45 | hasil testpack

21.1K 1.9K 105
                                    

Pemenang voucher Karyakarsa chapter 44: Rfty97 5k, yul_nda 2k, ciVelan22 & RuritIriantiIrianti 1k




45 | hasil testpack



"UDAH isi, Mbak Is?"

Pertanyaan salah satu Tante Gusti dari pihak neneknya itu otomatis membuat seisi ruang tengah rumah keluarga Gusti—yang terdiri dari tiga set sofa besar itu—hening. Kompak menoleh pada yang bersangkutan, yang sedang duduk di salah satu spot di samping suaminya.

Mendadak jadi pusat perhatian, Iis perlahan ternganga, sementara gerakan Gusti mengelus-elus perut istrinya refleks terhenti.

Mereka sedang kumpul keluarga, ngobrol-ngobrol santai setelah selesai makan malam.

Rame pol.

Dan Iis baru tahu, beberapa kerabat Gusti ternyata memang tinggal di dekat-dekat situ juga. Setiap malam, mereka rajin ngumpul untuk makan bareng—sedangkan para ibu-ibu kalau lagi weekend begini malah bisa ada di rumah orang tua atau sesepuh mereka itu seharian karena nggak ada kerjaan.

Begitu sadar apa yang dimaksud oleh sang tante, Iis buru-buru menepuk tangan suaminya. Salah tingkah.

"Aduh ... belum deh kayaknya, Bupoh. Nikahnya belum ada sebulan ini," sahutnya dengan muka merah padam, sambil mencubit pinggang Gusti diam-diam karena kesal.

Lagian, ada-ada aja kelakuan itu orang. Masa ngelus-elus perut istri di depan umum! Kan orang jadi pada salah tangkap!

Dan mendengar sahutannya tadi, gantian ibu mertuanya yang tertarik. "Udah dicek, Mbak? Terakhir haid kapan?"

Okay, terus terang Iis bukan tipe yang rajin mengingat-ingat tanggal merah. Dan kalaupun ujung-ujungnya kebobolan di awal pernikahan, sebenarnya bukan masalah besar juga, mengingat umurnya sudah nggak muda. Cuma kalau bisa, jangan hamil dulu sebelum dia yakin dirinya cukup sehat, serta dalam kondisi optimal di usianya, untuk mengandung.

"Belum sih, Buk. Terakhir beberapa hari sebelum nikah. Harusnya dalam waktu dekat datang bulan lagi. Nanti kalau emang telat, langsung saya cek di rumah."

"Wah, pas banget dong. Berarti kemarin waktu bulan madu Mbak Iis lagi subur-suburnya."

Iis cuma bisa meringis.

"Ih, cek sekarang aja. Harusnya udah telat kan ini, kalau terakhir haidnya sebelum nikah?" Tante yang lain ikut-ikutan.

Melihat istrinya dikeroyok, Gusti segera menyambar. "Iya, besok pagi Gusti beliin testpack di apotik. Biar puas kalian semua."

Kemudian sang ibu menoleh ke anaknya yang lain. "Testpack kamu masih ada kan, Trin?"

Iis melongo—menoleh ke Trinda dan ibu mertuanya secara bergantian—karena seingatnya adik iparnya yang belum lulus kuliah ini, jangankan masih lajang, pacar aja nggak punya. Well ... biarpun nggak menutup kemungkinan bisa saja hamil, sih. Tapi ... masa iya Trinda sesembrono itu?

"Ape hal niii??" Gusti jelas langsung melotot pada ibu dan adiknya bergantian. "Kenapa Trinda bisa punya testpack segala?"

Trinda yang duduk di pojokan mendengus pelan mendengar kehebohan masnya. "Itu tuh, Ibukmu Mas. Masa aku pulang semester kemarin, gara-gara buncit dikit, dikira hamil. Padahal cuma kembung abis makan soy cake. Nggak tahu aja nih emak satu, anaknya punya food intolerance."

WEDDING BRUNCH [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang