Chapter 3 : The Rumour Said...

5.3K 769 17
                                    

.

.

Setelah menyelesaikan sarapan di aula besar, Harry mendapati dirinya bersama Ron dan Hermione serta siswa tahun kedelapan lainnya berada di kelas Transfigurasi. Mereka masih sibuk berbicara dengan satu sama lain, mengingat pelajaran belum dimulai. Harry penasaran dengan siapa guru yang akan menggantikan Professor McGonagall yang saat ini menjabat sebagai kepala sekolah. Tentu saja guru baru tersebut telah diperkenalkan saat pesta semalam.

Harry menatap ke arah Hermione yang duduk di depannya. Gadis itu terlihat sedang sibuk membaca buku teks Transfigurasi Tingkat Akhir. Dan jika Hermione sedang sibuk membaca, sebaiknya jangan diganggu. Sedangkan Ron, pemuda yang duduk di sebelah Harry itu terlihat menyandarkan kepalanya di atas buku Transfigurasi Tingkat Akhir.

Harry memperhatikan keadaan di dalam kelasnya. Tidak banyak siswa seangkatan pemuda itu yang kembali ke Hogwarts tahun ini. Semua orang terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mengobrol, bercanda, menulis, membaca, dan masih banyak lagi. Termasuk yang hanya diam sambil menatap ke arah luar jendela, yang kebetulan hanya Malfoy seorang yang melakukan hal tersebut.

"Apa kau tidak merasa ada yang berbeda pada Malfoy?" bisik seorang gadis berseragam Gryffindor di belakang Harry, yang tentu saja langsung menarik atensi pemuda itu. Pemuda berambut berantakan itu melirik sedikit ke arah belakangnya. Dapat ia lihat Parvati yang sedang mengobrol dengan seseorang berseragam kuning.

"Ya ia memang terlihat berbeda sekarang. Ia terlihat kehilangan gelar Pangeran Slytherin yang selama ini ia pegang," jawab siswi Hufflepuff itu dengan berbisik.

"Ya, kau benar! Dia benar-benar terlihat aneh. Tidak lagi dikelilingi oleh komplotan Slytherin-nya, menjadi lebih pendiam. Memang kebanyakan Slytherin tidak kembali tahun ini, sih. Tapi menurutku yang lebih anehnya lagi ia menolak tawaran menjadi Ketua Murid! Kau bayangkan saja! Aku rasa baru kali ini ada siswa Hogwarts yang menolak menjadi Ketua Murid!" bisik Parvati, namun terdengar menggebu-gebu.

Harry memutuskan untuk fokus pada percakapan dua gadis di belakangnya. Karena ia memang penasaran dengan alasan Malfoy menolak tawaran Professor McGonagall menjadi Ketua Murid. Namun terlalu malu untuk bertanya langsung.

"Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, wajar saja ia menjadi seperti ini sekarang. Keluarganya mendapat hukuman, kau sudah pasti tahu itu kan? Kalau aku menjadi dia, aku juga pasti akan melakukan hal yang sama," bisik gadis Hufflepuff itu.

Harry berusaha mencerna obrolan kedua gadis itu. Ia melirik ke arah Malfoy yang duduk sendirian di meja paling belakang. Pemuda pirang itu masih setia menatap ke arah luar jendela.

Memori di kepalanya memutar kembali kejadian di pertengahan Juni tahun ini, dimana ia mengirim pesan melalui patronusnya kepada Kementrian Sihir yang berisi kesaksiannya terhadap beberapa orang, termasuk keluarga Malfoy. Ia dapat mengingat dengan jelas pembelaannya kepada para Malfoy. Ketiganya memang secara sembunyi-sembunyi memberikan pertolongan saat pemuda itu dan teman-temannya ditahan di Malfoy Manor, dan juga saat di Hutan Terlarang.

Ia tidak mengetahui apakah mereka memang mendapat hukuman atau tidak. Ia tidak pernah membaca Daily Prophet sejak perang berakhir. Harry pikir, kesaksian yang ia berikan cukup untuk menghindari keluarga Malfoy dari hukuman. Namun ia salah.

Lamunannya mendadak terhenti saat seorang pria berusia sekitar 20an memasuki ruangan. Pria yang tingginya kemungkinan 180 senti. Rambut cokelat bergelombangnya tersisir rapi ke salah satu sisi. Dua buah lesung pipi menghiasi senyum pria itu. Tubuh tingginya dibalut dengan jubah abu-abu dengan kancing perak yang terlihat sederhana namun memberikan kesan mewah. Harry merasa familiar dengan guru barunya ini.

"Selamat pagi, semuanya! Namaku Hector Switch, dan aku akan menjadi tutor kalian di Kelas Transfigurasi. Aku tahu Professor McGonagall sudah memperkenalkanku pada kalian semalam, tapi kurasa sebuah kelas harus dimulai dengan perkenalan," ucap pria berambut cokelat itu. Ia tersenyum kecil, dan Harry merasa senyuman itu terlihat menarik. Kedua manik Hazel milik pria itu menatap tepat ke arah zamrud Harry.

The Day We MetWhere stories live. Discover now