Meet

30 8 7
                                    

" Yakin masuk final?" cowok disampingku tiba-tiba bertanya.

Aku tersenyum kecut,"dasar! cepat pergi, kamu nekat sekali!" Aku segera berbalik arah, berlawanan menjauhinya.

"Sampai jumpa di aula final..!" Dia juga pergi, aku menengok ke belakang batang hidungnya lenyap, hanya tersisa kerumunan peserta olimpiade yang tak kukenal.

~~~~~

"Bahkan sampai sekarang masker harus tetap dipakai, sekalian saja seumur hidup," aku menggerutu kesal, udara pengap di area wajah ini membuat performaku menjadi lebih cepat kusam.

Qisa tertawa," memang seharusnya begitu kan? Sebelum virus ini muncul pun jika keluar rumah memang dianjurkan memakai masker, mengurangi resiko polusi udara dan penyebaran penyakit, seharusnya kamu sudah faham itu. "

Aku melengos, tak setuju.

"Kelasmu masih sepi atau bagaimana? Kok mampir kesini?" Tanya Qisa.

" Hanya satu dua orang tak kukenal, aku lebih suka disini berbincang denganmu, sekalian menunggu kelasku ramai."

Qisa mengangguk, kembali sibuk dengan beberapa lembar kertas kecil yang bertuliskan rumus matematika. Aku melihat atap-atap ruangan, mengingat-ngingat kembali materi olimpiade biologi yang sudah aku siapkan, sambil menahan panas dan pengap karena masker yag harus selalu kupakai.

"Cepat kembali ke kelasmu, jangan sampai kau kehabisan tempat!" Seru Qisa. Aku mengangguk malas, berjalan gontai meninggalkan ruangan.

########

"Huuuft..udara di sini sangat panas," tanganku mengibaskan kertas coretan hasil olimpiade tadi. Qisa mengiyakan. Pendamping kami pun sibuk mengelap keringat yang tak habis keluar.

"Bagaimana tadi ? lancar?" Bu Erna pendamping kami lomba bertanya pelan.

Aku diam tertawa," hehheh..50% mengambang bu." jawabku.

Qisa ikut mengiyakan pendapatku.

" Sayangnya..sekolah kita tidak dapat perwakilan untuk cabang lomba kimia, kita kehilangan satu kursi."

"Jika boleh ambil dua cabang, saya mau dua-duanya kimia dan biologi," seruku cepat sambil terkekeh.

"Nilai kimia mu saja dibawah Hanza, perwakilan fisika sekolah kita, lah mau rakus dua cabang kau sabet."

Aku menyengir pelan," bercanda..bercanda, hahhah aku juga tau diri."

"Ayok, segera sholat dan makan siang, setelah ini ada pengumuman babak final, kalian harus persiapkan diri."

Aku dan Qisa berjalan cepat mengikuti langkah pendamping, dia yang berjalan tak jauh dari kami , ikut mengikuti.

############

"Selamat Ran..kamu masuk final.." Qisa menepuk-nepuk bahuku.

"Masuk final dua dari bawah, sangat memalukan. Lihat kamu masuk final di urutan kedua, Hanza juga masuk final di urutan ketiga. Kenapa aku sendiri yang harus di urutan 12..memalukannn."

Qisa tertawa," untung masuk final, yuk kita ke aula final sekarang."

" Mau ambil barang dulu, kamu duluan saja," ujarku.

###########

"Selamat masuk 15 besar."

Aku tak melihat wajahnya sedikitpun, memalingkan muka ke arah lain.

"Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan. Bilang saja kalau kau suka aku!" Nafasku menderu.

Dia tertawa, terbahak ,"Heh? suka? jangan jadi cewek kepedean."

Intensitas cahayaWhere stories live. Discover now