4. Unity

9 4 0
                                        

Al menghempaskan tubuhnya yang tak bertenaga diatas sofa. Ia masih merasa kacau. Rasa bersalahnya karna terlambat datang ke perayaan ulang tahun Ruth belum hilang. Ken memang tidak marah ataupun kesal dengannya. Tapi gadis yang tidak enakan itu mana mungkin bisa merasa baik-baik saja saat melakukan kesalahan ke orang lain.

"Al." Panggil Ken yang entah sejak kapan berdiri di hadapannya. Al segera berdiri membuat cowok dihadapannya itu terkejut.

Gadis itu meringis karna tanpa sengaja memperpendek jarak nya dengan Ken. Ia mundur hingga kakinya menyentuh sofa.

"Ken. Aku tau kamu marah bahkan setelah aku menjelaskan semuanya. Aku tau aku salah. Tapi tolong jangan bentak aku. Aku bisa down. Kamu tau kan aku it..." Ken menempelkan telunjuknya di bibir Al. Sejak tadi ia sudah memberi isyarat untuk diam tapi Al tidak menghiraukan nya.

"Aku kesini bukan untuk bentak kamu, Al. Aku juga gak marah sama sekali. Aku datang cuma mau mastiin sesuatu."

"Mastiin apa?"

"Hp kamu dimana?"

"Hp? Hp ku ada di..." Al memeriksa tas selempang yang masih dia pakai.
Ia mendongak saat tidak menemukan apa yang ia cari. "Harusnya ada disini." Al dengan panik memeriksa kembali tas nya.

"Al, cukup. Aku tau hp kamu dimana."

"Dimana?"

"Hp kamu ada di orang ini." Ken menunjukkan layar hp nya. Disana tertera nomor telpon seseorang dan terdapat tulisan kecil dibawahnya.

Panggilan sedang berlangsung.

Al mengambil alih hp Ken. "Halo? Apa benar hp saya ada ditangan anda?"

"Hai senior!. Gimana kabarmu hari ini?"

Al mengerutkan keningnya mencoba mengingat suara dan panggilan 'senior' dari seberang telfon.

"Kau?! Kau yang kemarin it..."

"Hasa, senior. Padahal baru kemarin lho kita kenalan."

"Hp ku..."

"Saya tunggu di cafe yang sama, jam 2 siang ini. Jangan telat ya."

Tut Tut Tut....

***

"Senior Alice Chevani. Salam kenal." Hasa mengulurkan tangannya sopan. Namun tidak disambut oleh Al.

'Dia pasti tau namaku dari Ken atau mungkin Ivan. Atau mungkin...' mata Al membulat seketika.

Hasa menurunkan kembali uluran tangannya dengan sabar. "Kemarin kita pergi dari sini tanpa makan atau minum. Kali ini kita pesan sesuatu du...."

"Hp! Kamu ngecek hp ku ya?"

"Itu... Tenang aja. Saya tipe orang yang sangat menghargai privasi orang lain. Saya hanya membuka kontak dan menelfon kontak yang paling sering dihubungi. Sebaiknya kita pesan sesuatu dulu."

Al menarik nafas lega. "Gak. Baiknya kembaliin hp aku dulu. Aku buru-buru. Kamu aja yang pesan."

Hasa yang sedang malas berdebat, memanggil waiters dan memesan jus jeruk. Lalu kembali fokus dengan sang senior.

'senior Al ini sangat ceroboh apa gimana, sih. Baru selesai sama kalung, lanjut kehilangan hp.'

"Baiklah" Hasa mengeluarkan hp milik Al dari seragam nya. "Eitss!" Dengan sigap Hasa menjauhkan ponsel itu dari Al yang nyaris merebutnya. "Senior, selain menghargai privasi orang, saya juga selalu belajar dari pengalaman."

"Kembalikan, gak?"

"Ok. Saya akan kembalikan. Tapi... Senior harus ikut saya di apartemen." Hasa yang mengerti dengan perubahan ekspresi Al langsung menambahkan, "tenang aja. Disana bukan cuma ada saya. Ada temen-temen saya juga. Nanti saya kenalin."

We Are Unity (Based From True Story)Where stories live. Discover now