Chapter 4

454 69 3
                                    

Setelah demamnya hilang. Sasuke kembali masuk dan mulai belajar kembali di sekolah.

Salahkan ibunya dan sang kakak yang tidak memperbolehkan dirinya untuk bersekolah.

Padahal hanya demam. Dan mereka begitu lebay menanggapinya. Seperti dirinya akan mati saat itu juga.

Sebenarnya tubuhnya pun masih sedikit hangat. Dengan dalih ulangan harian, Sasuke pun diizinkan asal dia tidak boleh kabur sebelum jemputan nya datang.

Sasuke yang dasarnya cuek pun tidak peduli. Yang penting dia tidak dicekoki obat atau apalah itu.

Tap

Tap

Tap

Suara ketukan sepatu pantofel nya terdengar menggema di ruangan loker.

Ups, sepertinya dia terlalu pagi. Terbukti dengan tak ada satupun suara manusia yang terdengar.

Segera Sasuke berjalan menuju loker sepatunya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat seseorang berdiri di depan sebuah loker.

Sasuke tau. Seragam orang itu sama dengan seragam yang dia pakai. Berarti, orang itu satu sekolah dengannya.

Dahi putih itu berkerut saat melihat benda yang ada di tangan pemuda itu.

Sasuke berani bertaruh jika dia mendengar orang itu seperti sedang berdoa.

Sebuah hantaman ingatan menimpa Sasuke.

Loker itu.

Loker yang pernah Sasuke lihat. Loker sepatu yang di dalamnya banyak sekali bunga Lily putih.

Dan benda yang ada di tangan siswa itu memanglah bunga Lily putih yang masih segar.

"Keterlaluan sekali" entah mengapa Sasuke mengucapkan kalimat itu.

Pemuda berambut hitam itu menoleh. Dia mendengar sebuah suara dari belakang tubuhnya.

DEG

Sepasang manik obsidian milik Sasuke terbelalak lebar.

Dia tidak tau, seperti ada sesuatu yang memukul jantungnya saat melihat manik sapphire milik pemuda di depannya.

"Apa masalahmu?" Tanya pemuda itu. Dia menatap Sasuke dengan tatapan dingin miliknya.

Sasuke segera tersadar dan berhasil menormalkan kembali tubuhnya yang sempat rewel.

"Bukankah kau sangat keterlaluan? Meletakkan bunga Lily putih itu di loker sepatu siswa lain?" Tanya Sasuke menatap sinis pemuda berambut hitam itu.

Sedangkan sang pemuda, hanya diam dan menaikkan sebelah alisnya.

"Mencoba membully orang lain dengan menganggapnya sudah mati? Apakah kau seorang otakku yang suka meniru adegan di anime-anime?" Tanya Sasuke lagi.

'Otakku? Anime?'

"Apa pedulimu huh?" Tanya pemuda itu sambil mengangkat dagunya. Mencoba merendahkan Sasuke secara langsung.

Ingin sekali Sasuke meninju wajah angkuh pemuda di depannya ini. Sungguh kurang ajar!

"Membully? Apakah kau tidak mengaca?" Tanya pemuda itu menatap Sasuke dengan tatapan menusuk.

Harusnya Sasuke tidak merasakan sakit di hatinya. Tapi, tatapan menusuk dari pemuda di depannya ini berdamage besar untuknya.

Tatapannya seolah dia adalah pembunuh berantai yang harus dibenci dan tidak diterima di surga ataupun neraka.

[Bl] Evanescent [Complete]Where stories live. Discover now