Tiga

4 1 0
                                    

Jeni menyeka keringat dipelipisnya menggunakan lengan seragamnya. Sudah dua jam lebih Jeni membersihkan kamar mandi atas dan sebagian kamar mandi bawah.

Rio sudah pulang satu setengah jam lalu, soalnya mau kerkom sama Mela dan yang lain.

Jeni membersihkan kamar mandi terakhir dengan buru-buru. Karena hari hampir petang, dan Jeni hanya sendiri dilantai atas. Walaupun masih sore, namun suasana disekolah sangat sepi. Dan membuat Jeni agak sedikit merinding

"Fiuhhh .... Akhirnya selesai juga. Kok sepi banget sih," gumamnya

"Rileks Jeni, jangan takut. Semakin lo takut, setannya makin suka," lanjutnya menenangkan diri.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Jeni. Hingga membuat sang empunya berjengit kaget dan berteriak.

Pukk

"Aaaaaa setaaannnn" teriak Jeni sambil menutup mata.

"Sstt, ini saya bukan setan"

"Haii Jeni" lanjutnya setelah Jeni membuka mata dan membalikkan badannya. 

"Pak Daniel kok belum pulang?" tanya Jeni heran. Pasalnya, semua guru sudah pulang ke rumah masing-masing. Tersisa Jeni yang diberi hukuman, Pak Acep, dan Pak Budi yang memang berjaga disekolah.

"Ada barang saya yang ketinggalan di kelas XI MIPA³. Kamu sendiri kenapa belum pulang? Udah sore banget loh" tanya Pak Daniel

"Saya dapet hukuman disuruh bersihin kamar mandi Pak hehe" jawab Jeni sambil terkekeh malu.

"Ohh .... Kenapa bisa dihukum?"

"Saya terlambat Pak, terus Pak Fikri nglaporin saya ke Bu Tuti. Nyebelin banget ngga sih?!!" cerita Jeni menggebu-nggebu

"Pak Fikri emang gitu orangnya, yang sabar aja ngadepinnya ya haha" balas Pak Daniel sambil terkekeh

"Oh iya, nih buat kamu. Pasti haus kan? Tadi saya baru beli tapi salah ngambil rasa." lanjut Pak Daniel seraya menyodorkan susu kotak rasa coklat, rasa kesukaan Jeni.

"Waahh beneran? Makasih loh Pak" 

"Iya sama-sama. Saya pamit dulu" ucap Pak Daniel seraya menepuk kepala Jeni pelan, kemudian berlalu meninggalkan Jeni.


———

Jeni berjalan sambil melompat-lompat kegirangan karena dikasih susu kotak sama Pak Daniel.

Sudah dari dulu Jeni memang mengagumi sosok Pak Daniel, guru favoritnya.
Karena tidak bisa menggapainya, Jeni melampiaskan rasanya kepada cowo-cowo yang mendekati Jeni.

Nakal banget emang.

Jeni berjalan kaki menuju halte sekolahnya, sambil melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. 17.30 sebentar lagi maghrib, tidak mungkin ada bus yang melintas di jam-jam ini.

Jeni memutuskan berjalan kaki untuk pulang kerumahnya. Dari pada menunggu bus yang tidak tahu akan kapan datang, lebih baik jalan kaki dan mampir dimasjid dulu untuk shalat maghrib. Dan duitnya bisa buat beli makan mawar mwehehe.

Walaupun Jeni bandel, dia tidak pernah meninggalkan shalat. Ya kadang subuhnya telat sih hehe.

Tepat setelah keluar dari masjid, Jeni melihat sosok yang tidak asing dimatanya.

"Devan"

"Jeni"

Panggil mereka berdua bersamaan. Devan adalah sahabat Jeni dari kecil, dan Devan pula yang mengetahui semua masalah Jeni dari dulu hingga sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 13, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JENI(US) Where stories live. Discover now