Prolog

19.9K 492 17
                                    

Angin berhembus kencang di atas permukaan salju lalu membumbung tinggi ke atap gedung-gedung. Seorang pria terlihat berdiri di atap salah satu gedung. Jubah medievalnya terkibas angin.

Di balik tudung jubahnya matanya yang berwarna biru karibia menyapu kota Cordova yang tampak putih oleh salju. Kota itu sepi. Tak ada aktifitas dan nyaris mati karena badai salju yang menerjang Alaska selama beberapa pekan.

Dia dan teman-temannya datang di waktu yang tepat. Badai adalah keuntungan bagi mereka. Tak ada manusia berarti kebebasan. Mereka bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.

Dan hari itu setelah menunggu hampir sepekan, apa yang diharapkannya terjadi. Tampak di jalan bersalju seorang pemuda dengan rambut cokelat berantakan dan hanya mengenakan jaket kulit cokelat. Wajahnya tampan dan kulitnya putih pualam. Dia adalah Kilian Humphrey, pemuda tujuh belas tahun yang sepanjang hidupnya tak pernah merasa dingin.

Hampir dua belas tahun mereka mencarinya. Tak ada yang pernah bertemu dengannya tetapi aromanya yang terbawa angin telah mematiskan dugaannya. Aroma oriental adalah identitas pemuda itu. Dialah yang mereka cari.

"Tangkap dia sebelum pengasuhnya muncul," kata pria itu pelan. Suaranya nyaris tertutup deru angin. Tapi di kejauhan dua bayangan terlihat berkelebat cepat ke arah Kilian. Pria itu segera menyusul. Salah satu dari mereka menabrakkan dirinya ke Kilian. Pemuda itu jatuh tersungkur di salju yang tebal.

Melihat tiga orang pria berjubah medieval mengelilinginya, Kilian bergegas bangkit. Wajah mereka yang pucat dan dingin membuatnya langsung menyadari siapa mereka. Insiders.

Salah seorang dari mereka melepas tudungnya. Wajahnya tampan dengan rambut pirang dan mata biru karibia yang sedikit melotot.

"Akhirnya kami menemukanmu juga, Kid," katanya dengan logat British.

"Siapa yang kalian maksud?" kata Kilian pura-pura tidak mengerti. Dia harus mengulur waktu hingga pengasuhnya muncul.

"Jangan berlagak tidak tahu," sahut pria itu.

"Kalian salah orang," kata Kilian berusaha terlihat biasa tapi ketegangan dalam dirinya terus membesar.

"Salah orang?" kata pria itu lalu tertawa. Suaranya melengking. "Cukup sudah kamu bermain-main dengan kami. Hari ini kamu harus ikut dengan kami."

"Tidak!" sahut Kilian cepat tetapi pria itu kembali tertawa.

"Tangkap dia!" perintahnya. Kedua pria bertudung berkelebat ke arah Kilian ketika pemuda itu mencoba melarikan diri. Gerakan mereka lebih cepat darinya. Salah satu dari mereka berhasil menangkap kerah jaketnya lalu melemparnya ke salju. Kilian jatuh tersungkur. Dia berusaha bangkit. Ketika salah satu Insiders mendekat, Kilian memutuskan untuk menghadapinya. Dia menyerang Insider itu dengan cepat tetapi pukulan-pukulannya tidak mengenai sasaran. Dengan mudahnya Insiders itu menghindarinya.

"Kamu memang lamban," kata Insiders itu memutuskan mengakhiri serangan Kilian. Tepat di saat Kilian hendak melepaskan kembali pukulannya, Insiders itu balas menyerang. Tangannya terulur dengan cepat ke arah leher Kilian lalu dengan gerakan yang sangat cepat dia melempar pemuda itu ke salah satu mobil yang terbungkus salju. Kilian merintih kesakitan begitu punggungnya menghantam benda keras.

"Apa yang kalian lakukan?!" sebuah suara membentak dari arah belakang.

Mereka menoleh. Seorang pria berwajah Latin muncul.

"Fernando!" seru Kilian gembira dan bergegas bangkit.

Pria bermata biru karibia itu memandang Fernando dengan geram. Usaha mereka akan gagal lagi bila pengasuh anak itu muncul.

"Pergi, 1Koko!" perintah Fernando. "Cepat!"

Begitu Fernando memerintah, Kilian segera berlari pergi. Para Insiders hendak mengejarnya tapi Fernando mencegah langkah mereka. Pertarungan pun tak terelakkan.

Baru pada jarak beberapa meter Kilian berhenti. Dia menengok ke arah Fernando. Pria itu sedang bertarung dengan para Insiders. Perasaan cemas muncul dengan cepat dalam dirinya. Pria berusia lima puluh tahun itu bertarung seorang diri melawan Insiders. Fernando bukan tandingan mereka, pikirnya cemas.

"PERGI!!" teriak Fernando keras. Bersamaan dengan teriakannya, tubuh pria itu terhempas ke tumpukan salju. Seorang Insiders berhasil menjatuhkannya.

No!

"Fernando!" teriak Kilian kalut. Tangannya gemetar. Suara rintihan keras Fernando membuat Kilian panik. Dia ingin sekali menolong pengasuhnya, tapi dalam aturan Fernando, di situasi apapun dia tidak boleh melibatkan diri. Dibanding dirinya, Fernando adalah seorang mantan prajurit, sementara dia bukan siapa-siapa. Dia tidak sebanding dengan Fernando, apalagi dengan Insiders.

Setelah menjatuhkan Fernando, para Insiders segera berkelebat ke arahnya. Dia tak punya pilihan selain melarikan diri. Fernando akan baik-baik saja. Pasti, pikirnya.

"TANGKAP DIA!" teriak salah satu Insiders. Dengan cepat dua Insiders melompat ke arah Kilian dan berhasil meraih pundaknya. Mereka menjatuhkannya ke salju. Tetapi Kilian dengan cepat berbalik dan menghamburkan salju ke wajah mereka. Dan dalam hitungan detik butiran-butiran salju itu bermetamorfosis menjadi cahaya putih yang menyilaukan mata. Semua terjadi begitu cepat. Dan hanya dalam hitungan detik cahaya silau itu lenyap. Begitu pandangan para Insiders membaik, Kilian telah lenyap dari hadapan mereka.

THE HALF-BLOOD BOY (Book 1 - Kilian Humphrey Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang