"Kok bisa sih, bego? Dia juga pake diem aja lagi," Celine ingin menangis saja rasanya ketika baru menyadari jika ia sempat menelepon Justin.

"Dia denger dong berarti gue ngoceh?" Celine menatap cermin meja riasnya dengan ekspresi pasrah.

"Mami," gumam Celine seraya menjatuhkan keningnya di meja rias.

"CELINE!"

Celine berdecak dan menatap tajam pintu kamarnya yang tertutup.

"SARAPAN, CELINE! UDAH JAM BERAPA INI?!"

"IYAAAAA!!!" Balas Celine seraya menatap jam dindingnya, pukul 10:00 WIB pagi, dan Celine belum sarapan.

Celine keluar dari kamarnya di mana hari ini ia tidak bekerja, Celine tampak tidak bersemangat sehingga membuat Cleirin yang sedang menyusun bantal sofa di ruang keluarga menatap bingung anak gadisnya.

"Masih mikirin Adrian, Cel?" Tanya Cleirin dengan ekspresi tidak enak karena ia sangat tidak menyukai Celine yang masih tampak murung dan sedih karena laki-laki itu.

"Apa sih, enggak."

"Itu yang di keranjang payung, payung motif bunga-bunga punya siapa?" Tanya Cleirin.

"Zalfa." Celine berjalan cepat menuju ruang makan sebelum ibunya bertanya lebih jauh kepadanya.

Soal payung, Celine menghela napas karena ia harus mengembalikan payung itu. Ingin menyuruh supirnya saja Celine tidak bisa karena tidak ingin membuat Justin merasa curiga dengannya, Celine tidak ingin juga membuat mereka menjadi canggung satu sama lain pasca ocehannya kemarin malam.

Namun, Celine tidak ingin jika Justin mengungkit soal ocehannya, sudah dipastikan saat situasi itu tiba, rasa canggung dan tidak nyaman langsung menyelimuti mereka.

-Can We?-

Celine datang ke rumah Justin seraya membawa payung milik Afra dan ia harap Justin sedang tidak berada di rumah, saat masuk Celine bertemu dengan Afra yang sedang bermain bersama Noah di ruang tamu.

"Lho, Celine. Cari Justin ya?" Tanya Afra ketika melihat Celine datang.

"Enggak, Onti. Ini, Celine mau pulangin payung. Kemaren Justin anter Celine pulang terus waktu mau masuk ke rumah Justin kasih payung ini, kan kemaren hujan."

"Oh iya, taruh aja di situ." Afra menunjuk tempat untuk menaruh payung berbahan stainless yang berada di sudut dinding.

"Emang Justin di mana, Onti?" Tanya Celine setelah menaruh payung dan berjalan mendekat.

"Kantor, kamu gak ke kantor, Cel?"

Celine bernapas lega karena Justin tidak ada di rumah. Celine menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Afra, "enggak, Onti."

"Kalo mau puding juga di kulkas ada, Cel." Kata Afra seraya menunjukkan cup puding yang ia pegang di mana Noah yang memakan puding tersebut.

Celine tersenyum, "lain kali aja, Onti. Celine mau langsung pulang."

Afra ikut tersenyum.

Celine balik badan dan terkejut karena tubuhnya menabrak tubuh Justin di mana Justin baru saja masuk dan Celine sendiri berdiri di dekat pintu.

Celine mundur beberapa langkah karena tubuhnya menabrak tubuh Justin cukup keras, melihat wajah Justin, Celine panik seketika dan langsung memalingkan wajah.

Justin juga tidak tahu harus bereaksi seperti apa, melihat Celine ia langsung teringat dengan ocehan gadis itu kemarin malam.

Afra yang melihat kecanggungan di antara Justin dan Celine tampak bingung karena tidak biasanya kedua orang itu seperti sekarang.

"Kalian berantem?" Tanya Afra membuat Justin dan Celine menoleh dengan kompak.

"Enggak, Onti. Ya udah, Celine pulang." Pamit Celine pada Afra lalu menatap Justin sejenak dan segera pergi dari dalam rumah.

Celine yang sudah sampai teras terpaksa menghentikan langkahnya karena bajunya ditarik, Celine tidak langsung menoleh melainkan memejamkan mata.

"Ih, apa sih!" Celine memukul tangan Justin yang sedang menarik bajunya.

"Temenan apa salahnya sih? Lo tetep mau jauhin gue walaupun kita cuma sekedar temenan?" Justin masih menarik baju Celine agar Celine tidak pergi.

Celine diam seraya menatap Justin.

"Gue tau kenapa lo mau jauhin gue, jaga jarak sama gue."

Celine langsung memalingkan wajah.

Justin tertawa kecil, "lo terlalu jauh tau gak mikirnya."

Celine masih diam.

"Lo suka sama gue?"

Celine membulatkan mata, "enggak! Kemaren gue gak tau kalo ternyata gue nelfon lo. Kalo lo denger ocehan gue pasti lo denger dibagian gue... Tau ah pusing, awas!" Celine kembali memukul tangan Justin.

"Apa salahnya kita coba jadi temen sebelum lo coba jauhin gue?"

Celine yang berdiri membelakangi Justin dengan kepalanya yang hanya menoleh pada laki-laki itu mulai balik badan dan berdiri berhadapan dengan Justin.

Justin masih tidak melepaskan tangannya dari baju Celine.

"Gue pernah nonton drakor, drama Korea. Ada kalimat yang paling gue inget, lo mau tau?" Celine diam sejenak lalu kembali bersuara, "laki-laki dan perempuan tidak bisa berteman. Laki-laki sama perempuan gak bisa temenan, yang artinya gak bisa jadi temen. Kalo pun bisa paling seberapa lama sih?"

Tangan Justin mulai menjauh dari baju Celine.

"Gue ngomong kayak gini bukan karena gue mulai suka atau suka sama lo, tapi untuk antisipasi. Lo tau kan bakal seribet apa ke depannya kalo itu sampe kejadian?"

Justin mengunci rapat-rapat mulutnya.

"Bisa dibilang gue cewek yang bergantung sama laki-laki, gue harus cari laki-laki lain sekarang." Celine memalingkan wajahnya dari Justin lalu balik badan untuk kembali berjalan menuju mobilnya.

"Kita bisa temenan tanpa harus saling suka, Cel."

Celine menghentikan langkahnya dan memejamkan mata seraya menghela napas kemudian balik badan, "lo yakin?"

Justin mengangguk, "gue punya pacar. Dia lagi ada di New York, dia model."

"Tapi gue gak punya pacar, lo mau kita temenan?"

"Ya... Seenggaknya kita jangan jauhan juga,"

Celine menghela napas karena sebenarnya ia tidak ingin berjauhan dengan Justin lantaran sudah merasa aman dan nyaman di dekat laki-laki itu.

"Lo beneran punya pacar?" Tanya Celine.

"Udah lost contact, kita gak pernah saling kirim kabar lagi."

"Lo tau, nyokap bokap gue dulu temenan. Dari kecil sampe akhrinya mereka kejebak yang namanya friendzone, SMA mereka pacaran, endingnya mereka nikah. Itu udah cukup buktiin ke gue kalo laki-laki sama perempuan emang gak bisa temenan,"

"Gue pikir gak masalah kita bakal saling suka, tapi permasalahan yang lo maksud kita beda." Kata Justin.

Celine mengangguk tanpa mengucapkan apa-apa, "lo ngerti, 'kan? Bakal seberat itu, gue gak siap."

Justin mengangguk kecil.

Celine pun langsung pergi tanpa Justin menghalanginya lagi, sedikitpun Celine tidak ada menoleh pada Justin walaupun ia ingin.

Can We?

Qotd: setuju laki-laki dan perempuan gak bisa temenan?

Laki-laki dan perempuan tidak bisa berteman -Lee Suho, True Beauty.

Tunggu kelanjutannya!👋🏻

Can We? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang