Lain hal dengan Seokmin yang sedari tadi terombang-ambing di kursi penumpang belakang, Wonwoo yang ada di samping Livy justru fokus menatap jalan sambil tangannya memegang erat sabuk pengaman.

"Persetan dengan kalian semua!" Livy semakin menjadi-jadi mengemudikan mobil itu.

"Bukankah ini seru?! Astaga, sudah lama aku tidak begini!" serunya senang.

Wonwoo hanya diam sambil membaca doa dalam hati. Meski begitu, ia tetap mengontrol ekspresinya agar tidak jadi bahan tertawaan sang adik tiri. Sementara di belakang, Seokmin mengeluarkan sumpah serapah langsung pada Livy.

"Sialan, kita bisa kena tilang kalau begini, Nunim!" Lelaki Lee itu kembali merengek, tapi lagi-lagi tidak dipedulikan oleh Livy.

Laju mobil itu sudah memelan saat hampir sampai tujuan, tapi masih sanggup membuat Seokmin mual tidak karuan ketika turun dari dalamnya.

Lokasi kejadian terlihat ramai oleh orang-orang penasaran yang berkerumun, serta beberapa petugas yang mengamankan TKP. 

"Bagaimana kondisi korban saat ditemukan?" Wonwoo langsung bertanya tanpa basa-basi ketika salah satu petugas menghampirinya. 

"Korban ditemukan tewas gantung diri di dalam kamar apartementnya sekitar jam delapan tadi. Yang menemukan adalah adiknya."

Wonwoo melangkah memasuki TKP diikuti Livy dan Seokmin di belakangnya. "Apa tidak ditemukan keberadaan orang lain di sini?"

"Tidak, Pak."

Saat si lelaki Jeon itu memasuki kamar korban, netranya menangkap eksistensi seorang gadis yang tengah duduk di ranjang sambil menatap kosong ke atas, tepatnya ke arah tali yang menjuntai dari atas sana.

Wonwoo jadi otomatis teringat saat pertama kali ia menemukan Livy di rumah besar milik si gadis. Gadis itu dulu juga terduduk diam sambil menatap kosong ke tempat orang tuanya meninggal.

Helaan napas lantas keluar dari bibir pemuda itu. "Gadis itu kenapa di sini?"

"Maaf, Pak. Kami sudah berusaha menyingkirkan dia dari lokasi kejadian, tapi ia tidak mau pergi dan terus duduk di sana," jelas si petugas.

"Apa dia adik korban?"

Petugas itu mengangguk. "Benar. Sepertinya tadi ia baru pulang dari sekolah."

Begitu mendengar ucapan petugas itu, Wonwoo baru menyadari kalau gadis di hadapannya memakai seragam yang sama seperti milik Yerim dan Chaerin. Makin diperhatikan, rasanya bentuk tubuh gadis itu juga tidak asing bagi Wonwoo.

Wonwoo mendekat ke arah gadis itu, hendak memeriksa apakah benar ia adalah gadis yang dikenal Wonwoo. Gadis itu menoleh saat Wonwoo memegang pundaknya.

"Sooyoung?" Wonwoo mengerutkan dahi saat mendapati bahwa gadis itu memang benaran Sooyoung, teman baik Yerim. "Apa kau adik korban?" tanya lelaki itu lagi.

"O-oppa ...." Tangis Sooyoung yang semula sudah terhenti, kini kembali terdengar begitu Wonwoo mengajukan pertanyaan tadi. "Aku harusnya pulang lebih cepat ... aku harusnya langsung pulang ...."

Wonwoo memeluk gadis itu, berusaha memberi ketenangan dengan menepuk-nepuk kecil punggungnya. "Sudah, ini bukan salahmu, Sooyoung-a." Ia kemudian mengurai pelukannya setelah beberapa saat. "Oppa pasti akan menangkap pelakunya supaya Kakakmu tenang di sana."

Setelah keadaan Sooyoung cukup tenang, Wonwoo membawa gadis itu ke luar agar tidak menghambat proses investigasi.

"Korbannya bernama Park Soo Ah, mahasiswa tingkat akhir. Tapi yang lebih penting adalah, ia juga gadis pembuat onar waktu itu." Seokmin menjelaskan informasi pribadi korban pada Wonwoo dan Livy.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Where stories live. Discover now