18. Badai Rumah Tangga✓

5.1K 426 43
                                    




♪ Happy Reading ♪
.
.
.

Evan tidak tahu sebenarnya ini ada apa? Akan tetapi, melihat kejadian tadi membuatnya seperti merasa bersalah.

"Kak Lea, maafkan aku. Gara-gara aku kau dan suamimu bertengkar," ucapnya setelah sampai di tempat yang Chilea tuju.

Wanita itu mengulas senyum manisnya, menepuk pundak pegawainya pelan. "Tidak apa-apa, Evan. Justru kamu sudah banyak membantuku hari ini, lain kali aku akan mengajakmu minum kopi."

Pemuda itu tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya. "Ah baiklah kalau begitu, aku pergi ke kedai lagi."

"Hati-hati di jalan," ujar Chilea seraya melambaikan tangannya

Archelia berbalik, menatap rumah bertingkat dengan halaman rumah yang sangat asri. Tempat kelahirannya, masih tercetak dengan jelas saat ia masih kecil yang suka bermain ayunan bersama ayahnya jika sore hari.

Tok' tok'tok'

"Ah Non Lea, silahkan masuk!"

Wanita itu tersenyum mendapati Bibi Cho yang membukakan pintu, ia pikir Bibi Cho sudah tak bekerja lagi di sana, mengingat usia wanita paruh baya itu sudah tak lagi muda.

"Apa ibu ada di rumah?" tanyanya.

Bibi Cho mengangguk. "Sebentar, biar Bibi panggilkan."

Tak sampai satu menit, seorang wanita lainnya datang dengan menggunakan kemeja putih serta celana panjang berwarna hitam. Haryani Anandyas Venezilla, tersenyum ke arah putrinya yang tengah terduduk di sofa ruang tamu.

"Sayang, kamu datang kok nggak bilang-bilang kalau mau ke sini. Suami kamu mana?" tanya wanita itu seraya mendudukkan dirinya di samping sang putri.

Archelia tak mengatakan apapun ia langsung memeluk ibu tercinta dengan deraian air mata. Haryani paham anaknya ini pasti tengah menghadapi masalah rumah tangga.

"Menangislah, sayang. Ibu tau perasaan kamu," ujarnya lembut.

Dengan gerakan lembut ia mengusap kepala putrinya, menyalurkan rasa hangat serta ketenangan untuk putrinya. Haryani menarik tubuh putrinya, mengusap pelan pipi chubby itu berusaha menghilangkan jejak air mata. "Ada apa hm? Pasti ada masalah, iya 'kan?"

"Chilea lagi hamil, tapi Arsenio tadi jalan sama perempuan lain," adunya.

Wanita paruh baya itu mengulas senyuman siapapun yang melihat pasti akan terpana, termasuk suaminya yang bertekuk lutut dengan sinar kecantikan yang ia miliki. "Kamu tau seorang penulis pasti akan menyematkan konflik di dalam ceritanya, jika tidak itu akan terasa monoton."

"Begitu pun dengan urusan rumah tangga, jika tidak diberi bumbu konflik dalam rumah tangga itu akan membuat pasangan itu merasa bosan. Meskipun itu menyakitkan, tapi jangan bertindak gegabah," lanjutnya yang kemudian menoel hidung Chilea.

Haryani menarik kembali putrinya kedalam pelukannya, mendekap tubuh putrinya yang tengah berbadan dua. "Bicarakan semuanya dengan kepala dingin bersama suamimu, pasti ada alasan dan sesuatu yang belum kamu ketahui. Dalam hubungan rumah tangga yang terpenting itu tidak hanya cinta dan materi, namun kepercayaan serta kejujuran juga sangat penting."

"Kamu paham 'kan, sayang?"

Chilea mendongak, lalu mengangguk. "Tapi, Chilea nggak mau pulang. Chilea mau di sini, masih kangen Ibu sama ayah juga."

•••

Sang rembulan datang bertugas menggantikan matahari untuk memberikan sinar kepada dunia. Malam yang tenang dan sunyi, itulah yang Chilea rasakan.

Termenung di pinggiran ranjang dengan tatapan kosong ke arah luar jendela, menatap bulan yang terang benderang dengan bulatnya yang sempurna.

Dengan setetes air mata ia tersenyum, sembari mengusap perutnya lembut. Merutuk dalam diam saat sesuatu hasrat datang kepadanya, rasa ingin menghirup aroma tubuh serta tidur dipelukkan suaminya.

Kenapa di saat seperti ini anaknya tidak bisa diajak untuk berkompromi?

"Baby, Mommy nggak bisa turutin permintaan kamu. Mommy lagi marahan sama Daddy, rindu kamu sama Daddy tahan dulu, ya."

Deru mesin mobil terdengar, senyuman manis terpatri di bibirnya. Itu pasti ayah yang baru pulang, pikirnya. Lalu dengan langkah semangat ia keluar dari kamar, ingin menyambut Ayahnya dengan senyuman serta pelukan rindu.

Akan tetapi, baru juga di tengah tangga langkah wanita itu terhenti. Pandangannya terkunci kepada sosok laki-laki berkemeja putih kusut dengan rambut yang sudah tidak rapi lagi.

Mata keduanya bertemu namun dengan cepat Chilea berbalik, kembali ke kamarnya. Belum juga sempat menutup pintu sebuah tangan kekar menahan pintu itu agar tidak tertutup, siapa lagi jika bukan Arsenio Levi Oswald.

"Pergi kamu dari sini, aku nggak mau ketemu sama kamu!"

Jangan, Arsenio. Baby rindu sama kamu. Lanjutnya dalam hati.

Laki-laki itu masuk, mengunci pintu itu dari arah dalam kamar. Takut jika nanti mertuanya tiba-tiba nyelonong masuk.

"Sayang, kamu bikin aku khawatir tahu. Kamu tahu seharian aku nyariin kamu, untung aja ada ayah kamu yang ngasih tau aku kamu ada di sini," katanya.

Meskipun suaranya pelan, tetapi Chilea bisa merasakan nada kesal di sana serta ada nada khawatir juga yang terselip. Tiba-tiba mata wanita itu memanas, sia-sia ia menahan air matanya untuk tidak keluar.

"Kamu tuh jahat, Arsen! Aku benci sama kamu hiks sangat sangat benci!"

Arsenio membawa istrinya ke dalam dekapannya, berusaha menenangkan meskipun ia terus dipukuli. Itu tak seberapa dengan rasa sakit yang ada dihatinya, batinnya.

"Kamu harus tau, aku sama Jevelin enggak ada hubungan apapun. Kamu tadi salah paham, dia cuma mau cari hadiah buat pacarnya."

Archelia diam, keluar dari pelukan suaminya lalu menatap Arsenio untuk meminta penjelasan yang lebih rinci lagi.

"Dia udah punya pacar lagi dan besok adalah ulang tahun pacarnya. Untuk pelukan waktu itu, emang tidak terduga sebab Jevelin tiba-tiba datang. Aku pikir dia berniat untuk ambil hati aku lagi, tapi ternyata itu cuma bercanda."

Wanita itu mendengus, mengusap pipinya kasar. Sia-sia ia menangis, berakting menjadi wanita tangguh saat di mall, ternyata semuanya hanya candaan. Huh, menyebalkan. Mau ditaruh dimana mukanya ini?

"Kenapa kamu nggak ngomong dari tadi?! Sia-sia semua yang aku lakukan, terus gimana sama surat dari kantor pengadilanya?!"

Arsenio cengo, apakah benar Chilea mau menceraikan?

"Lea, kamu benar-benar udah urus perpisahan kita?!"

"Iya, kenapa?"

"Archelia aku nggak mau pisah dari kamu! Kenapa kamu sampe senekat ini? Seharusnya kamu denger dulu penjelasan aku tadi bukannya langsung pergi gitu aja kabur da--" ucapannya terhenti kala satu kecupan singkat Chilea berikan.

"Kamu itu bawel, aku tadi cuma bercanda kok."

"Ryujin!"
















~ To Be Continue ~

[END] [S1&2] MY POSSESSIVE HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang