~~ Lima Belas ~~

23 2 1
                                        

"Apa yang terjadi mengapa kita ke rumah sakit?" . Heran Flo, namun pertanyaannya tidak membuahkan jawaban. Dion hanya memberikan isyarat dengan menempelkan jari telunjuknya dibibir.

"Yanlin, tutup semua akses yang menghalangi perjalananku ke hospital" lanjut Vino menelpon seseorang.

Bunyi sirine bergema, akses menuju hospital dibuka, mobil yang dikendarai Vino membelah jalanan dengan kecepatan tinggi, menembus kemacetan Kota Beijing..

___________CHAPTER LIMA BELAS___________

Mobil terhenti didepan lobby rumah sakit, dengan segera Arvino berlari menuju ruangan tempat dimana Ibunya dirawat.
Disetiap detak jantungnya adalah doa, doa yang dia panjatkan untuk cinta pertamanya.
Air mata meleleh disudut mata Arvino, Lelaki bertubuh kekar itu tak kuasa menahan luapan emosi dari dalam dirinya, ia menorobos lorong rumah sakit.

Langkah Arvino terhenti didekapan Pak Jun, Lelaki tinggi besar berpakaian serba hitam berdiri didepan pintu ruangan, melakukan pertahanan.
Tubuh kekar Arvino mencoba berontak namun Dion dengan cepat menahannya.

"Pak Jun, mengapa kau menghalangiku? Yang didalam itu Mama saya, saya putranya bukan orang asing".

"Sabar Vino, Ibumu sedang dalam penanganan Dokter dan kita tidak diperbolehkan masuk sementara waktu".

Tak tahan dengan pemandangan yang ada didepan matanya Flo pun mendekati Arvino. Seolah diberikan isyarat oleh Flo. Dion dan Pak Jun segera melepaskan cengkraman mereka ditubuh Arvino.

"What the Fuck". Teriakan Arvino terhenti seketika disaat ia merasakan dua tangan lembut melingkar di tubuhnya. Pelukan itu seperti menjadi terapi paling ampuh untuk dirinya. Flo memeluknya dari belakang.

"Listen to me, please! Redakan emosimu Vino. Percayalah Ibumu akan baik-baik saja".

Mendengar suara itu Arvino membalikan tubuhnya. Dia rengkuh erat tubuh Flo. Wanita itu mampu membuat luluh hati Vino yang keras dengan cepat.

"Terimakasih kamu ada disini". Ucap Vino lirih. Baginya pundak Flo adalah sandaran untuk melepas kesedihan. Tak ia sangka Florencia seorang gadis dingin dapat berubah seratus delapan puluh derajat menjadi gadis hangat dan membuatnya begitu nyaman.

 Tak ia sangka Florencia seorang gadis dingin dapat berubah seratus delapan puluh derajat menjadi gadis hangat dan membuatnya begitu nyaman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku dan yang lain akan ada disini menemanimu Vino". Flo melepaskan pelukan Arvino, ibu jarinya menyeka sisa-sisa air mata dipipi Arvino.
Alih-alih melepaskan pelukannya Arvino kembali memeluk Flo.

"Vino, badanmu berat, pelukanmu terlalu erat. Aku tak bisa bernafas. Jangan mencari-cari kesempatan deh". Nada bicara Flo tiba-tiba berubah menjadi manja.

Semua yang ada disekeliling mereka menahan tawa, tapi Arvino menyadari itu dan segera melepaskan pelukannya.

"Tidak bisakah kau berempati kepadaku sebentar saja Nona Florencia?" Bisik Vino ditelinga Flo.

Kemudian Flo membalasnya "Aku sudah melakukannya dengan senang hati Tuan Muda. Bisakah kau tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan". Kedua bola mata Flo membulat kesal.

"Huh..." Vino membuang nafas perlahan.
"Wanita itu akan menjadi sangat manis dan kemudian ganas dalam waktu bersamaan. Terlalu sulit menaklukannya" batin Vino sambil berjalan ke arah kaca yang menembus ruangan tempat ibunya dirawat.

 Terlalu sulit menaklukannya" batin Vino sambil berjalan ke arah kaca yang menembus ruangan tempat ibunya dirawat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan khawatir bro, dokter akan melakukan yang terbaik untuk ibumu". Dion merangkulkan tangannya di bahu Vino.

"Tetap saja mereka harus saya beri pelajaran yon. Bagaimana bisa Mama saya kritis" timpal Vino.

"Mm...masih sama saja seperti dulu si keras kepala ini. Ya sudah lakukanlah yg kau mau. Terlalu sulit berbicara dengan orang yang tidak percaya takdir". Balas Dion

"Kau meledekku? Menghinaku? Mencemoohku? Heh?" Ucap Vino memicingkan matanya.

"Well... hahahah itu kenyataan Arvino" Ledek Dion

"Dion Wang" geram Vino

Kemudian Dion berlari menghindari pukulan Arvino.
Semua orang menahan tawa melihat kelakuan kekanak-kanakan dua sahabat itu.

Pintu ruangan terbuka, Dokter dan perawat keluar berbarengan.
"Tuan Wilson, keadaan Ibu anda sudah membaik. Anda dipersilahkan masuk, dia membutuhkan Anda". Ucap Seorang Dokter.

"Ok! Tapi ingat, saya tidak mau ini terjadi lagi. Saya sudah membayar rumah sakit ini mahal. Setidaknya berikan layanan yang terbaik untuk ibu saya. Jika tidak, saya tidak akan segan memindahkan Ibu saya ke Rumah sakit lain". Ucap Vino kesal.

"Baik Tuan Wilson, kami akan melakukan yang terbaik. Mohon maaf atas ketidak nyamanannya" balas seorang perawat.

Arvino hanya membalas dengan anggukan dan mempersilahkan mereka pergi.

Flo dengan polos berkata " Sombong sekali, memang dia siapa? Sepertinya rumah sakit sebesar ini tidak akan rugi hanya kehilangan satu pasien".

Mendengar itu Vino menoleh ke arah Flo. Kemudian Flo tersenyum mendengar Bella berbisik padanya.

"Flo, Saham terbesar Rumah sakit ini milik Ibunya Arvino".

Hmmm...Flo bergeming matanya memutari seisi ruangan. Mengalihkan tatapan tajam Vino. Yang siap menerkamnya kapanpun dia mau.

"Ibu, dulu ibu ngidam apa? Kenapa ibu sampai hati mengikuti rencana Vino hik hik hik " pekik Flo dalam hati.



Hallo Guys... ini chapter 15 ku... aku akan segera up chapter ke 16.
Kalian berharap gak sih kalau Vino dan Flo akan pacaran dimasa depan dan bersikap romantis satu sama lain?
Jangan lupa Vote, Comment dan share.
Semogaa kalian suka yaa 🤗🤗

Dapat salam Dari Flo... jangan lupa vote dan comment 🤗🤪

 jangan lupa vote dan comment 🤗🤪

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 12, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Make Me AddictedWhere stories live. Discover now