First Date (Part 1)

Start from the beginning
                                    

"Oh gitu, oke boss. Love you abang,"

"Love you more dek," balasnya. Lalu aku pun menutup telponnya.

Pake baju warna yang manis? I got it.

---

Akhirnya jam 11 pun tiba...

"Lily?," panggil seseorang dari lantai bawah yang aku yakin itu Dino. Secepat kilat aku langsung turun dan woww... Dino ganteng abis. Deg deg deg. Ini bukan Dino yang biasanya. Dia lebih... mempesona.

"Hei, bengong aja," katanya lagi.

"Gila Din, kok lo beda gini sih, jadi lebih... ganteng," kataku sambil menyembunyikan mukaku yang pasti udah kayak tomat.

"Demi first date kita," katanya singkat dengan senyumnya yang super duper bikin melting, sambil menarik tanganku menuju mobil.

Di mobil aku maupun Dino sama - sama diem nggak sesperti biasanya. Aku pun bingung mau ngomong apa di saat jantungku yang terus terusan berdebar di samping Dino yang beda dari biasanya. Aku rasa sekarang aku tahu kenapa cewek - cewek di sekolah tergila - gila sama Dino.

"Ly, jangan diem dong, biasanya kan lo bawel,"

"Bawel? Kapan? Kapan gue pernah bawel?," balasku kesal.

Tiba - tiba dia menarik tanganku dan ditempelkan di dadanya sehingga aku bisa merasakan detak jantungnya.

"Nggak cuma lo disini yang deg degan. Gue juga. Makanya gue juga bingung mau ngomongin apa tapi gue nggak suka suasana diem gini juga," katanya. Mendengar itu aku hanya bisa ketawa dan ketawa.

"Kok ketawa sih?," tanyanya bingung.

"Lucu aja. Haha. Ternyata nggak cuma gue yang polos banget soal pacaran,"

"Maksudnya?," tanyanya lagi.

"Nih ya, karena tadi pagi lo bilangnya cuma jalan, gue pun bilangnya ke abang gue mau jalan sama lo. Trus abang malah nyie nyie in katanya gue mau nge date sama lo. Kan gue jadi bingung mau pake baju apa. Pas gue tanya ke abang, gue malah diketawain, katanya kok gue polos banget. Dan ternyata nggak gue doang yang polos banget soal pacaran," kataku panjang lebar.

"Please ya, Ly lo pikir gue pernah ngerasain pacaran gitu. Mungkin kalo gue bisa sayang sama orang dengan gampang, sekarang gue pasti ngerti gimana pacaran itu,"

Jelas banget pengakuan dari Dino ngebuat aku ketawa. Ini jelas Dino yang aku kenal.

"Kita mau kemana, Din?," tanyaku setelah puas ketawa.

"Kemana - mana. Lo maunya kemana? Nonton, ke taman, atau ke mall? Atau terserah gue ngajak lo kemana?," tanyanya dengan senyumannya yang resmi membuatku melting.

"Terserah lo aja," jawabku cepat.

Aku nggak tahu sama sekali pengen pergi kemana bareng Dino di situasi kayak gini.

---

Beberapa saat kemudian sampai lah aku dan Dino di tempat yang nggak asing sama sekali buat aku sama Dino. Tempat yang selalu membawa kebahagiaan karena dulu kita belum memikirkan betapa kerasnya hidup. Hollary Kindergarten. Sekolah pertama aku sama Dino. Sekolah masa kecil yang penuh kenangan.

"Kangen ya?," Tanyanya. Aku hanya bisa mengangguk. Kangen banget rasanya. Tiba - tiba kurasakan tanganku digenggam erat oleh Dino agar aku ikut dengannya ke suatu tempat di kindergarten ini. Hingga sampailah di depan ruangan yang biasa disebut Theater Room. Tempat segala macam pertunjukan seni baik pertunjukan live maupun hanya film.

"Mau apa?," tanyaku.

"Duduk aja, ntar juga tahu," katanya. Setelah itu dia melesat entah kemana.

Beberapa saat kemudian Dino kembali dan duduk di sebelahku sesaat setelah lampu ruangan meredup dan kemudian suatu rekaman video mulai terlihat di layar. Video anak - anak 3 tahun yang sedang melakukan pentas drama.

"Itu... kita?," tanyaku ke Dino dengan semangatnya. Dino hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman. Tanpa sadar aku melingkarkan tanganku ke lengan Dino karena sangking senangnya melihat tingkah anak - anak kecil yang ada di layar yang penuh dengan tawa dan bergerak sesuka hati. Selama 30 menit video berlangsung aku tidak henti - hentinya tertawa melihat tingkah anak - anak itu, apalagi Dino yang dulu super chubby.

---

Seusai menonton video Dino mengajakku ke cafetaria yang ada di Hollary Kindergarten melihat hari sudah siang dan saatnya makan.

"Gue suka pas lo meluk tangan gue tadi," kata Dino tak lepas dengan senyumannya.

"Jadi ini ya rasanya pacaran. So happy," tambahnya.

Aku hanya bisa tersenyum malu mendengar ucapan Dino. Ini bukan aku yang biasanya. Biasanya aku nggak bakalan deg deg an dan malu di depan Dino. Apa aku beneran jatuh cinta? Can it be love? 

---

Maaf ya tambah abstrak hehe.

Makasih banyak buat yang keep reading.

Vote and comment nya ditunggu sangat.

Thanks a lot.

Let Love Be...Where stories live. Discover now