01.03 Phantom Pain

2.5K 391 207
                                    

"Ini bukan jadwal piket saya kenapa kamu menelepon? Dia pasien dokter Kang Minhee 'kan?" Tanya Sunghoon melalui telepon itu, terhubung langsung dengan residen disana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ini bukan jadwal piket saya kenapa kamu menelepon? Dia pasien dokter Kang Minhee 'kan?" Tanya Sunghoon melalui telepon itu, terhubung langsung dengan residen disana. Namanya Kim Sunoo. Residen yang dibimbing Sunghoon sekarang ini.

"Dia memang pasien dokter kang, sekarangpun jadwal piketnya. Namun, saat pulang kerja dia bilang jangan pernah meneleponnya" Jelas Sunoo melalui panggilan itu.

Sementara Sunghoon cuma menghela napas lelah, mobilnya terjebak di barisan paling depan lampu merah di perempatan jalan raya ini saat menuju ke rumah sakit, sendirian, tanpa Jaelin ataupun anak mereka, "Dokter Kang meminta saya sebisa mungkin buat keputusan sendiri, tapi saya tidak yakin apa keputusan saya benar, dokter" Lanjut Sunoo.

"Dosis epinephrine berapa?" Tanya Sunghoon yang tanpa sengaja menoleh ke arah kursi penumpang di sebelahnya, entah kenapa, sekarang kosong rasanya.

"Dosisnya 0.2 mikrogram. Namun hasil tekanan darah tidak stabil, hasil tes juga tidak bagus."

Udah 6 tahun terhitung tapi semua kejadian itu masih membekas buat Sunghoon seakan semuanya cuma mimpi dan Sunghoon bisa berharap semuanya akan kembali, meski dia tahu itu semua ga mungkin.

Kenapa Tuhan harus ambil keduanya langsung dari Sunghoon?

"Pengaturan ventilator nya sudah saya ubah, tetapi CO² tetap penuh dan tekanan darah hanya sekitar 50 sampai 60. Bagaimana ini, dokter?" Tanya Sunoo, Sunghoon sempat menoleh ke samping kanan dimana di jalan itu, ada anak anak yang lagi nyebrang, mereka banyak, lucu lucu.

Ah, harusnya, Niki sudah sebesar itu.

"Dokter?" Panggil Sunoo sewaktu Sunghoon ga menjawab pertanyaannya cukup lama karena sibuk mikirin anaknya ketika lihat anak anak TK itu menyeberang di jalur kanan.

"Ah, Bila tekanan darah tak stabil juga, tambah vasopressin. Saya kesana secepat mungkin" Lanjut Sunghoon, ia menoleh ke arah kiri, melihat sebuah bus yang melaju kencang dari sana.

Ini di perempatan, seharusnya bus itu melambat meski gaada kendaraan lain di depannya. Bukan ga mungkin kecelakaan terjadi jika pengemudi itu ga segera menginjak rem nya ketika melaju sekencang itu di jalan raya. Bahkan bisa menambrak anak anak yang menyebrang di jalur kanan.

"Apa saya harus membedah dada dan revisi pemasangan selang? Saya tidak yakin, dokter park"

Sunghoon diam kali ini, menoleh ke kanan juga kiri dengan tatapan paniknya, udah ga merhatiin ucapan Sunoo.

Akan terjadi kecelakaan.

Bus dari sisi kiri itu kelihatan benar benar hilang kendali, entah rem nya yang salah atau bagaimana. Tapi pikiran sunghoon cuma mengacu ke anak anak itu. Anak anak yang ga tahu kalau mereka dalam bahaya yang mengancam hidup.

Dan yang jelas, Sunghoon tahu rasanya kehilangan anak sekecil itu.

"Dokter park?"

"Mereka bisa tertabrak" Ucap Sunghoon refleks. Gaada waktu lagi sekarang. Sebelum terlambat, dia harus gerak.

Lantas menjatuhkan ponselnya, cepat cepat menginjak pedal gas, tanpa peduli soal apapun termasuk keselamatannya sendiri, dia berhenti tepat ditengah perempatan itu. Bus itu dalam beberapa detik pasti langsung menabraknya. Memang mobilnya yang akan tertabrak tentu menahan bus supaya ga membahayakan anak anak itu.

Tapi satu hal yang penting, Sunghoon ga punya waktu untuk keluar dari mobilnya.

"Dokter Park? Apa terjadi sesuatu?" 

BRAK BRAK

Pernah kehilangan bayinya juga istrinya itu udah membuat Sunghoon ga bisa lagi melihat hal serupa terjadi didepan matanya.

Kini kepalanya bersandar ke setir mobil itu, Sunghoon menatap ke satu sisi, perlahan terasa kalau cairan kental warna merah gelap itu mengalir ke wajahnya. Dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular itu cuma diam menatap ke samping kanannya. Saat ini baginya melihat anak anak itu selamat, rasanya sudah cukup.

Lagian, hidupnya udah berantakan 6 tahun belakangan karena ruang kosong yang seharusnya Jaelin dan anaknya isi itu muncul kembali.

Kalau Jaelin mau pergi, seharusnya dia pamit, supaya Sunghoon ga hidup tanpa arah sibuk mencarinya kayak gini.

"Dokter park?! PARK SUNGHOON!"

Bahkan panggilan itu belum terputus meski ponselnya udah jatuh di sana, lantas perlahan semuanya menggelap di mata Sunghoon, dan suara Sunoo yang memanggilnya juga orang orang yang perlahan mendekat dengan panik itu perlahan menghilang, semuanya gelap, sepi.

Ini udah cukup, semua udah selesai.






Maka udah saatnya dia harus kembali pulang bersama Yang Jaelin, ke rumah.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.











END































BERCANDA~
:)






Eh bentar, mau promosi dulu, wkwk

Boleh kak, diliat liat dulu


Baca Wanderlust mungkin bisa bikin kangen keluarga terutama Mama, sksksksk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baca Wanderlust mungkin bisa bikin kangen keluarga terutama Mama, sksksksk

Terimakasih yang udah mampir dan memberi banyak cinta /lope selayar hp

Empty Space [Sunghoon]Where stories live. Discover now