Bab 8

185 28 1
                                    

Siswa-siswi  berbincang ramai dalam kelas karena jam pembelajaran pertama kosong dan hanya mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru mereka.

Chenle memilih untuk menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangannya yang terlipat di atas meja. Dia tertidur pulas tanpa menghiraukan Teman-temannya yang sedang ramai dengan kegiatan masing-masing, begitupun haechan dia bermain Game yang ada di ponselnya bersama dengan Mark. Sedangkan Renjun ia sibuk mengerjakan tugas yang ia catat di buku catatan.

"Mark, chanie apakah kau bisa menghubungi Jeno? Aku menghawatirkan nya, sudah lima hari ini dia tidak masuk sekolah" kata Renjun.

"Aku sudah mencoba menghubunginya, tapi ponselnya tidak aktif" kata mark menjawab.

"Apa yang telah terjadi padanya, aku memiliki perasaan tidak enak. Apa suatu hal terjadi padanya? Dia sungguh sangat menyebalkan, menghilang tanpa memberi kabar" kata Renjun menggrutu.

"Yak Renjunie, apa kau pacarnya, keluarganya. Sungguh kamu sangat berlebihan, dia akan baik-baik saja Renjun" sahut haechan malas.

"Apa kalian tak menyadari, bagaimana jeno saat menatap. Wajahnya memang sedingin es, kata-katanya memang sangat ketus. Tapi tak sadarkah kalian bahwa Jeno banyak sekali menyimpan rahasia dan kesedihan dalam tatapan matanya. Apa kalian tak menyadarinya? Sungguh mata itu tidak bisa berbohong kau tau" kata Renjun kesal.

"Cek, apa kau berusaha membuat ramalan? Itu hanya perasaanmu saja Renjun. Jeno akan baik-baik saja" kata haechan

"Hem, aku berharap seperti itu" kata Renjun. Kemudian dia kembali mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru.

####

Sudah lima hari ini Jeno tidak berangkat ke sekolah dan sudah lima hari ini Jeno tidak bisa tidur dengan nyaman. kenangan buruk masa lalunya terus menghantui pikirannya, bahkan perkataan Jaemin beberapa hari yang lalu selalu terbayang di otaknya.

Kerap sekali Jeno menangis tengah malam akan rasa sesak yang menghampirinya, rasa bersalah yang menyelimutinya. Dunianya seakan hancur saat teman terdekat bahkan tidak menginginkan dirinya. Jeno tidak bisa tidur nyenyak dan terlelap, dia selalu terbangun saat mimpi itu kembali melintas dalam otaknya.

Jeno bahkan beberapa kali meminum obat penenang dan obat tidur untuk menenangkan hatinya dari kegelisahan dan rasa sesak yang menghantam jantungnya setiap kali ia mengingat kejadian tiga tahun yang lalu.

Jeno merasa bahwa dia adalah seorang pembunuh, dia merasa bahwa dia orang yang  tidak berguna, bahkan jeno merasa lelah akan perasaan menyakitkan yang ia rasakan saat ini, setiap hembusan nafas yang keluar dari hidungnya terasa berat.

Jeno menghela nafas kemudian berjalan keluar kamar dengan keadaan yang sangat menyedihkan. Rambut yang tidak tertata rapi, mata sayu karena tidak tidur beberapa hari.

"Tuan mau makan?bibi sudah membuat menu makanan kesukaan mu" kata bibi kang yang sedang menuangkan beberapa masakan di mangkuk

"Tidak, aku hanya ingin memakan buah" kata Jeno singkat dan mengambil beberapa buah-buahan.

"Mau bibi kupaskan terlebih dahulu?" Tanya bibi kang.

"Aku akan mengupasnya sendiri" kata Jeno tidak bersemangat.

"Baiklah, bibi ke belakang dulu kalau gitu" kata bibi kang pamit dengan Jeno, lalu berjalan ke arah ruang belakang untuk mengurus pakai yang sedang di jemur.

Jeno berjalan ke arah dapur, dia mengambil beberapa buah-buahan yang berada di meja dapur. Dia membawa beberapa buah-buahan seperti apel, pir, mangga untuk ia bawa ke kamar.

friend Where stories live. Discover now