Dia selalu dan selalu saja berharap agar Tuhan memperbolehkan dirinya untuk bisa memperbaiki hubungannya dengan Aska. Dia percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan keinginannya.

"Lily sayang abang" gumamnya sambil menatap danau dengan tatapan teduhnya.

"kamu suka ya ada di sini ?" Lily kaget dengan suara berat itu. Ternyata waktu dia menoleh, ada cowok bertato yang kemarin.

"kamu cowok yang kemarin nolongin aku, ya ?" Alvaro tersenyum dan duduk di sebelah Lily

"biasanya orang yang datang ke danau sendirian terus duduk kayak gini, itu lagi ada masalah atau mungkin sekedar nenangin diri. Mungkin lho" ujar Alvaro.

"iya, Lily lagi pengen nenangin diri aja" Lily tersenyum.

"lagi ada masalah ?"

Lily menatap mata Alvaro dengan tatapan sedih tanpa menjawab. Melihat itu Alvaro berdeham untuk mencairkan suasana.

"mmm... Maaf, aku nggak bermaksud pengen tau. Cuma mungkin... Kamu butuh teman buat cerita"

Lily tersenyum lembut. Tanpa disadar Alvaro merasakan hal aneh. Rasanya sama seperti dia melihat adiknya tersenyum. Hangat. Tapi sedetik kemudian Alvaro tersadar. Dia harus ingat, gadis di depannya ini paket balas dendamnya. Dia tidak boleh terpengaruh dengan apapun

"kamu adiknya Aska, ya ?" Alvaro sepertinya sengaja menanyakan ini.

"iya, kamu kenal abangku ?" bagaimana tidak kenal. Justru Aska itu musuhnya.

"kita pernah jadi sahabat dulu" Lily mengernyitkan dahi.

"dulu ? Sekarangnya ?" tanya Lily. Kalo boleh jujur, Alvaro merasa lemah dengan tatapan polos gadis itu.

"udah enggak. Ya mungkin... Karena faktor pertemanan. Kamu tau lah. Nggak selamanya kita deket".

Lily mengangguk percaya saja "Lily nggak pernah tau rasanya punya temen deket gimana. Lily nggak pernah bergaul kayak kamu. Hidupnya Lily cuma di rumah".

Anak rumahan. Itu yang Alvaro tangkap dari perkataan Lily.

"terus kamu sekolah di mana ?" tanya Alvaro

"Lily home schooling dari kecil. Jadi Lily nggak pernah tau rasanya sekolah di sekolah umum atau bergaul sama banyak temen" Alvaro mengangguk.

"kamu nggak bosen di rumah ?"

Lily menghela napas "bosen, sih. Makanya Lily sering main ke danau ini buat dapet udara segar"

Alvaro melirik Lily "aku punya adik"

Lily menoleh ke arah Alvaro "aku deket banget sama dia. Namanya Bella. Kita sering main bareng, becanda bareng. Bahkan banyak orang yang menganggap kami itu pasangan" lanjutnya

Lily tersenyum. Pasti menyenangkan "pasti seru ya bisa sedeket itu sama saudara sendiri"

Alvaro mengulum bibir "ya... Gitu"

"kapan-kapan kenalin sih..." gurau Lily. Namun itu bukan gurauan untuk Alvaro. Tatapannya langsung berubah dingin melihat Lily

"dia udah meninggal. Dibunuh" mendengar itu Lily terkejut

"oh, maaf, Lily ikut sedih dengernya"

"tapi ya... Orang yang udah bunuh bakal dapat balasannya, sih" entah kenapa Lily merasa tatapan Alvaro menakutkan

"kamu sendiri gimana ? Pasti sama juga, kan serunya" Alvaro memang sengaja memancing

Lily tidak mungkin menceritakan hubungan dirinya dan abangnya kepada orang lain "iya, abang baik kok. Bahkan aku ngerasa nggak ada kakak yang bisa gantiin abangku" miris. Memang miris.

Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang