chapter 3

1.3K 122 14
                                    

Kedua insan berbeda gender itu masih saling melumat di atas ranjang. Tanpa melepas ciumannya, Naruto perlahan membantu Hinata melepas pakaiannya. Matanya bebinar melihat penampakan di bawahnya, tubuh gadisnya yang selama ini tertutupi kini telah ia lihat sendiri dengan mata kepalanya. Naruto tidak memungkiri bahwa Hinata adalah paket lengkap perempuan idamannya, wajahnyaaan cantik dengan kulit putih, hidung mancung dan bibir kemerahan. Tubuh gadis itupun berisi di bagian bagian yang paling ia sukai.

" Kenapa kau begitu sempurna....."ucap Naruto dengan penuh kagum, sementara Hinata hanya diam saja, wajahnya memerah dan berusaha menutupi dadanya yang telah terekspos. Sejujurnya ia amat malu karena Naruto melihat semua pada dirinya.

" Na...naruto kun berhenti menatapku....."cicit Hinata, Naruto menyunggingkan bibirnya, ia kembali melumat bibir Hinata yang sedari tadi membuatnya tergoda.

Hinata memejamkan mata menahan rasa sakit luar biasa saat kejantanan Naruto berusaha menerobos masuk. Tanpa sengaja ia meremas bahu pria cukup kuat. Naruto mendongak , menatap wajah Hinata yang terlihat tidak nyaman.

"Kau belum pernah melakukannya?" Ucap Naruto sambil membelai wajah Hinata. Hinata mengangguk sembari menahan sakit.

"I...ini pertama kalinya bagiku" cicitnya dengan wajah yang sudah memerah. Naruto merasa bangga mendengarnya, itu artinya dialah satu satunya pria yang menyentuh Hinata. Sebenarnya Naruto sudah yakin jika Hinata memang masih suci, gadis itu telah bersamanya selama 3 tahun. Selama itu pula Naruto lah yang mengajari Hinata banyak hal seperti berciuman dan skinship lainnya. Namun, mereka tidak pernah lebih dari itu karena Hinata selalu menolaknya dan Naruto mengerti kekhawatiran gadis itu. Tapi entah kenapa ia sudah tidak sanggup menahan hasratnya lagi.

Naruto juga seorang lelaki yang memiliki hasrat, ditambah hampir semua temannya selalu bercerita tentang kegiatan mereka bersama pacarnya, hal ini kadang benar benar membuatnya gila. Ia memiliki kekasih secantik Hinata yang menjadi primadona tapi tak bisa ia sentuh dan seorangpun tau bahwa gadis itu kekasihnya. Hal itu cukup menguras emosi Naruto.

"Tenanglah...sayang. aku akan berlaku selembut mungkin" ucap Naruto sambil mengelus pelipis Hinata.

.
.
.
.

"Sudah pukul 5 lebih kenapa Hinata belum juga pulang"ucap Hiashi sambil meminum tehnya.

" Mungkin dia sedang ada tugas kuliah, kau tau pendidikan seorang dokter itu sangat sulit. Jangan terlalu keras pada anakmu" Hikari menangkan suaminya, terkada Hiashi berlebihan jika itu mengenai Hinata. Padhal putrinya itu sudah dewasa tapi tetap saja suaminya tidak mengijinkan Hinata bergaul dengan seorang pria apalagi dekat dengannya. Hal ini berbeda dengan perlakuannya pada Hanabi, ia memberi celah pada putri bungsunya itu karena Hanabi bukan tipikal dgadis lemah lembut seperti Hinata. Bahkan laki laki pun akan takut jika berhadapan dengan anak itu.

"Aku hanya khawatir, Hinata itu polos, dia tidak pernah bilang tidak pada orang. Aku takut kebaikan putriku dimanfaatkan oleh bajingan tidak bertanggung jawab" ucap Hiashi membuat Hikari menghela nafas.

"Kau terlalu keras pada Hinata, dia sudah 19 tahun bahkan banyak teman temannya sudah memiliki kekasih. Tapi kau masih melarang putrimu dekat dengan pria." Hiashi menatap dingin kearah istrinya, ia tidak suka jika Hikari mulai membicarakan pria untuk Hinata.

" Aku yang akan mencarikan jodoh untuk Hinata! Biarkan dia fokus pada pendidikannya dan jangan sekali kali kau memberi celah atau mencoba menutupi sesuatu dariku Hikari!" Tegas Hiashi, pria paruh baya itu kemudian bangkit meninggalkan istrinya. Ia jengah jika sudah membahas pria untuk Hinata. Hinata adalah putri kebanggaannya, dan ia harus menikah dengan pria yang pantas, bukan pria asal asalan.

PainfulWhere stories live. Discover now