BAB 7 : Latihan di Gua Air Terjun Manjing

4 1 0
                                    

Alam dan Radja tengah latihan jurus-jurus yang ada di Kitab Manjing didampingi oleh seorang kakek leluhur. Langit sudah semakin gelap, latihan sudah berlangsung dua jam.
“Sekarang kalian boleh istirahat dan mandi. Kita lanjutkan latihannya besok.”

“Baik, Kek.”

Sosok kakek leluhur menghilang.
“Lam, kita mandi bentaran lagi saja ya? Kalau semakin malam di sini semakin dingin.”

“Oke, Ja.”

Setelah sekitar 20 menit beristirahat, Alam dan Radja pergi mandi. Mereka memutuskan mandi di balik air terjun, tepat di depan gua agar mereka aman dari musuh. Air Terjun Manjing merupakan tempat yang sering diintai oleh Manusia Kucing. Tiba-tiba Alam mendengar suara beberapa orang di sekitar air terjun.
“Ja, lo dengar ada suara langkah kaki beberapa orang di sekitar sini?”

“Suara langkah kaki? Nggak, Lam. Gue hanya dengar suara air terjun.”

“Hmm, apa gue salah dengar ya?”

“Mungkin. Lo tenang saja. Asalkan kita nggak keluar dari sini, kita aman.”

“Ya sudah, sekarang kita makan malam ya! Mandinya sudah terlalu lama.”

Mereka kembali ke gua untuk berpakaian. Setelah selesai, mereka memulai makan malam.

**
Keesokan harinya…
Sosok kakek leluhur kembali muncul. Ia langsung membangunkan Alam dan Radja yang masih tertidur pulas.
“Alam, Radja, bangunlah.”

Alam dan Radja mulai membuka matanya.

“Ada apa, Kek? Ini kan masih terlalu pagi untuk latihan,” respon Alam.

“Kakek tahu. Sekarang kalian mandi dan pukul 07.00 nanti kalian harus siap untuk latihan.”

“Harus mandi, Kek? Kan ini masih dingin, gimana kalau mandinya agak siangan?” protes Radja.

“Tidak bisa, kalian mandi sekarang dan kita mulai latihannya pukul 07.00 nanti.”

Sosok kakek leluhur hilang. Alam dan Radja pun terpaksa menuruti perintah sang kakek leluhur. Mereka segera pergi mandi.
“Lam, airnya dingin banget.”

“Gue juga tahu, tetapi mau bagaimana lagi. Kita harus menuruti perintah kakek leluhur. Ayo!”

Alam dan Radja mulai memasuki sungai untuk mandi. Setelah berendam kurang lebih 20 menit, mereka segera berpakaian dan bersiap untuk melanjutkan latihan mereka. Lima menit sebelum pukul 07.00, kakek leluhur muncul kembali.
“Kalian sudah siap?”

“Siap, Kek.”

“Bagus, sebentar kita akan memulai latihan hari ke-2. Apakah kalian siap?”

“Siap, Kek.”

**
Waktu telah menunjukkan pukul 12.00, Alam dan Radja kini sedang beristirahat dan menikmati makan siang.
“Lam, ternyata untuk menjadi Manjing tidak mudah ya? Gue pikir jadi Manjing hanya sekedar menerima ilmu dari Ayah selesai. Ternyata harus latihan juga.”

“Hmm, lumayan. Ya gitu deh, kita harus jalani latihan ini dengan baik agar kita siap untuk menerima ilmu kemanjingan.”

Begitulah kira-kira aktivitas mereka lima hari kedepan.
Lima hari kemudian…

Alam dan Radja telah selesai mempelajari seluruh isi Kitab Manjing. Semua jurus-jurus telah mereka kuasai dengan baik. Waktu telah menunjukkan pukul 18.00.
“Kalian memang hebat. Kalian sudah mempelajari seluruh isi Kitab Manjing ini dengan baik. Sekarang kalian boleh pulang.”

“Terima kasih, Kek. Atas bantuannya selama ini. Kami mau pamit.”

“Ini Kitab Manjing kalian bawa. Jaga kitab ini dengan baik.”

“Siap, Kek. Alam dan Radja akan jaga kitab ini dengan baik.”

Tak lama, sosok kakek leluhur menghilang.
“Ya sudah, Ja. Sekarang kita pulang ya!”

“Ayo! Gue juga sudah bosan di sini.”

Mereka pun keluar dari gua tersebut.
“Yah, barang-barang kita basah semua. Letak guanya nggak praktis.”

“Ya, mau bagaimana lagi. Sekarang kita pulang ya!”

Mereka naik ke motor milik Alam yang diparkirkan tepat di samping sungai. “Semuanya sudah nggak ada yang ketinggalan kan, Ja?”

“Beres, tadi gue sudah cek semuanya lengkap.”

“Ayo, kita pulang!”

Alam pun mulai menyalakan motornya. Tak lama, mereka berangkat menuju Desa Rinai kembali.

Bersambung...
©2021 By WillsonEP

©2021 By WillsonEP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Manusia AnjingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang