01 - Pembuka

18 1 0
                                    

Suara petir dan hujan keras mengurungkan niat Ghio untuk pulang ke rumahnya.

Dilihatnya halaman gerbang sekolahnya yang mulai sepi.

"Sial. Kalo tahu begini tadi aku bawa motor," gerutu Ghio dalam benaknya.

.

"Teman-teman kamu yang lain mana?"

Sontak sebuah suara yang terdengar tidak asing berhasil membuat Ghio sedikit terkaget.

Vita, gadis kelas sebelah yang menjadi incarannya sejak dulu, membuat Ghio tersenyum.

"Mereka semua sibuk eskul"

Jawaban Ghio membuat Vita sedikit terheran.

"Kau sendiri? Bukannya kau harus latihan futsal?"

"Ohh.. itu aku udah malas datang sih, bentar lagi aku mau keluar,"
Ghio tersenyum sembari menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Kok gitu? Bukannya kamu suka futsal ya?" Tanya Vita lagi yang membuat Ghio terdiam sejenak.

"Sebenarnya aku tidak terlalu suka futsal, cuma ikut-ikutan doang sama yang lain"

Perkataan Ghio membuat Vita terkekeh, ia tak habis pikir dengan Ghio.

"Mau pulang bareng? Tapi cuma punya 1 payung nih"

Vita menyodorkan payungnya kepada Ghio.

"Ohh tidak perlu, aku bisa lari kok"

Vita tersenyum tipis sembari mengangguk,

"Oke deh, kalau begitu aku duluan ya.."

Vita melambaikan tangannya tanda pamit, lalu dibalas oleh Ghio.

Tersirat senyuman di bibir Ghio, fakta bahwa wanita yang disukainya menyapa dirinya ialah suatu momen yang berharga baginya.

................

"Woy anjing"

Teriak Ghio kepada salah satu temannya, membuat seisi kelas termasuk guru yang mengajar menoleh kepadanya.

"Kenapa kamu?"

Tatapan Pak Irwan membuat Ghio mematung.

Sementara anak yang tadi Ghio teriaki berusaha menahan tawanya.

"Dewa pak, dia ganggu saya tadi"

Dewa yang tadi senyum² kini menatap Ghio tajam, seperti berkata 'Kenapa jadi aku?'

"Sekali lagi saya mendengar suara yang mengganggu, saya tak segan² suruh kalian kerja 10 soal termodinamika di depan sini, ngerti?"

Semuanya mengiyakan. Yang tadinya tegang, sekarang menjadi semakin tegang.

Membuat Ghio dan Dewa saling menatap tajam.

..


Dilihatnya layar Handphone yang Dewa sodorkan kepadanya, hal yang membuat Ghio tadi sempat mengumpat padanya saat pelajaran fisika.

Layar yang memperlihatkan foto Ghio yang tengah merangkul pundak Vita dikantin sekolahnya. Entah siapa yang memotret mereka.

"Beneran lo udah pacaran sama si ketos baru itu?"

"Eh gue bilang jangan berisik bangsat"

Ghio memukul bahu Dewa, dan melihat ke sekitar berharap tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka berdua.

Semua murid dikelas sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang makan, ada yang membaca novel, ada yang asik gosip, dan ada pula yang sedang tertidur.

"Satu sekolahan juga udah tau, ngaku aja lu"

Ucapan Dewa membuat Ghio menghembuskan nafasnya.

"Iya, udah 2 bulan"

Dewa dibuat terbelalak olehnya. Bagaimana bisa Ghio dengan santainya mengucapkan itu, sementara selama ini ia sebagai teman dekat sama sekali tidak tahu apa-apa.

"Jadi jadi? Coba jelasin ke gue biar jelas lah"

"Lu tau sendiri kan gue udah naksir dia dari kelas 10?"

Dewa mengangguk "Oh iya lupa"

"Intinya gue nembak dia pas 2 bulan yang lalu, dianya belum jadi ketos-"

"Dianya mau, dengan syarat kita pacaran diam-diam karena waktu itu pemilos mau di adakan, dia mau punya image yang bersih sebagai calon ketua osis" lanjut Ghio.

"Lah? Iya ya, lu kan berandalan suka bolos" ejek Dewa sambil tertawa, dibalas sinisan oleh Ghio.

"Ngaca bos" balasan Ghio membuat mereka berdua saling lempar tawa.

.

......

"Arghio Putra!!"

Yang dipanggil bangkit dari bangkunya, menuju meja guru untuk mengambil hasil ulangan kimia miliknya.

Ia melihat lembaran yang ia pegang sembari jalan kembali menuju tempat duduknya. Sedikit smirk-nya yang khas terpaut diwajahnya.

"Dapat berapa?"

Raka, yang merupakan teman sebangku Ghio bertanya padanya.

"85, lumayan" santai Ghio.

"Wah, nyontek dimana?"

Ucapan Raka sedikit membuat Ghio tersinggung, ia tahu bahwa dirinya memang malas jika dibandingkan dengan teman sebangkunya yang super rajin itu, tapi setidaknya ia sama sekali tak menyontek.

"Ya nyontek dari lo" jawaban Ghio membuat ekspresi Raka langsung berubah, sekilas ia tadi melirik kertas ulangan milik Raka tanpa sepengetahuannya, ia tahu bahwa teman sebangkunya yang 'pintar' itu mendapat nilai 55 dalam ulangan kali ini.

"Lo sendiri?" Ghio balik bertanya, ingin melihat reaksi Raka.

"Ehh... Kemarin gue ga belajar karena ada urusan penting dirumah, kurang enak badan juga sih jadi dapat nilai rendah"

Raka berusaha mengalihkan topik, membuat Ghio ingin memuntahkan isi perutnya. Ia tahu bahwa Raka sebenarnya tidak sepintar itu, ia hanya terlalu berambisi untuk selalu menjadi yang pertama.

Dewa datang ke meja Ghio, bertanya hal yang sama seperti yang Raka lakukan. Ghio lalu bertanya balik, tapi raut wajah Dewa terlihat sedikit muram.

"Remedial lagi, gue bener-bener anak nyasar dikelas IPA"

"Ya lagian lu sok²an masuk IPA, mau dianggap pinter lu?"

Mereka berdua tertawa sejadi-jadinya, bersahabat sejak kelas 10 tentunya mereka sudah kenal baik. Tanpa takut untuk melontarkan candaan yang mungkin menurut orang lain tak sopan, tapi bagi mereka sendiri itu adalah hal yang lucu.

....

.

.

.

Makasih yg udah baca🥰 maaf kalo masih acak adul

Oh iya mungkin di awal2 alurnya sedikit lambat, jadi cerita sebenarnya belum dimulai hehe

Pengenalan karakternya juga seiring dengan cerita berjalan,

Jadi simak terus ya :)





Someday, The BoyWhere stories live. Discover now