Sekali Ini Saja - Lee Taeyong

Start from the beginning
                                    











"Ayo dong, Ri, buburnya dimakan. Lima suap aja, gak usah banyak-banyak." Taeyong dengan senyum yang tak pudar terus menyodorkan bubur pada istrinya yang bukan hanya menolak makan, melainkan juga menolak menatapnya.

Sang istri, Yeri, sekali lagi membuang muka, menjauhkan mulutnya dari sesendok bubur yang disodorkan Taeyong.

"Ayo dong, Ri, ini aku udah jauh-jauh beli bubur di abang-abang langganan kamu yang deket rumah. Bubur kalau didiemin lama jadi gak enak." Taeyong tak lelah membujuk.

"Kenapa gak sekalian pulang aja? Kenapa malah kesini lagi cuma buat beli bubur?" Tanya Yeri ketus. "Aku gak mau."

Taeyong mendesah sabar. Meskipun begitu, senyum tak lekang dari wajahnya."Ri, nanti nasinya nangis,loh."

Suara tawa kemudian terdengar dari ranjang di seberang milik Yeri. Taeyong menoleh, dan mendapati Bu Inas, ibu paruh baya yang sudah seminggu ini sekamar rawat dengan Yeri, tertawa bersama anak perempuannya sambil menatap ke arah mereka berdua. Rupaya acara suap-menyuap sang pasangan muda sedari tadi menjadi tontonan hiburan bagi pasangan ibu dan anak itu.

"Duh, Mas Taeyong bisa aja," celetuk anak Bu Inas, "nasinya, 'kan, udah jadi bubur. Mana bisa nangis?"

Taeyong ikut tertawa ramah. "Ah, kamu. Jangan diperjelas, nanti Yeri makin gak mau makan."

Bu Inas tersenyum lebar, kemudian menatap Yeri hangat. "Neng Yeri, dimakan, dong, buburnya. Itu si Aa' ganteng tangannya udah kram kayaknya, uluran sendoknya gak ditanggepin."

"Tuh, dengerin kata orangtua." Taeyong tertawa sambil meletakkan sendok buburnya yang tak bersambut. Sebagai gantinya, ia mengelus rambut Yeri penuh sayang.

Yeri hanya mendengus, malas menanggapi. Matanya yang mulai menguning melayang pada apa saja yang berlawanan arah dengan suaminya.

Taeyong dengan semangat kembali meraih buburnya, berusaha lagi untuk membujuk Yeri makan, dibantu dengan ucapan semangat sekaligus menggoda dari Bu Inas dan anaknya.

Tak lama, suara ketukan di pintu ruang rawat terdengar, disusul dengan terbukanya pintu tersebut dan munculnya wanita akhir 20-an dengan jas putih diiringi perawat yang membawakan troli berisi alat-alat medis.

"Selamat pagi!" Sapa si gadis ramah.

"Pagi, dokter Irene! Seger nih, saya, pagi-pagi udah liat yang bening-bening." goda Bu Inas dengan semangat.

"Ah, bu Inas, bisa aja ngegombalnya," Irene tersipu. "Hari ini Bu Inas ada jadwal cuci darah, ya?"

"Iya dok, nanti diantar anak saya."

"Siap. Alhamdulillah ya bu, anaknya berbakti," Irene tersenyum, lalu menatap anak bu Inas tulus. "masuk surga jalur SNMPTN kamu!"

"AMIN!" anak bu Inas mengamini dengan penuh suka cita. Irene tertawa, kemudian fokusnya berpindah pada Taeyong dan bubur di tangannya. "Wah, lagi sarapan, ya? Saya ganggu, gak?"

"Pagi, dokter Irene." Taeyong segera berdiri untuk memberi ruang pada sang dokter residen. "Nggak, dok. Silakan, silakan."

Taeyong yang sejak tadi ada di sisi kanan Yeri bergegas memutar ke sisi kiri untuk memberi ruang pada sang dokter. Irene kemudian mandekat dan tersenyum manis.

90's Love [NCTx Yeri]Where stories live. Discover now