New Year 2

6 4 5
                                    

Aku berjalan melalui trotoar yang basah karena diguyur hujan sejak sore tadi. Beberapa genangan air nampak di bagian trotoar yang terbuat dari konblok segi enam, dan juga di jalan beraspal. Aku berjalan dengan kedua tangan aku masukkan ke dalam saku jaketku.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dimana jalanan terlihat ramai oleh orang-orang yang beranjak pulang setelah merayakan pergantian tahun di pusat kota. Pada saat ini, suasana jalan begitu sepi karena pemerintah daerah melarang masyarakat yang akan berkumpul di pusat kota ataupun tempat hiburan lainnya untuk merayakan pergantian tahun akibat semakin mengganasnya virus covid 19. Namun, masyarakat masih diperbolehkan untuk merayakan pergantian tahun di rumah masing-masing.

Selama kurang lebih tiga puluh menit aku berjalan, aku hanya melihat empat sepeda motor, dan dua mobil yang melintas. Di seberang jalan, aku juga sempat melihat seorang pemulung laki-laki sedang mengais tempat sampah, sedangkan sepeda tua milik pemulung itu bersandar tidak jauh dari dirinya. Sepeda itu dilengkapi keranjang bambu yang berada di bagian belakang, dan hampir dipenuhi oleh barang-barang bekas.

Cukup lama aku berjalan, sampai yang aku injak sekarang, bukan lagi trotoar yang terbuat dari konblok, tetapi jalan tanah selebar satu meter yang berada di pingir jalan beraspal. Jalan yang aku lewati, ditumbuhi rumput-rumput liar yang tumbuh tak beraturan, serta pohon-pohon ketapang yang cukup tinggi dengan jarak yang berjauhan. Jalan tanah ini seperti pembatas antara jalan beraspal dengan persawahan yang ada di sampingnya.

Aku berhenti berjalan ketika aku berada di tepi sebuah tanah kosong. Tidak ada penerangan di tempat ini. Sejauh mata memandang, lokasi ini hanya ditumbuhi ilalang dan semak belukar yang tingginya hampir sama dengan tinggi badanku. Di kejauhan, di antara ilalang dan semak belukar, nampak ada satu bangunan empat lantai yang belum selesai dibangun, dan terbengkalai.

Di tengah gelapnya malam, pandanganku ku edarkan ke seluruh area seluas mata ini dapat menjangkaunya. Memastikan tidak ada manusia yang berada di sekitarku.

Setelah aku memastikan bahwa tidak ada manusia yang berada di sekitarku, Aku bergegas melangkahkan kaki memasuki lahan kosong, melewati semak belukar, dan dengan penuh kewaspadaan, aku berjalan menuju bangunan gedung yang masih setengah jadi itu.

Sesampainya diriku di dalam bangunan gedung, aku segera naik ke lantai paling atas dengan terlebih dahulu memastikan kalau tidak ada siapa-siapa di dalam gedung ini, selain diriku. Karena aku tidak mau keberadaanku di tempat ini diketahui siapapun.

Aku sudah sampai di bagian atas gedung. Namun, tempat ini bukanlah tujuan utamaku. Ya ... tujuan utamaku adalah perbukitan kapur yang jaraknya empat puluh kilometer ke selatan, dari lokasiku berada saat ini. Aku harus sampai di puncak tertinggi perbukitan itu, sebelum matahari terbit.

Waktu yang aku miliki hanya sekitar dua setengah jam untuk sampai ke puncak bukit itu sebelum matahari terbit. Tidak mungkin aku menjangkaunya dengan berjalan kaki. Bahkan, mengunakan kendaraan pun, aku harus mendaki dengan berjalan kaki setinggi hampir seribu meter.

...
..
Bersambung

<<>>

New Year SunriseWhere stories live. Discover now