Sorry

595 82 9
                                    


"Maaf, aku terlambat."

.
.

Kuroo Tetsurou berlari melewati gang sempit, jasnya kotor dan bunga yang ia baru saja beli hampir jatuh.

Ia harus sesuatu tempat, menemui orang yang terharga baginya.

"Kei."

Bayangan singkat menyapa, ketika mereka masih bergandengan tangan sebagai pacar. Melewati hari-hari bersama.

Hari, bulan dan tahun bergulir. Semuanya tinggal memori.

Tetsurou terus melanjutkan jalannya, ia berbelok. Ada toko roti yang sering ia kunjungi bersama Kei.

"Kei makan Shortcake tidak boleh banyak-banyak."

"Apa masalahmu? Kau iri karena aku mengabaikanmu?"

Tetsurou tertawa kecil, toko itu tutup hari ini. Papan tanda tutup terpajang disana, tidak ada kue-kue cantik yang sering menggoda Kei dan Tetsurou untuk mampir.

Menoleh ke sisi kiri ada taman kota, ada ayunan yang sering mereka mainkan. Tetsurou yang kekanak-kanakan mengajak kei untuk memainkan permainan itu.

"Tetsu, kita bukan anak-anak lagi." Wajah lucu Kei saat itu sangat lucu, ada semu kecil dipipinya.

"Kei kita pernah kecil."

"Iya, dan aku puas menikmati masa itu."

"Tapi aku belum puas." Tetsurou selalu punya alasan untuk menjawab kalimat bengis Kei.

Dan Kei selalu tidak melawan ketika Tetsurou menariknya kesana.

Semuanya hadir dipikiran Tetsurou.

Hari-hari yang selalu membekas itu.

Pandangannya terfokus pada jalan, ada sepeda yang yang terparkir dipinggir minimarket.

Ia mengingat hal itu lagi.

Ketika Kei cemberut layaknya anak kecil, atau ketika Kei yang mengomel karena harus menggunakan sepeda.

"Jalan kaki!"

"Naik sepeda!"

"Jalan!"

"Goes!"

"Jalan kaki lebih sehat!"

"Naik sepeda lebih menantang, jangan bilang Kei tidak bisa naik sepeda."

"Enak saja! Aku sudah bisa mengendarainya sejak kecil."

"Kalau begitu naik sepeda."

"Tidak mau."

"Naik sepeda!"

"Geh apa kaki berototmu tidak bisa kau gunakan untuk berjalan jauh?"

Kedua-duanya tidak mau mengalah, menjadikan dua remaja itu bahan tontonan warga. Saking sindir adalah makanan sehari-hari.

Tetsurou merindukan cibiran Kei kala itu.

Genggaman pada buket bunga semakin erat, napas Tetsurou memburu.

Kesal dengan jalan yang berliku, tempat yang ia tuju terlalu jauh untuk ia. Kakinya sudah pegal.

Napasnya terengah-engah.

Sedikit lagi.

Ia akan sampai.

Brugh

Buket yang ia bawa jatuh, ia memunggutnya dan kembali berjalan.

Tidak ada waktu lagi.

Sedikit lagi. Ia sampai, membuka pintu yang tertutup dan berseru.

"Aku pulang~"

Disambut dengan wajah masam pasangan hidupnya.

"Tidur saja diluar."

"Hei Kei jangan bercanda, ini bunga untukmu."

Kei menatap bunga yang yang ada didepannya. "Kau benar-benar ingin ku pecat sebagai Suami?"

Kisah-kisah tadi hanya masalalu.

Tetsurou dan Kei berhenti bermain-main tentang perasaan, mereka mulai serius akan satu sama lain.

Lamaran Kuroo Tetsurou, 1 tahun yang lalu masih membekas di kepala keduanya.

-Fin-

It's prank ... Ya kali Sad mulu.

Kurotsuki FanbookOnde histórias criam vida. Descubra agora