka-tekinya? Apakah mereka sebenarnya panitia cerdas cermat antar galaksi? Dimulai dengan misi dalam sambutan Nona Rachmah, sandi di lukisan, lalu sandi di amplop—yaitu kode pada kartu berpola di balik amplop, yang bisa dilihat menggunakan plastik merah berbentuk bunga amaranth di amplop merah muda. Sandi Jepang inilah yang tertera pada kartu tersebut.

"Nah, setiap sandi memiliki pengurai dan dalam hal ini musik waltz adalah pengurai pertama – yang sudah diputar di asrama selama berhari-hari sampai aku bosan.Waltz setidaknya memiliki ketukan 3/4, yang artinya setiap birama terdiri dari tiga ketukan. Tak! Tik! Tuk! Coba perhatikan."

Rin mulai mengetuk kanji-kanji itu, kira-kira begini

Tak-tik-tuk Tak-tik-tuk Tak-tik-tuk Tak-tik-tuk Tak-tik-tuk

"Dengan begini sandi sudah dipilah menjadi tiga kombinasi, yaitu yang dijatuhi 'Tak', 'Tik', dan 'Tuk'. Masing-masing kombinasi ini bisa ditelaah satu per satu. Kita mulai dari— Eh?"

Penjelasan Rin berhenti ketika menyadari gumpalan asap yang mengepul dari telinga Rensi. Dengan panik Tata mengambil sebotol minuman isotonik dan memberikannya pada Rensi.

"Ehem, aku lupa kemampuan otak kita berbeda," Rin memijit dahi, gerakan yang khas ketika Ia jengkel.

"Bagian yang merepotkan itu bisa kita lewati, jadi aku beritahu saja kalau kombinasi yang paling meyakinkan adalah barisan 'Tuk' yaitu

児痔多地余

Alasannya? Karena umumnya kanji memiliki beberapa cara baca, tetapi kombinasi ini masing-masing kanji-nya memiliki satu cara baca. Selain itu petunjuk pertama kita adalah angka 3 dari 300 DC, jadi sudah ada dua teori yang mendukung kombinasi ini."

Meskipun tampak kepayahan, Rin sadar bahwa Ranita, Tata, dan Rensi berusaha mengimbangi penuturannya. Sementara itu dalam benaknya, Ranita bahkan bertanya-tanya kenapa mereka mau melakukan ini?

"Paham? Ah... Akhirnya. Nah, dengan begitu kanji ini bisa diba—"

"Ko – JiTaChi – Yo"

Sahutan itu membungkam perkataan Rin. Gadis itupun menaikkan alisnya dengan tatapan menyelidik pada sosok yang tiba-tiba bergabung bersama mereka.

"Jawabannya Ko – JiTaChi – Yo, 'kan? Kanji itu dibaca demikian."

Seorang gadis jangkung berdiri tepat di belakang Ranita. Ia membalas tatapan Rin dengan senyuman yang tulus. Sementara itu, Rin yang sudah mengatasi keheranannya pun tersenyum menantang.

"Ho... Ternyata di sini ada juga yang otaknya encer."

"Maaf, aku tadi mendengar diskusi kalian dari taman. Sekarang tahu-tahu aku sudah ada di sini. Maaf, aku permisi—"

Asrama 300 DCWhere stories live. Discover now