BAB 5 : Kekuatan Tak Terduga

7 1 0
                                    

“Daisy, keluar kau! Kembalikan anakku!”

Beberapa saat kemudian, beberapa pasukan Manusia Kucing menyergap mereka.
“Kalian mau apa ke sini?”

“Serang! Kita harus selamatkan Alam.”

Lima Manusia Anjing tersebut mulai melakukan penyerangan termasuk Radja. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Radja juga tiba-tiba dapat mengendalikan angin di sekitarnya.
“Om, Adidupa ini ada apa? Kenapa anginnya tiba-tiba kencang seperti ini?”

“Hmm, sepertinya leluhur membantu kita Petir melalui Radja.”

Radja mengendalikan dan menghempaskan angin di sekitarnya ke beberapa pasukan Manusia Kucing.
“Hebat, kau Radja!” puji Petir.

“Iya, bagaimana kau melakukannya?” tanya Rimba penasaran.

“Radja juga nggak tahu. Tiba-tiba saja anginnya bisa Radja kendalikan.”

Beberapa saat kemudian, Alam datang menghampiri.
“Ayah!” panggilnya.

“Alam? Kau di sini rupanya. Apakah kau baik-baik saja?”

“Alam baik-baik saja, Yah.”

“Syukurlah, ayo kita pulang sekarang!”

Tiba-tiba pasukan Manusia Kucing lainnya datang menghadang Alam. Dengan kekuatan seperti Radja tadi, Alam mengendalikan angin dan menghempas pasukan Manusia Kucing yang menghadangnya.
“Ayo, Yah! Kita pulang sekarang.”

Sementara itu, Daisy memperhatikan aksi para Manusia Anjing melalui cerminnya.
“Kali ini kalian bisa lolos. Tetapi lain kali, dua keturunan Manusia Anjing akan habis di tanganku.”

**

Mereka telah tiba di Padepokan Manjing.
“Alam, sekarang kau ceritakan mengapa kau bisa di Istana Manku,” pinta Petir.

“Hmm, yang aku ingat aku terakhir sedang mau ke kelas. Tiba-tiba aku sudah ada di hutan dan disergap orang-orang bertopeng dan aku juga melihat gadis misterius yang menghadangku kemarin. Begitu aku sadar aku sudah ada di penjara istana.”

“Kau tidak sadar waktu berjalan ke hutan?” tanya Petir lagi.

“Nggak.”

“Hmm, sepertinya kau dihipnotis sama perempuan itu.”

“Betul, tuh. Kau harus lebih berhati-hati, Lam.”

“Iya, Kak Petir, Kak Rimba.”

“Semuanya, saya pamit dulu ada urusan,” pamit Ranting.

“Kau mau ke mana Ranting? Buru-buru amat.”

“Iya, Tir. Saya mau melanjutkan mengurus perkebunan saya.”

“Baik, kau boleh pergi Ranting.”

“Terima kasih, Om Adidupa. Saya permisi.”

“Petir, Rimba, kami juga sekalian mau pamit. Alam, ayo kita pulang!”

“Iya, saya dan Radja juga pamit pulang.”

“Baik, Om. Hati-hati di jalan.”

Pukul 18.00, Alam dan Adidupa tiba di rumah.
“Bu, Alam dan Ayah pulang!”

Beberapa saat kemudian, Ratih keluar membukakan pintu.
“Syukurlah, akhirnya kamu pulang juga. Kamu baik-baik saja, Nak?”

“Alam baik-baik saja, Bu.”

“Alam, kamu ke mana tadi? Gue susul lo ke kelas, kok lo nggak ada.”

“Gadis, lo ngapain di sini? Gue tadi… ada urusan.”

“Oh, gitu. Gue ke sini khawatir sama lo.”

“Ya sudah, sekarang kita makan malam ya! Nak Gadis, ayo ikut makan!”

“Makasih, Bu. Maaf merepotkan.”

Mereka pun memulai makan malamnya.

**
“Makasih, Bu, Pak, atas jamuan makan malamnya. Masakan Ibu enak.”

“Sama-sama, Nak. Oh, iya Alam kamu antar Gadis pulang ya? Sudah malam.”

“Alam harus antar dia?”

“Iya. Ini sudah malam.”

“Ya sudah, Alam antar dia pulang. Bu, Yah, Alam pamit antar Gadis pulang dulu.”

“Pak, Bu, Gadis pulang dulu ya!”

“Hati-hati kalian.”

Karena motor Alam masih di sekolah, Alam terpaksa mengantar Gadis hanya dengan berjalan kaki. Untung saja jarak rumah Gadis tidak begitu jauh.
“Lam, makasih ya lo sudah mau antar gue.”

“Iya, sama-sama. Gue juga nggak mau lo kenapa-kenapa di jalan.”

“Oh, iya lo tadi ada urusan apaan? Tumben lo sampai tinggalin pelajaran.”

“Urusan penting pokoknya. Lo nggak perlu tahu urusan gue apaan.”

“Oh, gitu.”

10 menit kemudian, mereka tiba di rumah Gadis.
“Akhirnya sampai juga. Lam, makasih ya!”

“Iya, sama-sama. Gue balik ya?”

Okay, sampai ketemu besok.”

Setelah pamit, Alam pulang.
“Selamat malam, Alam.”

Bersambung...
©2021 By WillsonEP

©2021 By WillsonEP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Manusia AnjingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang