Part 31 (End)

15.7K 2.2K 381
                                    

Separuh cinta yang pergi telah kembali.
Membawa kebahagiaan dan menjadikan hidup lebih berarti.
.
.
.

Cobaan atas nama cinta membuat Raiden semakin menghargai kebersamaan dengan orang tercinta. Keluarga kecilnya bersatu, kini lengkap dengan dua anak dan istri. Walaupun Aisila menjadi ibu sambung si kembar, rupanya tidak ada masalah sama sekali.

Si kembar bahagia memiliki ibu baru, dan Aisila bahagia bisa menjadi seorang ibu. Cinta menembus ikatan darah dan mengalahkan logika.

Genggaman erat dari Aisila membuat Raiden menoleh, disambut senyuman hangat di antara balutan hijab merah muda. Rupanya, yang tengah dipikirkan Raiden juga sama dengan Aisila.

"Ma, tolong kepangin lambutku." Shirin berlari ke arah kaki Aisila.

Wanita itu meletakkan cangkir teh dan mengangkat Shirin untuk duduk di pangkuannya. "Mau dikepang dua?"

Anggukan dua kali menjadi jawabannya. Shirin putri tercinta yang memiliki rambut kecoklatan. Sejak ada Aisila di rumah ini, terasa jauh perbedaannya dengan si kembar.

Kini, setiap pagi Aisila menemani mereka jalan pagi. Menggandeng tangan kedua bocah kembar sembari menyapa tetangga komplek. Pekerjaan Aisila selama ini hanya ke panti sosial. Selebihnya menulis dongeng yang bisa dikerjakan di rumah.

Raiden melihat keluarganya dengan tatapan hangat, dia merasa bersyukur. Menyesal karena dulu merasa bahwa Tuhan tidak mengabulkan doanya. Ternyata benar, Tuhan tidak akan meninggalkan hambanya.

"Shirin seneng nggak dikepangin Mama Aisila?" tanya Raiden, dia mendekat dan mengusap lembut pipi gembul putrinya.

"Seneng banget, Shillin sayang Mama Ai." Bocah kecil itu mengecup pipi Aisila dengan cepat.

"Mama juga sayang Shirin." Kecupan lembut mendarat di pipi Shirin.

"Cium Papa juga, dong." Raiden maju dan memasang pipinya di sana. Bersiap menerima ciuman.

Shirin segera mencium pipi Papanya. Raiden beralih ke Aisila, minta dicium juga. Wanita itu terdiam. Shirin menoleh ke atas melihat kelakuan orang tuanya.

"Jangan di sini ah, malu." Aisila masih mengepang Shirin yang kepalanya terus bergerak.

"Yaudah, nanti malam aja kalau gitu biar puas sekalian," ucap Raiden dengan senyum kemenangan. Kepalanya menoleh ke Farhad yang asik melukis gunung. "Kak Farhad sini cium."

"Nggak usah, Pa. Makasih." Rupanya anak itu memiliki sifat yang dingin.

Aisila hanya menahan tawa melihat Raiden ditolak. Sifat dingin yang mirip dengan pria itu menurun ke Farhad. Tidak peduli ke sekitar tapi peka.

"Dulu waktu kecil aku nggak kayak dia, suer." Raiden memberikan jari V pertanda dia serius mengucapkannya. Dia tahu arti tertawa Aisila yang sedang mengejek.

"Lalu mirip siapa?"

"Ketusnya lebih mirip Kairen."

Kairen yang sedang berada di kantor tiba-tiba bersin. Disalahkan padahal tidak berbuat apa-apa.

"Udah jam segini, ayo bersiap. Shirin dan Farhad ayo ganti baju." Aisila menurunkan Shirin yang rambutnya sudah dikepang.

Farhad menaruh kuasnya, dia berlari ke arah Aisila dan menggandeng tangannya. Mereka meninggalkan halaman rumah berumput hijau itu.

Buku dongeng karya Fashidatu ke 10 akan diluncurkan ke pasaran beberapa jam lagi. Aisila melakukan meet and great dengan fans. Melakukan sesi tanda tangan untuk pertama kalinya.

Selama ini dia tertutup dan tak pernah membuka identitaa ke publik. Selain karena tidak ingin kehidupan pribadinya diketahui banyak orang. Dia juga menjaga privasi, tidak ingin berjumpa dengan orang-orang baru. Takut jika ada yang bertanya arti dari nama penanya.

Kini, dia tidak perlu khawatir lagi. Karena dia bisa menjalaskan nama pena Fashidatu yakni Farhad Shirin dan Tulip. Anak-anak dan suami yang berharga. Dia bagaikan kelopak tulip yang sudah bertemu tangkainya. Merasa lengkap.

Untuk pertama kalinya Aisila tampil di publik, dia memperkenalkan suami dan anak-anaknya, sumber inspirasi buku dongeng yang dia tulis.

Raiden berbisik ketika banyak wartawan menanyainya, siapa yang tidak kenal Raiden. Pengusaha muda yang sukses.

"Katamu cuma dikit wartawan yang dateng?" tanya Raiden.

Aisila balas berbisik. "Kamu terlalu tampan sih, jadi banyak wartawan yang tadinya tidak mau datang jadi datang sampai rame kayak gini."

Kamera menyambut mereka, menjadikan dia inspirasi bagi banyak orang.

Shirin dan Farhad terkejut karena mereka bisa mendapatkan tanda tangan pertama dari buku yang baru rilis. Mereka mencium pipi Aisila kanan dan kiri.
.
.
.

Tamat.

Hay gengs. Makasih udah nemenin sejauh ini. Lop lop banget buat kalian semua.

Kalau ada yang berharap ceritanya bakal kayak Bidadari Jingga. Maaf ya, krn jauh dr perkiraan kalian. Aku gk mau plagiat karyaku sendiri. Dan setiap ceritaku masing-masing punya keistimewaan.

Sampai jumpa di karyaku selanjutnya. Salam sayang dari aku, pembuat halu.

Silakan follow IG ku buat dapet info ya @ka_umay8
Bye bye

Karya selanjutnya nanti aku umumin di sini dan di IG.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Limerence (Cinta Dalam Mahkota Tulip) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang