Grahita membunyikan bel yang berada di dinding gerbang. Tak lama kemudian, seorang gadis yang mengenakan daster keluar dan membukakan gerbangnya.

"Gue kira lo nggak jadi gara-gara gue telponin nggak lo angkat," ucap Lili pada Grahita yang berdiri di luar gerbang.

"Gue nyetir tadi, nggak sempet balas."

"Mobil lo bawa masuk," ucap Lili kemudian. Gadis itu langsung membuka lebar gerbangnya supaya mobil Grahita bisa masuk.

Grahita masuk ke dalam mobil dan memasukkannya ke depan garasi rumah Lili. Sedangkan Lili kembali menutup dan mengunci gerbangnya. Lalu mereka masuk ke dalam rumah bersama.

"Loh Tata?" sapa bunda Lili yang berada di ruang tengah. Perempuan itu nampak sedang menonton sinetron kecintaan ibu-ibu.

Grahita langsung menghampiri bunda Lili dan mencium punggung tangan perempuan tersebut dengan sopan.

"Lama nggak ketemu kamu ya, Ta. Sering-sering main sini atuh, biar rame rumah bunda," ucap bunda dengan ramah. Grahita tersenyum ramah.

"Iya bund, bunda kabarnya gimana?"

"Alhamdulillah sehat. Kamu tambah cantik lagi."

"Mau nggak jadi mantu bunda?" tanya bunda Lili kemudian dengan senyuman yang belum luntur dari bibirnya. Seketika Lili memelototkan matanya.

Bunda tertawa kecil melihat reaksi putrinya itu. Sedangkan Grahita hanya bersikap tenang di tempatnya dan ikut tersenyum.

"Kenapa? Kamu nggak mau punya ipar Grahita?" tanya bunda pada Lili.

Lili langsung menggeleng, "Nggak! Lili nggak setuju si Leo nikah sama Tata, no!" tolak Lili dengan keras.

Bunda menggelengkan kepalanya pelan seraya terkekeh. "Bunda bercanda. Tata juga putri bunda, kok."

"Nggak lucu, bund," balas Lili dengan nada kesal.

Setelah itu, Lili langsung menarik Grahita untuk masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu meninggalkan sang mama yang sifatnya 11 12 sama dengan Leo, jahil dan suka membuat prank drama yang lebay. Untung saja bundanya tadi hanya bercanda. Ia tak bisa membayangkan jika itu menjadi nyata. Lili lebih suka Grahita menjadi sahabatnya ketimbang iparnya.

"Gue heran, kenapa nggak Leo nggak bunda, sama aja bikin tensi gue naik," gumam gadis itu seraya berjalan menuju balkon kamarnya. Sedangkan Grahita hanya tersenyum kecil. Ia sudah paham dengan keluarga Lili yang unik. Ia juga tahu jika ucapan bunda Lili hanya spontan saja. Dari dulu memang seperti itu, bunda selalu berbicara nyeleneh yang membuat dirinya tersenyum atau bahkan tertawa karena lucu.

"Tumben banget lo nyuruh gue ke sini? Nggak lagi ada something 'kan, Li?"

Lili berbalik menatap Grahita. Pandangan marah gadis itu kini berubah sedih. Grahita seketika paham dengan maksud Lili.

Lili menarik Grahita menuju balkon kamarnya. Di sana sudah ada kompor serta set alat untuk memasak ramen. Mereka lalu duduk berhadapan dengan meja kecil di depannya.

"Aaahhh kampret banget, Ta! Gue ditinggal nikah sama mantan gue!"

Lili langsung meluapkan kekesalan sekaligus kesedihannya itu. Gadis itu kesal lantaran mantan terindahnya menikah.

"Siapa? Si Rizal?"

Lili menyeka air matanya, ia mengangguk.

"Lo datang nggak?" tanya Grahita kembali. Lili menggeleng sebagai jawabannya.

"Ya kali gue datang. Yang ada gue buat hancur itu nikahan. Gue masih kesel sama Rizal. Dia ninggalin gue gara-gara gue sibuk. Harusnya bisa diomongin dulu, nggak asal putusin gue!"

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now