1. Kecewa

400 26 2
                                    

Wanita berhak memilih pada siapa dia melabuhkan hati. Namun bagaimana jika pelabuhannya menolak untuk dijadikan sandaran hati?

🌸🌸🌸

Sandra duduk di depan cermin, memandangi diri dengan senyum secerah mentari. Matanya berbinar, wajahnya nampak berseri-seri, penampilannya malam ini begitu memukau. Helter dress yang dikenakannya terlihat indah membalut tubuh rampingnya, dengan bagian bahu yang terbuka Sandra benar-benar tampak anggun malam ini. Rambutnya yang lurus berkilau dengan curly di bagian bawahnya sengaja ia gerai dengan jepit rambut berbentuk mutiara menjepit poninya ke samping.

"Perfect," gumam Sandra, puas dengan riasan serta dress yang ia kenakan.

"Apa ada yang ingin ditambahkan Nona?" Seorang wanita yang sedari tadi berdiri di belakang Sandra buka suara. Wanita itu stylish yang selalu mendadanni Sandra setiap kali Sandra akan pergi ke suatu acara atau saat wanita itu sendiri yang meminta untuk didandani.

"Cukup, aku suka. Bawakan aku high heels-nya," kata Sandra, menginteruksi wanita itu agar mengambilkan high heels yang akan ia pakai untuk menunjang penampilannya yang sempurna.

"Baik Nona." Wanita itu mengambil high heels di ruang penyimpanan, di mana di dalam sana begitu banyak lemari kaca berbentuk rak-rak berisikan sepatu dan tas, serta di samping kirinya terdapat lemari pakaian berisi berbagai jenis pakaian milik Sandra dari gaun, pakaian formal sampai pakaian santai.

"Raisa, sekalian bawakan aku clutch!" Terdengar teriakan Sandra dari luar.

Wanita yang dipanggil Raisa menghela napas kasar, kemudian menjawab, "Baik Nona." Sudah jadi tuntutan pekerjaannya, ia harus patuh akan setiap perintah majikan dan memberikan pelayanan yang baik agar tetap dipertahankan. Mengingat Sandra orang yang mudah memecat pelayan di rumah ini jika tidak puas dengan hasil yang diinginkan, itu kenapa Raisa mati-matian memberikan hasil sebaik mungkin atas setiap pekerjaan yang ia lakukan.

Raisa mengambil high heels dan clutch bewarna merah terang senada dengan warna gaun yang dipakai oleh Sandra. Setelah itu bergegas kembali ke hadapan majikannya itu.

"Apa mama sama papa sudah ada di rumah?" tanya Sandra ketika Raisa sedang memakaikan high heels di kakinya.

Raisa yang berjongkok di depan Sandra sedikit mendongak, meski tangannya tetap sibuk mengerjakan pekerjaannya. "Tidak ada Nona. Tuan dan nyonya baru akan pulang besok," jawab Raisa.

Sandra tersenyum tipis, kembali sibuk memainkan ponselnya. Beruntung kedua orangtuanya sedang pergi ke luar kota untuk menghadiri suatu acara peresmin untuk mall baru milik papanya. Karena itu Sandra bisa sedikit bernapas lega, ia juga bebas keluar masuk dari rumah ini tanpa pantauan kedua orangtuanya. Tentu saja dengan bantuan para pelayan dan penjaga yang sudah ia sogok dengan uang ditambah dengan sedikit ancaman, sehingga mereka semua turut adil memuluskan rencana Sandra malam ini yang akan pergi makan malam dengan Arga.

Arga merupakan sahabatnya sejak duduk di bangku sekolah menengah. Kedekatan mereka yang berlangsung lama menimbulkan benih-benih cinta di hati Sandra, namun entah dengan Arga. Apakah pria itu juga merasakan hal yang sama?

Sandra sempat pesimis akan perasaan Arga, mungkin saja pria itu justru tidak memiliki perasaan padanya. Mengingat Arga tak pernah mengutarakan isi hatinya, tapi bagaimana dengan perlakuan manis yang selalu pria itu berikan padanya? Hal itulah yang mendorong Sandra bertekad dengan memberanikan diri untuk mengungkapkannya terlebih dulu, karena ia yakin kalau Arga juga punya rasa padanya hanya saja pria itu mungkin tak berani mengatakannya. Meski Sandra tak begitu yakin dengan hal itu, namun ia akan mencobanya malam ini. Karena Sandra tak punya kesempatan lagi, pernikahannya dengan Leon semakin dekat, tiga minggu lagi mereka akan menikah. Itu sebabnya Sandra tak ingin menyesal karena tak punya kesempatan untuk mengungkapkan perasaan yang telah lama bersemayam dalam hatinya untuk Arga.

Married a PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang