16. Rasa✓

5K 403 111
                                    



♪ Happy Reading ♪
.
.
.

Wanita itu mengerjapkan beberapa kali matanya, hal pertama yang ia rasakan adalah denyutan di kepalanya. Setelah kesadarannya terkumpul semua ia baru sadar bahwa ia berada di kamarnya.

Chilea mengubah posisinya menjadi duduk, masih memegangi kepalanya yang berdenyut.

Tunggu, hal terakhir yang ia ingat adalah, "Bayiku? Apa dia masih ada di dalam sini?"

"Anak kita tidak kenapa-kenapa."

Wanita itu menoleh ke arah pintu masuk, menemukan suaminya yang berdiri dengan tangan membawa nampan makanan.

Chilea memalingkan wajahnya ke sembarang arah, tak mau melihat wajah Arsenio. Masih sangat jelas di matanya peristiwa kejadian tadi siang, di mana suaminya berpelukan dengan mantan kekasihnya. Huh, menyebalkan!

"Sayang, kamu masih marah?"

Pertanyaannya memang tidak salah, tapi hanya kurang tepat. Bagaimana bisa Arsenio bertanya seperti itu? Tentu sudah jelas bahwa Chilea marah kepadanya.

Mana ada seorang istri yang tidak akan marah ketika suaminya berpelukan dengan mantan kekasihnya? Jika ada, berarti wanita itu sudah tidak waras.

Arsenio menghela napasnya, ia tahu istrinya marah. "Yang kamu liat itu tadi emang nggak salah."

Chilea menggertakkan giginya, hatinya mencelos sakit. Atmosfer pun seketika berubah menjadi panas.

"Tapi, kamu harus tyau satu hal. Aku nggak tahu dia tiba-tiba datang terus meluk aku, sumpah bukan aku yang duluan," ucapnya serius seraya memegang kedua tangan istrinya.

"Tolong, Lea. Percaya sama aku, hm."

Wanita itu menoleh dengan mata berkaca-kaca, menatap suaminya yang duduk di pinggiran ranjang. "Bagaimana caranya aku bisa percaya sama kamu, Arsen? Karena perempuan itu jauh lebih berarti di hati kamu bahkan kamu membenci aku, karena perempuan itu pergi dari kamu."

Arsenio bungkam, semua yang dikatakan istrinya benar. Jujur, ia masih bingung dengan perasaannya sendiri. Jantungnya sempat berdebar saat mantan kekasihnya datang, lalu semakin berdebar saat perempuan itu memeluknya.

"Aku pastikan hal itu tidak akan terulang lagi," balasnya.

"Jangan berjanji, jika kamu tidak sanggup untuk menepatinya. Lebih baik kamu jujur sama perasaan kamu sendiri, sudah cukup selama ini aku hidup dengan sandiwara kamu. Aku cukup sadar, aku hanya teman tidur bagi kamu."

Chilea kembali memalingkan wajahnya, mengusap air matanya yang sempat lolos tadi. "Aku akan memakan buburnya, tolong keluar."

Laki-laki itu menghela nafas pasrah, lalu berdiri. "Jangan terlalu dipikirkan, aku nggak mau kamu stress."

Dan pada saat detik itu pula, Chilea menangis sejadi-jadinya. Dadanya terasa sesak bahwa untuk bernapas pun rasanya sangat sulit. Sampai kapan penderitaannya ini akan berakhir?

Tidakkah ini terlalu sulit untuk ia lalui? Ini tentang perasaan, akan sangat sulit baginya untuk ia lupakan. Meskipun ia memilih pergi sejauh-jauhnya, melupakan segala kenangan, tapi ada satu yang tidak akan pernah ia lupakan, yaitu rasa.

Wanita itu mulai tenang lalu mengusap pelan serta penuh cinta di perutnya. "Maafin, mommy, ya."

Sementara itu, Arsenio tengah berdiri di balkon kamar tamu ditemani dengan segelas wine. Ia meneguk dalam sekali teguk, lalu menuangkannya lagi ke dalam gelas hingga penuh.

Di saat seperti ini ia sangat membutuhkan pelampiasan, ingin menyewa namun keadaan istrinya sedang tak mendukung bahkan mungkin akan semakin memperburuk. Jadi, meminum beberapa botol wine sepertinya tidak masalah.

Ting'

Ponselnya berbunyi lalu merogoh sakunya, mendapati nomor tidak dikenal mengirim pesan.

Unknown :
Kenapa tadi tiba-tiba pergi? Aku masih sangat merindukanmu, Arsen.

Shit, bagaimana perempuan itu bisa mengetahui nomornya? Pasti kerjaan sekretarisnya.

Ia tak membalasnya, meskipun jujur ia juga sama merindukan perempuan itu. Perempuan anggun yang sudah mengisi hatinya selama dua tahun, perasaan itu masih sama sampai sekarang.

Tapi, bayangan istrinya akan muncul jika ia memikirkan mantan kekasihnya. Ini sangat rumit, apakah Arsenio harus memilih mantan kekasihnya sekaligus perempuan yang ia cintai? Tapi, itu salah. Ia sudah menjadi suami orang.

Di sisi lain, Arsenio masih belum tahu apakah ia sudah mencintai istrinya? Ia tidak tahu.

Ting'

Unknown :
Kenapa tidak membalasnya? Apa kamu sibuk? Baiklah, aku ingin kita bertemu. Bisakah kamu luangkan waktu sebentar?

Haruskah ia menemui perempuan itu?




Lapak ngumpat tersedia ->

~ To Be Continue ~


[END] [S1&2] MY POSSESSIVE HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang