Chapter 1: Amplop Rahasia

213 25 21
                                    

Semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas masing-masing. Beberapa di antaranya ada yang menunggu jemputan, baik itu orang tua ataupun kekasih mereka. Seharusnya hari ini seperti biasa, Tata dan Rensi pulang bersama dengan sepeda milik Rensi yang mengantarkannya hingga depan rumah. Padahal letak rumah Rensi berlawanan arah, terkadang Tata merasa tidak enak. Apalah daya gadis berambut cepol itu tetap memaksanya. Sejak kemarin Rensi pergi ke luar kota, Tata pun kembali ke rumah dengan berjalan kaki. Sembari melangkah menyusuri pinggir jalan, ia memikirkan sesuatu-apa pun itu yang dapat mengubah hidupnya suatu saat nanti. Tidak mungkin jika ia akan terus seperti ini.

Tata teringat suatu hal, bahwa kemarin adalah hari ulang tahun sahabatnya. Sejujurnya, ingin sekali Tata menghadiahkan sesuatu, hanya saja uang saku yang dikumpulkan selama sebulan hilang dirampas Pamannya. Ia sengaja membawa bekal seadanya ke sekolah agar bisa membeli hadiah ulang tahun sahabatnya, tapi malah diambil untuk membeli minuman keras yang tidak berguna sama sekali. Pamannya hanyalah pembuat onar dan itu sangat menggangu dirinya setiap kali berada di rumah.

Setelah berjalan selama lima belas menit dari sekolah, Tata dibuat terkejut dengan keberadaan sebuah sepeda berbalut plastik di halaman rumahnya. Sepeda itu berwarna hitam dengan keranjang nyaman berwarna coklat bagian depannya. Ia membuka pintu pagar dengan mata yang tertuju pada sepeda keranjang itu.

Ia melihat setiap sudut sepeda, terlihat pada down tube atau pipa bagian bawah yang biasa berupa dua pipa sejajar, tertulis Polygon. Tata memang tak begitu mengetahui merek sepeda, yang ia tahu merek ini begitu terkenal dan harganya pun mahal. Beruntunglah Pamannya itu belum pulang. Jika sudah pulang, mungkin saja sepeda ini akan dijual.

Tiba-tiba pandangannya terhenti melihat surat dalam keranjang. Tata membuka surat itu dan membaca pesan yang tertulis di dalamnya. Saat membaca bagian pengirim, ternyata sepeda itu dari Rensi-sahabatnya saat mereka sekolah menengah pertama dulu.

Astaga, dia yang ulang tahun. Kenapa aku yang diberi hadiah? batinnya.

Kedua sudut bibir Tata tertarik memperlihatkan senyuman simpulnya. Ia membaca isi surat itu hampir dua paragraf penuh. Betapa bersyukurnya Tata mempunyai sahabat seperti Rensi. Apalagi dengan sifat cerianya. Setiap hal yang dilakukannya pasti selalu membuat Tata tertawa, hingga tak habis pikir dengan tingkah sahabatnya itu. Padahal setiap hari mereka bertemu karena satu meja, tapi Rensi sering menghubunginya dan berbagi cerita melalui chat ataupun video call, hitung-hitung menghibur dirinya saat Pamannya itu tengah mabuk dan meracau tidak jelas.

Setelah selesai membaca surat itu, dengan cepat dimasukkan kertas itu ke dalam tas ranselnya. Mendorong sepeda itu ke samping rumah dan menutupnya dengan lembaran kardus-kardus bekas di sana.

"Baiklah, kau aman di sini. Pamanku tidak akan ke sini," ujarnya sembari merapikan sedikit agar lebih tertutup sempurna.

Tata berlari kecil sambil memperhatikan sekelilingnya. Memastikan agar pria paruh baya itu tidak melihatnya.

---------------------------

Di lain sisi, seorang gadis dengan rambut cepol sedang merebahkan tubuhnya. Hampir tengah malam ia bersama Maminya baru saja sampai di rumah. Sejujurnya, ia ikut acara keluarga di luar kota hanya karena ia merasabosan dan butuh liburan saja. Tepat saat tangannya meraih ponsel, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu di bawah ponselnya. Rensi mengambil benda itu dan memandangi sejenak, ternyata sebuah amplop berwarna merah jambu.

Rensi bangkit lalu duduk bersila di atas ranjang dan memutuskan untuk membuka amplop itu. Ia menarik napas panjang, mengembuskan kemudian secara perlahan. Saat membuka amplop, terlihat ada selembar kertas yang tertulis mengenai asrama dan misi yang akan diselesaikan.

Asrama 300 DCWhere stories live. Discover now