60

272 32 0
                                    

Hii bergegas ke Kakek dan memberinya pelukan!

"Ya! Terima kasih, Kakek!"

"Hahaha! Jangan ucapkan terima kasih dulu! Butuh banyak data untuk mendapatkan pedang yang bagus dengan benar. Sebaiknya kamu bersiap!"

Hii mengangguk dan berlari untuk memeluk ayahnya juga!

"Terimakasih ayah!"

"* Mengendus * Anakku berterima kasih padaku! Aku sangat senang!"

"Agh! Ayah!"

Semua orang mulai menertawakan keduanya sampai Riku menghela nafas.

"Baiklah. Saatnya melihat siapa yang menang, nona."

Riku berdiri dan menuju Di.

Dia berdiri tepat di depannya dan menatap tepat di matanya.

"Berapa banyak?"

"..."

Di menatapnya dan perlahan memalingkan muka saat keluarga itu mulai tertawa.

"Hey apa yang terjadi?"

Maka mendekati Hii dan bertanya padanya.

"Nenek bertanya berapa banyak bilah yang dia buat sebelum dia memutuskan untuk membiarkan aku membantunya membuatnya."

"Apakah 10? Atau 15?"

Di perlahan mengalihkan pandangannya dari Riku saat dia memanggil tebakannya.

"... 20?"

Di masih tidak mengatakan apa-apa saat dia memberikan nomor itu. Alis Riku melengkung saat hawa panas mulai naik dari tinjunya.

"..... 30?"

".... Umu."

*Memukul*

"Dasar keledai tua yang keras kepala! Bukankah itu lebih dari 2 pesanan penuh kunais ?! Kamu harus menyia-nyiakannya ?! Tunggu! Kamu tidak mencoba membuatnya untuk ketiga anak itu, kan ?!"

"........"

"Kamu datang denganku!"

"Ugh!"

Riku mulai menyeret Di ke ruang samping dan mulai berteriak padanya.

Semua orang kaget, kecuali Moya yang tertawa terbahak-bahak.

"Pfft! Kakek mendapat masalah ~!"

"" Pfftt !! ""

Dua saudara lainnya tidak bisa menahannya juga.

Semua orang juga mulai tertawa, menurunkan suasana tegang.

Keduanya kembali ke kamar dengan Riku menyeret Di dengan ekspresi marah.

"Saat itu 30."

"Cih!"

"Sangat dekat!"

"Aku akan bertaruh lebih pintar lain kali."

"Terima kasih, nona ~."

Kushina, Haruka, dan Mikoto memberikan uang taruhan mereka kepada Kaya sebelum dia berdiri dan pergi ke Hii.

"Ayo, Hii! Kamu harus meniup lilin di kuemu!"

Kaya mendorong Hii ke meja tempat kue itu karena semua orang mulai mengerumuni.

"Semuanya siap !?"

"""Ya!!"""

Kaya mulai bertepuk tangan.

"3,2,1! Pergi!"

""Selamat ulang tahun!!""

The Cloud Over The LeafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang