• 48 •

1.7K 210 59
                                    

"Segala sesuatu di dunia, manusia hanya bisa berencana, Tuhan lah yang menentukan. Tuhan menghancurkan rencanamu, agar kelak rencanamu tak menghancurkanmu,"

Yoona tahu hal paling dasar seperti itu. Tetapi ia masih sulit untuk tersenyum. Bahkan ketika sahabatnya menghibur, wajahnya hanya menampilkan ekspresi datar. Kesedihannya masih terasa, semua orang masih menyadarinya. Sehun memilih untuk mengurungkan niat untuk kembali ke Korea Selatan. Ia membiarkan Yoona berada di kediaman Sohee, tidur di ranjang Sohee hanya untuk menghirup aroma tubuh ibunya yang sudah tiada. Ia mengirim Ver kembali ke Korea Selatan dan mendapatkan libur.

Sehun menekan tuas pintu. Setelah pintu terbuka, ia melihat Yoona tertidur di ranjang milik Sohee. Sehun mendekatinya dan mengusap pelan pipi Yoona, "Little Deer, waktunya makan,"

"Mm,"

Tampaknya pria berumur matang itu harus mensyukuri satu hal, bahwa gadis kecilnya masih memiliki selera untuk makan. Sehun meraih tangan Yoona, ia menuntun gadisnya ke meja makan. Beberapa menu makanan sudah tersedia. Roti panggang, bacon, telur, segelas susu dan air mineral, "Kau yang menyiapkan ini, Dad?"

Sehun tersenyum bangga, "Bagaimana? Tidak terlalu buruk, bukan?" Yoona tersenyum. Biasanya, ia lah yang membuat sarapan. Terutama hidangan telur. Beberapa kali Sehun mencoba, dan mengikuti cara seperti yang Yoona ajarkan, Sehun masih saja membawa cangkang telur pada masakan.

"Terima kasih, dad,"

Yoona menarik kursinya, di bantu oleh Sehun. Setelah memastikan Yoona duduk dengan nyaman, "Kau tahu, kita sudah menikah. Tidakkah sebaiknya berhenti memanggilku 'dad'? Aku seperti menikahi puteri kandungku," Sehun mengecup pipi kanan Yoona sebelum ia memutar untuk menuju kursinya.

"Bisakah secara perlahan, dad? Eh.. Itu—Se.." Terlalu asing untuk Yoona mengucap nama Sehun. Kata yang menurutnya tidak formal. Apakah masih terdengar sopan jika Yoona memanggil hanya dengan nama saja? Yoona mengusap tengkuknya, "Aku belum terbiasa, dan tidak tahu harus memulainya seperti apa,"

Sehun tersenyum, "Kau tidak perlu terburu-buru. Lakukan apa yang membuatmu nyaman," Sehun memberikan roti panggang ke piring Yoona, "Tetapi kuharap, kau bisa mengubah panggilan itu,"

Yoona hanya mengangguk untuk menjawabnya. Mereka melewati sarapan pagi dengan sedikit perbincangan. Terutama mengenai kapan Yoona akan kembali ke Korea Selatan? Lay sudah beberapa kali mengabari jika koleganya ingin mengadakan pertemuan.

Sehun meletakkan roti panggangnya, membersihkan remahan di sudut-sudut bibirnya, "Yoona.." gadis yang sedang sibuk memakan bacon itu pun mengangkat wajahnya. Menunggu kata selanjutnya keluar dari bibir pria yang baru beberapa hari menjadi suaminya, "Besok, kita kembali ke Seoul," Yoona hanya menundukkan kepala tanpa menjawab, "Kau harus melanjutkan studimu. Dan aku.. Sudah banyak pekerjaan yang menunggu, yang tidak bisa Lay tangani,"

"Mm,"

Sehun meraih tangan Yoona, "Aku berjanji, setiap tanggal kematian Sohee, aku akan membawamu kemari," Yoona membalas genggaman tangan Sehun dan tersenyum.



Sehun menatap gadis kecil yang memejamkan matanya di lengan. Satu tangan yang bebas, ia gunakan untuk memeluk punggung Yoona, sekedar untuk berbagi kehangatan. Dahulu, Yoona sangatlah kecil ketika ia menemukannya. Memeluknya sangatlah mudah, dan tangannya masih menyisakan celah. Sudah berapa lama ia habiskan dengan Yoona, sehingga gadis itu terasa pas dalam pelukannya seperti saat ini.

Sehun mengecup kening Yoona, "Aku mencintaimu," ia merapatkan pelukannya, "Dan aku tidak akan pernah melepaskanmu,"

"Aku juga mencintaimu, Oh Se-Hoon,"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 03, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now