"Iya." Sunghoon menyeringai, melirik taman yang sepi pengunjung.

"Tau dari?"

Sunghoon tertawa, kemudian membanting sebuah bola kecil yang merupakan gas tidur ke tanah, lalu bergerak cepat memukul Jake hingga tumbang.

"Karena gue salah satu anak buahnya. Maaf ya, kalian gue bawa dulu."





























































"Gue tau petunjuk angka itu maksudnya apa!" Seru Taehyun menggebrak meja sampai Jisung, Minhee, dan Hyeongjun berteriak.

"Santai aja napa sih! Jantung gue..." Minhee mengusap dadanya. "Inget, ini rumah gue. Nanti kalau mejanya rusak gue yang dimarahin."

Taehyun mengeluarkan selembar kertas dan pulpen yang dia bawa dari rumah. "15+1-1=15. Peserta awal ada lima belas, Jinsung gabung dan Doyum jadi korban pertama. Jumlahnya? Tetap lima belas."

"Di daftar nama Pak Siwon, nama Jinsung ada di bawah gue, urutan nomor lima belas," ujar Jisung memberi tahu.

"Nomor enam belasnya?" Tanya Hyeongjun.

"Si Samuel. Jadi gini, urutan namanya itu Taehyun, Jay, Doyum, Eunsang, Hueningkai, Jake, Minhee, Hyeongjun, Woonggi, Yedam, Dongpyo, Sunghoon, Junho, gue, Jinsung, baru Samuel."

"Jinsung dalangnya?!" Pekik Minhee tak percaya. "Anak polos gitu loh, lagipula dia akan anak dewi kejujuran..."

"Bisa aja dia bohong supaya kita gak curiga," duga Jisung. "Sekarang gini, kita kumpulin semua orang, cari Yedam, terus kalahin dalangnya."

"Gak semudah itu." Taehyun melipat kertasnya. "Dalangnya penyihir, susah untuk kalahin dia. Gak ada penyihir lagi di antara pemain yang tersisa."

"Minta bantuan Kak Junseo?" Tawar Hyeongjun.

"Orang lain gak bisa ikut kalahin dalangnya, udah peraturan. Kata Pak Siwon sih gitu," kata Jisung.

Taehyun tersentak, refleks menarik Jisung dan Minhee telungkup ke lantai. "AWAS!"

"Avada kedavra!"

Insting keturunan Hades kuat juga ya, begitu pikir Minhee.

"Wah, peka sekali kamu. Kelihatannya, kamu anak pintar. Ayo jawab pertanyaan yang saya berikan."

Tiga penyihir muncul dari pintu utama. Hyeongjun selaku hantu bisa saja langsung kabur, tapi bagaimana dengan ketiga temannya? Masa iya ditinggal.

Ini lagi si Minhee. Dia kan oni, pasti bisa melawan penyihir itu. Tapi sayangnya, dia terlalu malas. Apalagi posisinya telungkup di lantai, tinggal ambil bantal dari sofa lalu tidur.

"Pertanyaan apa lagi?" Geram Taehyun berdiri dari posisi telungkupnya, menodongkan dua pistol ke depan.

"Sedotan mempunyai satu lubang atau dua lubang?"

Hyeongjun yang kesal menerbangkan gelas lalu melemparnya ke penyihir itu. "Kalian kurang kerjaan?!"

"Jawabannya satu lah!" Jawab Minhee berseru. "Gue tau ya, opsi pertama yang harus dipilih!"

Jisung berdiri mengikuti yang lain. "Ya, jawabannya satu. Sekarang kalian mau apa? Jawaban dia bener."

"Bukan begitu, berilah alasan mengapa jawabannya satu. Cursed or Die, satu dikutuk satu mati."

Minhee membuka mulut untuk memaki-maki penyihir itu, namun Taehyun menyelanya.

"Kalau jawabannya satu, dilihat dari tertutup atau enggaknya. Kalau bagian atas atau bawah sedotan ditutup, otomatis yang terlihat cuma satu lubang. Kalau jawabannya dua, dilihat saat lubang atas dan bawah gak ketutup sehingga sisi lainnya terlihat. Atas dan bawah sedotan memiliki lubang, makanya saat minum air, airnya kesedot," jelas Taehyun panjang lebar.

Ketiga penyihir itu terdiam.

"Tergantung pemikiran masing-masing, kalian bertiga sendiri bisa jelasin gak?" Lanjut Taehyun sarkas.

"Gue yakin kalau ada Woonggi disini, dia bakal atraksi sambil hore-hore di atas meja," kata Minhee sambil bertepuk tangan mendengar penjelasan Taehyun.

"Sesuai perintah, sihir mereka!"

Minhee langsung siaga, mengambil nampan sebagai tameng. Yang penting ada senjata, jangan tertawa.

"Argh!"

"Jisung!"

Sial, Minhee lengah. Salah satu penyihir berapparate ke sisi belakang dan menyihir Jisung! Sekarang pemuda itu mengerang kesakitan karena wajahnya melepuh.

Taehyun menembakki penyihir-penyihir itu dengan brutal, masa bodo barang-barang di rumah Minhee hancur, nanti dia ganti semua. Mau nambah juga boleh.

Hyeongjun menghilang, dia dalam mode transparan alias ghaibnya. Hanya Taehyun dan Minhee yang bisa melihatnya. Loh, kenapa? Taehyun kan anak dewa dunia bawah, tempatnya para makhluk yang sudah mati, otomatis dia bisa melihat. Sementara Minhee adalah oni alias iblis.

"Minhee, bawa Jisung keluar!" Perintah Taehyun berdiam diri.

Tahu apa yang akan Taehyun lakukan, si pemilik rumah langsung berseru. "Woi, jangan gunain api disini! Nanti gue tinggal dimana?!"

"Min-Minhee..."

Deg!

Suara gemetar itu membuat Minhee menoleh ke belakang. Sosok Hyeongjun perlahan memudar, hantu itu mengeluarkan air mata. Dan dapat dilihat, ada sihir di sekeliling tubuhnya.

"Maaf Minhee, udah waktunya gue pergi..."

"SIALAN, MATI LO PENYIHIR BAJINGAN!" Teriak Minhee murka seraya mengeluarkan senjata oninya, melesat cepat ke arah penyihir yang menyihir Hyeongjun, memenggal kepalanya.

"Ayo pergi! Kita salah sasaran! Untuk kalian, puncak permainan akan terjadi besok pagi!" Seru penyihir yang tersisa, kemudian pergi bersama rekannya.

"ARGHHHH!" Minhee berteriak marah, menendang meja sampai terbalik posisinya.

Malam ini, kembali jatuh korban. Tersisa orang-orang terkuat saja yang berhasil bertahan. Taehyun si keturunan Hades, Minhee si Oni, Sunghoon si vampire berdarah murni, Woonggi si iblis, Jake si vampire, lalu sisanya...?

"Jisung... lo itu apa?" Tanya Minhee penuh penekanan, manik matanya yang berbeda warna menatap tajam pemuda itu. Mata kanannya berwarna merah dan mata kirinya berwarna lime green. Kedua sklera─ lapisan luar mata berwarna putih ─matanya berwarna kuning






















"Gue... gue peramal dan... witch hunter."

Cursed or Die | 02 Line ✓Where stories live. Discover now