Bergegas menuju gedung proyek dengan Dao Yang terus memerhatikan, menyaksikan betapa girang adik perempuannya. Sebagai seorang kakak bagaimana bisa hal itu tak mengundang senyuman? Yang pada akhirnya membawa Dao Yang meninggalkan lokasi.

"Gelap sekali," gumam Yun Bei sambil mencari saklar, menyalakan kemudian yang memperlihatkan indahnya hutan buatan Jia Hou.

"Jia Hou! Jia Hou kau di mana?" serunya bergema. Namun, tak juga mendapati tanda-tanda adanya kehadiran seseorang dalam gedung nan sepi itu.

Tentu, hal itu tidak menghentikan Yun Bei menelusuri sekitar. Bisa saja Jia Hou belum datang, bukan? Dan selagi menanti, Yun Bei menghentikan langkah memerhatikan satu pohon. Tentu saja pohon buatannya yang dibuat dengan penuh usaha dan kerja keras. Saat itulah, lampu ruangan tiba-tiba mati.

"AAHHHH!!!"

***

Dao Yang masih berjalan menelusuri trotoar, mata sudah menangkap kafe yang akan disinggahi. Namun, langkahnya terhenti ketika sebuah mobil mengklakson, berhenti tepat didekatnya.

"Dao Yang! Apa yang kau lakukan sendiri di sini?"

"Aku baru saja mengantar Yun Bei menemui Jia Hou di gedung proyek kalian."

"Jia Hou ingin menemui Yun Bei?"

"Jia Hou mengirim surat tadi pagi. Kau tidak tahu?"

"Benarkah? Aku benar-benar tidak tahu. Aku juga bekerja di luar seharian ini, cuma bertemu Jia Hou sekali saat makan siang tadi," jawab Ming Hai.

"Mungkin dia lupa memberitahumu."

"Mungkin saja ... baiklah, aku harus kembali ke toko. Masih ada pekerjaan yang harus kulakukan dan selesaikan hari ini juga."

"Baik, teruskan saja pekerjaanmu."

"Jika aku tidak sibuk, pasti akan pergi menemanimu sekarang. Baiklah, aku pergi dulu."

Ming Hai kembali melajukan mobilnya, meninggalkan Dao Yang yang kembali melanjutkan perjalanan.

Jia Hou mengajak Yun Bei bertemu? Apa itu mungkin ...? Sudahlah ... alangkah baiknya jika mereka bertemu dan tidak lagi bertengkar, tapi ini sungguh aneh, mengirim surat bukanlah gaya seorang Jia Hou.

Kini Ming Hai telah sampai di toko, masuk dengan membawa beberapa dokumen. Namun, matanya menerka-nerka siapa yang belum pulang semalam ini. Pasalnya, lampu toko beserta lantai dua masih menyala terang.

Apa Jia Hou? Tidak ... Jia Hou sedang di gedung proyek bersama Yun Bei. Lalu siapa jam segini masih di sini? Sangat aneh.

"Kenapa kau bengong?"

Terperanjat, bahkan sedikit teriakan keluar begitu saja tanpa diminta dari mulut Ming Hai yang kini mendesah lega.

"Kau mengagetkanku saja! Kenapa kau di sini bukannya di gedung proyek?"

"Kau membawa dokumennya?" tanya Jia Hou.

"Kau meninggalkan Yun Bei sendiri di sana?" Ming Hai memberikan dokumen yang diminta.

"Apa maksudmu? Kenapa membawa-bawa namanya? Sudah kukatakan jangan menyebut nama itu lagi," ucap Jia Hou sambil membuka-buka lembaran dokumen.

"Tadi aku bertemu Dao Yang, katanya kau mengirim surat pada Yun Bei untuk bertemu di gedung proyek malam ini."

"Surat? Aku yang mengirim?" tanya Jia Hou, kebingungan.

"Apa kau ... sungguh tidak melakukannya?" tanya balik Ming Hai, tapi yang ditanya malah menunjukkan tanda-tanda semakin bingung, menggeleng kemudian. Namun, detik setelahnya. Kebingungan itu terganti dengan keterpakuan, mematung bagai tersambar sesuatu tak kasatmata.

Mungkinkah, ingatan akan kejadian siang kemarin muncul? Saat dirinya melihat Lan Mei memberikan sesuatu pada Tuan Yan.

Sontak saja, sepasang mata Jia Hou membulat, dokumen pun terlepas begitu saja dari pegangannya.

"Ada apa? Kenapa kau bersikap begini?"

"Gawat!"

Berlari sejadinya, keluar dari toko yang seketika pula melesat pergi dengan mobilnya dalam kecepatan penuh. Sama halnya dengan Ming Hai yang mengekor, meskipun tak tahu pasti apa yang terjadi, tapi dirinya mengerti bahwa telah terjadi sesuatu yang membahayakan Yun Bei. Sekaligus tahu bahwa Jia Hou memang memedulikan Yun Bei atau mungkin saja Yun Bei sudah masuk ke dalam hati dinginnya seorang Jia Hou tanpa disadari sendiri oleh Jia Hou.

***

"Yun Bei ... Yun Bei di mana kau ...? Keluarlah? Kenapa takut begitu padaku?"

Sumber pencahayaan ruangan hanya mengandalkan pantulan cahaya dari luar saja, terlihat bayang-bayang seorang pria yang terus memanggil-manggil dengan langkah sempoyongan, layaknya orang mabuk. Bahkan, suara yang dikeluarkan pun tampak seperti racauan atau lanturan orang mabuk.

Apa yang harus aku lakukan? Kenapa Tuan Yan bisa di sini?

Bittersweet Blossom (End)Where stories live. Discover now