Prolog

23 5 2
                                    

Manik cokelat itu menatap ke sekeliling, gadis cantik dengan dress navy, rambut bergelombang hitam itu duduk menikmati angin sore. Matanya tertutup sekian detik lalu kembali terbuka, bulu mata lentiknya terangkat dengan indah, mata cokelatnya menjadi lebih tajam, senyum tipis terbit di wajah cantiknya. Senyuman yang jarang ia perlihatkan, bahkan tidak pernah.

Pernah kubaca puisi raja
Syairnya indah getarkan rasa
Namun, saat namamu disebut
Kutergetar jiwa penuh rasa
Tuhan yang berikan rasa cinta
Rasa kasih sayang ....

"Namun, sayang kamu bukanlah takdirku. Alamku berbeda denganmu, aku hanya jiwa yang tersesat ke mari, aku harus kembali. Menata hidup di langit sana, jangan membenci atau melupakanku. Aku pergi, terima kasih atas segalanya. Sisi iblismu mengajarkanku bahwa rasa sakit itu ada, meski dirimu tak punya rasa," gumam gadis itu.

Setetes bulir bening mengalir di pipinya, ia segera menghapusnya. Gadis itu memetik bunga cantik berwarna putih itu dan berjalan menuruni bukit karena hari mulai malam.

Ia menatap ke depan dengan tatapan kosong, hingga sampai di sebuah gubuk kecil ia menunduk dan langkahnya perlahan memelan.

"Darimana kamu?" tanya seorang pria dengan suara lembut dan tajamnya.

Gadis itu tak menjawab, ia hanya menunduk dan diam di hadapan lelaki itu. Lelaki bermata hitam itu mendengkus lalu memeluk gadisnya dengan erat. Ia meluapkan seluruh emosinya yang telah ia simpan selama seharian ini. Gadis di pelukannya ini sukses membuat harinya kacau.

"Kamu darimana saja, heum? Tak tahukah kamu, jika aku merindukanmu? Maafkan aku, maaf, aku terlalu pusing dengan pekerjaanku hingga tak sadar jika aku mengabaikanmu," ucap lelaki itu dengan sendu.

Gadis itu diam dan membalas pelukan lelaki itu, lalu berkata, "Kamu tidak salah, maaf membuatmu khawatir. Aku hanya ingin menyendiri."

"Jangan. Jangan pernah menyendiri lagi, aku ada di sini bersamamu. Jangan tinggalkan aku!"

Tanpa sadar setetes air mata turun dari mata gadis itu. "Hanya kutinggal sehari saja kamu kacau, bagaimana jika aku kembali ke alamku?" batinnya bertanya-tanya. "Hei, Damian. Aku minta maaf, oke? Jangan menangis," ucap gadis itu saat mendengar isakan kecil dari lelaki bernama Demian itu.

"Kamu membuatku kacau, Cle," ucap Demian seraya melepaskan pelukannya. "Sudah berapa kali kubilang, kamu ga boleh pergi sendirian, Cleo!"

Gadis bernama Cleo itu tersenyum kecil lalu tangannya terangkat menghapus air mata di pipi Demian.

"Cintai Cleo, ya? Meski nanti sosok yang pernah kamu temui tak ada di hadapanmu lagi," ucap Cleo.

"Mak–"

Tiba-tiba petir menyambar, Demian langsung menarik Celo masuk ke dalam gubuk itu. Lagi, suara yang ke sekian kali muncul di kepala Cleo.

"Saatnya kamu untuk kembali pada kaummu, tinggalkan mereka. Hukumanmu telah usai."

Cleo tersenyum tipis, gadis itu menutup matanya secara perlahan, bersamaan dengan itu cahaya biru yang biasa ada di kuku Cleo juga ikut menghilang. Demian panik dan segera membopong gadisnya itu untuk berbaring di kasur.

"Cle, kamu kenapa?"

Beberapa hari kemudian Cleo belum juga sadar, gadis itu sekarang berada di ruang rawat inap rumah sakit. Di luar sana Demian mengamuk, karena kekasihnya tak kunjung siuman.

"SIALAN DOKTER MACAM APA KALIAN TAK BISA MENYEMBUHKAN KEKASIHKU?!" pekiknya.

"Tu–tuan it–"

"Dok, pasien sudah siuman."

Mendengar hal itu Demian langsung berlari ke ruangan Cleo dan langsung memeluk gadisnya itu.

"Cle, kamu ga apa-apa, 'kan?" tanya Demian dengan isakan.

"Ka–mu siapa?" tanya Cleo.
















......

...

.....

Author gabud ini sekarang mencoba menulis cerita fantasi, yuk baca dan sarannya🤭😚

ASTRIDLYNNWhere stories live. Discover now