VI. Three Wishes

28 4 12
                                    

[THREE WISHES]
oleh: Triasacalva (triasacalva)

[]

Mimpi itu datang tepat setelah aku menemukan dreamcatcher di laci meja belajarku. Mimpi aneh yang terus menghantuiku setiap hari. Semakin hari mimpi itu semakin jelas. Dan sekarang, aku bisa melihat samar-samar siapa yang ada di mimpiku. Seorang laki-laki dengan kemeja hitam yang berusaha mengajakku berbicara. Sayangnya, sampai sekarang aku tidak tahu apa yang laki-laki itu berusaha sampaikan padaku. Hanya dua kata yang bisa aku tangkap dari pergerakan bibirnya. Permintaan dan habis.

[]

"Gue pengen terbang, Rei," gumam Alea tapi cukup terdengar oleh Rei yang duduk di sampingnya.

Rei mendengus. Sahabatnya ini memang kadang-kadang pikiranya aneh.

"Naik pesawat terbang dong kalo mau terbang," ucap Rei tanpa menghetikan memutar-mutar bola basket dengan jari telunjuknya.

"Pengen pake sayap sendiri, Rei." Alea berkata kesal.

Rei bangkit dari dudukya kemudian mulai men-dribble bola basketnya dan memasukannya ke ring.

Alea selalu kagum dengan cara Rei memasukan bola ke ring. Rei terlihat seperti terbang.

"Kayak lo Rei, kayak lo kalo lagi masukin bola. Merdeka dan bebas," gumam Alea.

Tapi untuk sekarang, hanya dia yang mendengarnya karena Rei sudah asyik dengan bola dan ringnya.

...

"Kenapa si lo, Le? Setelah lo nemuin dreamcatcher itu sikap lo jadi aneh. Sering ngelamun dan ngomong ngelantur," tanya Fio sambil meraih jus jeruk yang ada di hadapan Alea, kemudian meminumnya lempeng.

Alea hanya mengangkat bahu tak peduli.

"Dia pengen terbang, Fi," celetuk Rei, yang sekarang sudah berada di depan Fio dengan semangkuk baksonya.

"Ooooh... masih bahasan itu," ucap Fio, kemudian meraih sendok yag ada di tangan Rei, yang langsung direbut kembali oleh Rei.

"Mesen sendiri noh! Punya uang sendiri, juga!" ucap Rei kesal

"Elaah... celit lo Rei. Lo kan tahu gue paling males jajan jajanan kantin. Ngantrinya boo... bikin sakit kepala," ucap Fio.

"Tapi nggak makan punya orang lain juga kali."

Alea menghela napas. Apa teman-temannya ini tidak tahu kalo dia menginginkan suasana yang tenang? Bukanya mendengarkan cekcok gaje Fio dan Rei yang benar-benar membuat Alea sakit kepala.

Alea bangkit dari duduknya kemudian pergi meninggalkan mereka.

"Lho, Le? Mau kemana?" seru Fio.

Fio menatap Rei dengan tatapan bertanya. Rei hanya mengangkat bahu tak peduli.

...

Alea memperhatikan dreamcatcher-nya dengan diam. Dreamcatcher itu bewarna coklat dengan untaian bulu warna-warni. Tidak ada yang spesial dengan dreamcatcher itu, apalagi setelah Alea mengetahui mitosnya.

Ale mendengus. Penangkal mimpi buruk? Gue bahkan ngalamin mimpi buruk setelah gue nemuin dreamcatcher ini. Alea melemparkan deramcatcher itu asal kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamarnya dengan lelah. Akhir-akhir ini dia selalu lelah setelah dia bangun tidur. Mimpi itu benar-benar menguras tenaganya. Mimpi yang sama. Berulang-ulang. Akhir-akhir ini dia bisa melihat siapa laki-laki yang ada di mimpinya. Laki-laki dengan tatapan tajam yang mengintimidasi dan membuatnya takut.

ANTOLOGI HaN #1 - Tell Me Tales of Last YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang