2

69 3 0
                                    

Lily memainkan pulpen di tangannya sembari melamun. Tadi malam abangnya pulang dengan wajah yang banyak sekali luka. Saat Lily tanya kenapa, abangnya justru marah. Ya.... Seperti biasa. Lily khawatir, bahkan sampai saat ini pun dia khawatir sampai-sampai pelajaran yang diterangkan guru privatnya tidak ia dengar.

"Lily"

"Lily"

"Lily, jangan ngelamun" gurunya itu menyadarkan Lily dari lamunannya.

"iya, miss, maaf. Lily lagi nggak fokus"

"harus fokus ya, miss jelaskan lagi" Lily mengangguk mengiyakan.

"gimana belajarnya ?" Lily menoleh kearah pintu. Ah, itu ayahnya. Sudah dua bulan Lily ditinggal pergi berkerja oleh ayahnya ke New York. Dan itu membuat Lily rindu.

"AYAH...." Lily langsung memeluk ayahnya itu dan langsung disambut dengan baik.

"ayah pulang nggak ngabarin Lily dulu..." Ayahnya itu tertawa melihat putri kesayangannya ini sedikit cemberut.

"sengaja dong"

"selamat pagi, Mr. Hill" guru privat Lily mengulurkan tangan pada ayah Lily.

"selamat pagi, Miss. Bagaimana ? Tidak ada kendala kan ?" tanya Baxter, ayah Lily.

"Tidak ada. Yadi Lily sedikit melamun" Baxter melirik ke arah putrinya itu.

"benar, sayang ? Kalo iya, kamu tu ngelamun apa ?"

Lily menggelengkan kepala "enggak, yah. Cuma Lily sedikit capek aja"

Terlihat raut wajah Baxter yang khawatir dan langsung memegang kening Lily "kamu sakit ?".

Lily menepis pelan "enggak, ayah... Lily tu cuma capek aja"

"belajarnya udah selesai ?" tanya Baxter

"sebenarnya belum, Mr. Hill. Tetapi, melihat Lily sedikit murung, pelajarannya saya rasa sudah cukup. Saya pamit pulang" yang diangguki oleh Baxter dengan senyuman juga.

"Lily, jangan lupa diulang pelajaran tadi ya. Biar nggak lupa"

Lily tersenyum ceria "siap, miss"

~•~•~

"ayah, Lily tu pengen banget sekolah di sekolah umum. Lily nggak suka sekolah privat. Nggak ada temen, yah..." Lily memang suka bermanja-manja dipelukan Baxter.

"kamu sekolah privat aja udah capek, gimana sekolah umum" benar juga.

"abang kamu, kok nggak kelihatan ?" tanya Baxter

"abang masih tidur kayaknya"

"selama ayah di New York, abang kamu bersikap baik kan sama kamu?" Lily menerawang. Dia harus jawab gimana ? Abangnya tidak pernah mau berbicara layaknya adik dan kakak.

"abang baik kok. Cuma ayah tau sendiri sifatnya abang tu kaku" Lily berusaha membela abangnya.

"ayah, wajahnya bunda tu gimana, sih ?" Lily tidak pernah tau wajah bundanya seperti apa.

Seketika wajah Baxter murung namun beberapa detik kemudian tersenyum ke arah Lily "bunda kamu tu cantik tau. Kayak kamu mukanya. Persis"

"ayah punya foto bunda ?"

"nggak usah dibahas lagi ya, sayang" seakan mengerti kesedihan ayahnya, Lily tidak melanjutkan pertanyaannya dan langsung memeluk Baxter.

"ayah nggak usah sedih, masih ada Lily kok yang sayang sama ayah" Baxter juga memeluk Lily tak kalah erat.

~•~•~

Berdiam diri di tepi danau sudah menjadi kebiasan seorang Lily untuk menenangkan diri dari hingar bingar masalah kehidupannya.

Angel Of DarknessWhere stories live. Discover now